43. Solusi Masalah

534 41 0
                                    

Tolonglah ya.

Please ....

Siapa saja tolong tunjukkan pada Eshika, cewek mana yang tidak kelonjotan kalau berada dalam posisi dirinya saat ini. Dipeluk dari belakang. Merasakan panas tubuh Tama yang merayapi sensor punggungnya. Dan ditambah dengan bisikan bernada pertanyaan itu.

"Segitunya ya kamu sayang sama aku?"

Ya Tuhan.

Beruntung sekali Eshika refleks memegang tangan Tama di dadanya. Setidaknya ia bisa bertahan di sana. Karena bukannya apa, tapi ... jujur saja. Eshika mendadak merasakan kedua lututnya goyah. Persis seperti agar-agar yang dimasak dengan air yang berlebih. Hiks.

"Tama ...."

Eshika sontak memejamkan matanya. Merasa malu ketika menyadari bagaimana anehnya suaranya terdengar. Tercekat. Serak. Nyaris tidak terdengar.

As-ta-ga!

Di sisi kepala Eshika, Tama justru tersenyum mendengar namanya disebut sedemikian rupa oleh Eshika. Rasanya ... tidak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata deh. Yang pasti, Tama seperti ingin terbang melayang-layang karenanya.

Sejurus kemudian, Eshika pun membuka matanya kembali. Walau jelas ia tak berharap bahwa Tama akan segera melepaskannya. Karena itu mustahil sekali. Malah kalau ingin jujur, Eshika berani bersumpah bahwa justru Tama semakin menarik dirinya. Makin merengkuhnya.

"Kamu beneran sayang ya sama aku?"

Pertanyaan kedua yang dilayangkan oleh Tama, sukses membuat Eshika semakin sesak napas dibuatnya. Menyadari itu, Eshika memuji dirinya sendiri yang masih bertahan untuk tidak pingsan mengingat betapa jantung dan napasnya sudah kacau dari tadi.

"Tam," keluh Eshika kemudian.

Kali ini suara Eshika terdengar sedikit berbeda di telinga Tama. Membuat cowok itu sedikit mengerutkan dahinya. Eshika seperti tengah ... manja.

"Jangan nanya gitu kenapa?"

Pertanyaan balik yang diberikan oleh Eshika, membuat senyum Tama semakin melebar. Dan kali ini, mungkin efek rasa senang lantaran mengetahui bahwa Eshika cemburu –sekali lagi: cemburu-, membuat Tama melakukan hal yang tak pernah ia lakukan seumur hidupnya.

Wajah Tama berpaling sedikit. Pada helaian rambut Eshika yang wangi. Hidungnya yang mancung, menyelip di antara riaknya. Dan sentuhan itu, membuat Eshika sontak meremas tangan Tama.

Jantungnya semakin berdebar.

"Nggak mau jujur?" tanya Tama lagi dengan suara rendah. "Ehm .... Nggak mau jujur?"

Eshika menggigit bibir bawahnya. Menyadari bahwa tiap detik yang berlalu seiring dengan sentuhan Tama yang ia terima, jelas membuat ia semakin gemetaran. Eshika yakin. Kalau ia tidak mengantisipasi semuanya, ia pasti akan jatuh lemas ke lantai. Hiks. Eshika tidak mau mempermalukan dirinya sendiri.

Maka Eshika menarik napas dalam-dalam. Menguatkan diri, ia pun lantas melepaskan tangan Tama dari tubuhnya. Dan ketika Tama kaget, cowok itu justru mendapati Eshika yang berbalik. Dengan wajah yang terangkat. Lalu matanya menatap pada mata Tama.

Sedikit menggelikan sebenarnya bagi Tama. Karena jelas cowok itu bisa melihat bagaimana Eshika yang berusaha untuk memberanikan diri untuk menghadapinya sementara kedua pipinya sudah teramat merah. Udang rebus? Kalah merah. Saos tomat? Kalah merah. Udang rebus disiram saos tomat? Nah! Mungkin baru tepat untuk menggambarkan warna pipi Eshika saat ini.

"Kamu ini tega banget, Tam."

Suara Eshika yang terkesan manja-manja itu menarik kembali kesadaran Tama akan keterpanaanya pada semburat merah cewek itu. Ia mengerjap sekali. Lalu memfokuskan retina matanya untuk balik menatap pada Eshika pula.

[Masih] Sekolah Tapi Menikah "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang