3

1.6K 187 1
                                    

Shinichiro menghentikan langkahnya di depan halaman, alisnya bertaut melihat pemandangan yang ia lihat. Di antara tawa dan suara keras (Name) yang memekakkan telinga ada dua anak lain yang tidak ia kenal.

Mereka terlihat begitu lepas, bercanda dengan (Name) dan yang lainnya seolah sudah lama berteman. Ran dengan rambut panjangnya tampak sedang mengusili Rindou, sementara adiknya menggerutu tapi tetap di sampingnya.

Shinichiro menyandarkan diri pada pagar kayu, matanya masih penuh tanda tanya. "Hei." Panggilnya. membuat semua kepala menoleh.

"Siapa mereka?"

(Name) buru-buru berdiri dan menepuk-nepuk bajunya yang kotor sebelum mendekat. "Oh, ini Ran dan Rindou! Mereka sekarang tinggal disini!"

Shinichiro menatap dua anak itu sebentar sebelum akhirnya menyunggingkan senyum tipis.
"Jadi, kalian ikut masuk ke dalam kekacauan rumah ini juga, ya?" Ucap Shinichiro, anak-anak didepannya tidak begitu mengerti jika dirinya menyampaikan sesuatu tersembunyi.

Ran hanya terkekeh, sementara Rindou mengangkat bahu. "Sepertinya begitu."

Shinichiro menghela napas pendek, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di matanya. Sepertinya, rumah ini memang semakin ramai.

.

.

.

Waktu semakin berjalan entah sudah betapa lama, kini tawa bocah kematian itu memenuhi udara sore. Haitani bersaudara, Izana, Kakucho, dan (Name) bermain bersama, menikmati kebersamaan yang semakin erat. Berbeda dengan Izana yang butuh waktu untuk menyesuaikan diri, Ran dan Rindou dengan mudah berbaur, seolah mereka memang sudah menjadi bagian dari keluarga sejak lama.

Tiba-tiba, suara ketukan terdengar dari pintu pagar kayu. (Name) menoleh dan melihat ibu tetangga berdiri di sana, tersenyum ramah sedangkan tangannya membawa sebatang pohon sakura muda.

"(Name) menanam ini di halaman rumahmu sepertinya bagus, jika pohonnya tumbuh mekar bunganya akan cantik sekali" ucapnya lembut.

Mata (Name) berbinar. Dengan penuh semangat, ia menerimanya dan membungkuk kecil sebagai tanda terima kasih. "Terima kasih banyak bibi! Aku akan menanamnya sekarang!"

Tanpa ragu, ia berbalik dan memanggil teman-temannya. "Bantu aku! Ran ambilkan sekop!"

Ran segera berlari ke gudang kecil di samping rumah, diikuti oleh Rindou dan Kakucho. Izana, meskipun sedikit malas, akhirnya ikut membantu setelah melihat (Name) sibuk menggali tanah dengan tangan kosong.

Mereka bekerja bersama, sesekali bercanda di antara cangkul dan gumpalan tanah yang menempel di tangan mereka. Ran melempar sedikit tanah ke arah Rindou, membuat adiknya menggerutu sebelum membalas dengan menyiram air dari ember kecil. (Name) tertawa keras melihat mereka, sementara Izana menggeleng, meski tak bisa menyembunyikan senyum kecil di wajahnya.

Saat mereka hampir selesai, suara langkah kaki mendekat. Shinichiro berdiri di depan mereka, kamera tergantung di lehernya. Ia menyeringai.

"sksks lucuu sekali kalian~ kayak petani" godanya sebelum mengangkat kamera dan mengabadikan momen itu.

Sebuah klik terdengar, menangkap tawa mereka yang lepas, tangan mereka yang kotor oleh tanah, dan kebersamaan yang terasa begitu nyata.

Begitu batang pohon sakura tertanam sempurna, angin sore berhembus lembut. Dari antara ranting-rantingnya yang masih muda, seekor kupu-kupu kuning hinggap di salah satu daunnya, seakan memberi restu.
























Bagai angin lembut sebelum badai.

𝐖𝐡𝐞𝐫𝐞 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐇𝐞𝐫𝐨?-𝑻𝒐𝒌𝒚𝒐 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒈𝒆𝒓𝒔 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang