"Sudah capek-capek menjadi pelangi buat si doi, eh dianya malah buta warna."
~Author Cogan Sya la la~
"Mak, ini baju apa?" tanya Amira penasaran saat netranya melihat sebuah baju dinas disampirkan diatas meja begitu saja.
Amira tidak tahu baju apa itu? Tetapi menurutnya baju itu terlihat seperti baju dinas guru-guru yang biasanya mengajar di sekolah negeri dengan warna coklat yang kontras.
Maemunah yang awalnya terlihat fokus dengan tontonan yang ada di depannya segera memalingkan wajahnya menatap putrinya dengan raut wajah senang.
Namun di mata Amira, senyuman Maemunah yang ditunjukkan kepadanya malah terlihat sedikit mengerikan, Amira langsung menebak pasti ibunya memiliki suatu rencana aneh.
Semoga saja tidak.
"Ini tuh, baju kamu buat foto bareng Bara nanti besok di acara sosialisasi pemerintah desa di baldes besok," jawab Maemunah semangat.
"Wait, jangan bilang besok aku jadi pasangannya di acara itu?"
"Betul banget."
Amira menepuk jidatnya keras hingga menimbulkan suara jitakkan yang keras dan bergema. Ibunya selalu saja melakukan hal-hal yang berhubungan dengannya tanpa berunding terlebih dahulu bersama pemilik badan.
Apakah Bara mengetahui bahwa dirinya dipaksa sang ibu untuk mendampinginya? Semoga saja pria itu mengetahuinya lalu menolaknya mentah-mentah.
Amira hanya memandang wajah ibunya dengan kesal, memangnya ibunya tidak berfikir apa? Apabila Amira menjadi pasangan Bara untuk acara besok secara tiba-tiba bisa saja pergosipan tentangnya bisa tersebar kemana-mana.
Kalau sampai tersebar dan Amira menjadi artis dadakan besok berita tentangnya akan bertuliskan tentang ....
"Diberitakan ada seorang wanita asing ikut nyempil bagaikan upil di acara sosialisasi pemerintahan dan lebih parahnya lagi wanita upil itu menjadi pasangan seorang perwira tampan."
Oke, ini keliatan mulai berlebihan.
Amira yakin walaupun beritanya tidak sampai segitunya tetapi tetap saja dia akan digosipin oleh penduduk lokal lebih tepatnya para ibu-ibu pemburu menantu Orka alias orang kaya.
Mengingat hal itu Amira secara reflek menyilangkan kedua tangannya di depan dada menandakan penolakan kepada ibunya.
Tapi sangat disayangkan Maemunah tampak mengeryitkan dahinya hingga menimbulkan beberapa lipatan di dahinya.
"Ngapain kamu gitu? Mau murtad? Agama apa itu, Menyilangkan tangan?"
"Ibu pokoknya aku gak bakal hadir di acara itu, apalagi menjadi pasangan untuk pria itu," jawab Amira tegas, dia harus mempertahankan keputusannya itu, dia akan tetap menolak tanpa peduli perintah itu dari siapa, dari ibu, bapak, adik, bahkan presiden sekalipun.
Gak bakal, titik! Gak pake koma!
"Oke kalau kau mau ibu pake cara kasar, ibu akan menurutinya," putus Maemunah sembari tersenyum sinis membuat Amira sedikit bergetar takut.
Maemunah dengan santai berjalan meninggalkannya seorang diri bersama perasaan yang ingin tahu.
'Apa yang direncanakan oleh Emak?' batin Amira bertanya-tanya.
Kejadian itu pun segera berlalu tanpa keberlanjutan membuat Amira sedikit lega karena ibunya tak lagi memaksanya untuk menghadiri acara itu besok.
Sekarang di depan televisi di tonton oleh beberapa anggota keluarga yang ada di kediaman Amira yaitu Glen, Maemunah, Rukmini, Kemal, dan Amira itu sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Gadis Wattpad
Teen Fiction~END~ *** "Siapa kau?" tanya Amira "Saya pacar kaulah," jawab pria dengan setelan baju koko bewarna putih dan tak lupa wajah cengirnya. *** Apa yang harus dilakukan oleh gadis Yang bernama Amira Imanda Putri saat dia tahu bahwa ia lagi di teror oleh...