"Jika kau cari kesempurnaan cinta lewat logika, maka sampai kapan pun kau takkan menemui jawabannya, karena cinta itu ada dihati bukan diotak."
~Author Cogan~
"Kalian tahu gak? Kenapa si Bara itu dikeluarin dari sekolah?"
"Kenapa?"
"Ternyata si Bara yang di kenal sebagai cowok alim itu habis menghamili anak orang njir."
"Serius lo? Gak nyangka gue, ternyata dia diam-diam menghanyutkan. Kenapa sih, gak gue aja yang jadi korbannya?"
"Dih, ngarep banget sadar muka napa?!"
Setelah percakapan yang telah usai kedua gadis itu segera berjalan pergi meninggalkan toilet.
Namun, tanpa mereka sadari ada seorang gadis tanpa sengaja mendengar semua perbincangan itu di balik bilik toilet.
Air matanya mulai berjatuhan setetes demi setetes membanjiri pipinya. "Itu bohongkan?" tanya Amira memastikan.
Amira menangis dalam diam, dia tidak boleh percaya begitu saja, dia harus mencari lebih detail lagi penyebab Bara dikeluarkan.
Amira mengusap kedua matanya berusaha menghilangkan jejak air mata yang ada dipipinya itu. Setelah merasa sudah cukup Amira segera keluar dari bilik toilet menuju wastafel yang telah disediakan oleh pihak sekolah.
Gadis itu tanpa pikir panjang memutar keran air lalu dibasuhinya wajahnya hingga sangat basah.
Amira terus saja membasahi wajahnya dengan harapan setiap aliran air yang jatuh dari wajah bisa melarutkan seluruh emosinya. Tetapi, semua itu sia-sia, emosinya masih saja ada di hatinya.
Otaknya dipenuhi oleh nama lelaki itu. "Seandainya berita itu benar, maka gue akan membencimu selamanya," monolog Amira sembari menatap bayangannya yang ada di cermin.
Setelah puas meratapi bayangannya di kaca toilet, dia segera bergegas keluar dari toilet kemudian berjalan kembali menuju kelasnya.
"Mir, lo denger rumor tentang Bara gak? Kalau Bara itu habis-"
Belum sempat Sinta menyelesaikan ucapannya Amira telah memotong pembicaraan itu. "Buntingin anak orang kan?"
Sinta hanya mengangguk ragu, dia takut rumor itu salah yang malah berunjung fitnah. "Lo percaya?" tanya Sinta memastikan.
Amira menggelengkan kepalanya, tentu saja Amira tidak mempercayai langsung rumor itu sebelum mendengar jawaban langsung dari Bara.
Jadi, Amira memutuskan untuk mengunjungi pondok pesantren yang ditempati oleh Bara seusai sekolah nanti.
"Nanti sehabis sekolah gue akan datang ketempat si ustad langsung," putus Amira singkat sedangkan Sinta hanya terdiam menatap sahabatnya itu.
Sinta juga tidak bisa langsung percaya rumor yang disebarkan oleh penghuni sekolah. Bisa saja itu salah bukan? Nafsunya kan cuma untuk Amira, begitulah pikiran Sinta mengenai si ustad.
Amira menatap Sinta yang dari tadi bengong melihat kearah papan tulis yang bersih dari coretan spidol. "Napa lo bengong?" tanya Amira sambil menepuk pundak Sinta pelan.
Sinta terperanjat kaget saat dia merasakan sebuah tepukan ringan di pundak sebelah kirinya, dengan cepat gadis berambut panjang yang ikat itu menoleh kearah Amira yang masih menatapnya heran.
"Gak pa-pa kok, cuma mikirin rumor itu," jawab Sinta jujur.
Amira tersenyum tipis setelah mendengar jawaban jujur dari Sinta, tangan Amira yang masih berada dipundak Sinta berubah menjadi usapan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Gadis Wattpad
Teen Fiction~END~ *** "Siapa kau?" tanya Amira "Saya pacar kaulah," jawab pria dengan setelan baju koko bewarna putih dan tak lupa wajah cengirnya. *** Apa yang harus dilakukan oleh gadis Yang bernama Amira Imanda Putri saat dia tahu bahwa ia lagi di teror oleh...