"Tapi aku belum siap kehilanganmu. ya Allah, kenapa sesusah ini untuk mencintai salah satu ciptaanmu? Kalau memang sesakit ini lebih baik kau tak memberiku hati."
~Arka Barakallah~
"Kamu gak sayang sama nenek?" tanya Sriati tajam menatap cucu satu-satunya.
Bara terdiam dan membatu entah kenapa bibirnya gak bisa terbuka seakan-akan dikunci gembok oleh seseorang.
Sriati menghembuskan nafasnya kasar sejak kapan cucunya ini mulai membangkang? Apakah ini pengaruh besar dari gadis yang bernama Amira itu? Kuat juga ternyata.
"Kalau kau sayang nenek kamu harus menerima Haleara sebagai calon istri," lanjut Sriati bernada perintah kepada Bara.
"Percayalah pada nenek, dimasa yang akan datang kamu pasti akan berterima kasih dengannku."
Bara hanya menundukkan pandangannya ke arah lantai seakan-akan hal itu menarik dimatanya sekarang. Sriati bangkit dari duduknya meninggalkan berjuta rasa sakit yang mendalam bagi Bara.
Bara ingin menangis tetapi tak bisa, dia bingung harus mengekspresikan hatinya sekarang. "Kalau seandainya aku ninggalin kamu gimana ya? Apakah kamu bahagia seperti ucapan-ucapan usiran yang sering kamu lontarkan padaku?" guman Bara sendu.
Bara mengangkat pandangannya menatap datat kedepan. "Tapi aku belum siap kehilanganmu, ya Allah, kenapa sesusah ini untuk mencintai salah satu ciptaanmu? Kalau memang sesakit ini lebih baik kau tak memberiku hati."
"Agar tak merasakan sakit ini," lanjutnya.
***
"Gimana caranya?"
"Lo harus bersikap manis, dengan cara membuatkannya sarapan, makan siang, dan sering menghubungi setiap waktu kalau perlu setiap detik," jawab Sinta berapi-api.
Amira memgeryitkan dahinya heran setelah mendengar jawabannya sahabatnya yang tidak masuk akal sama sekali.
Amira menepuk pundak Sinta pelan. "Yakin, berhasil? Kok kesannya kayak horor gitu ya?" tanya Amira pelan dengan niat gak memyinggung perasaan Sinta.
Sedangkan Sinta hanya mengangguk kepalanya penuh semangat dan terlihat sangat menyakinkan lebih menyakinkan dari janji-janji manis para pejabat.
Hidih, jangan nyindir nanti disamperin terus masuk penjarakan bisa berabe, yang bisa membuat jalan percintaan Amira tak berlanjut gegara penjara.
Amit-amit jabang bayi ...!
"Percaya deh ama gue, semua rencana gue itu sangat berguna dan terpercaya bahkan sudah dilabeli Halal serta Bpom oleh pemerintah sekitar," jelas Sinta bangga.
Kenapa Sinta berbicara dengan bangga sekali? Apakah Sinta lupa dengan rencana terakhirnya pernah di rekomendasikannya kepada Amira untuk mengaet kedua orang tua Bara yaitu ngomong sambil mendesah, aneh sekali bukan? Tidak sampai situ saja, gobloknya lagi kenapa Amira malah mempraktekkannya?! Ya Allah segoblok itukah hambamu ini?
Minim ahklak emang!
"Betewe, lo gak pulang?" tanya Sinta.
Amira yang masih fokus menatap ponselnya seketika langsung memalingkan wajahnya kearah Sinta. "Lo ngusir gue?"
"G--gak kok," jawab Sinta cepat.
Amira memincingkan kedua matanya kearah Sinta untuk mencari hal-hal yang berbau mencurigakan dari Sinta. "Yakin?"
Sinta yang semakin gugup dan gelagapan mulai memaksa otak mungilnya bekerja keras untuk memberi suatu alasan agar Amira bisa pergi dari rumahnya tanpa curiga sama sekali, dia kan juga ingin merasakan apa itu namanya me time.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Gadis Wattpad
Teen Fiction~END~ *** "Siapa kau?" tanya Amira "Saya pacar kaulah," jawab pria dengan setelan baju koko bewarna putih dan tak lupa wajah cengirnya. *** Apa yang harus dilakukan oleh gadis Yang bernama Amira Imanda Putri saat dia tahu bahwa ia lagi di teror oleh...