"Siapa nak?" tanya Maimunah seraya menatap ketiga orang asing itu bergantian.
Amira melongo atas kedatangan si ustad itu, sedangkan Bara malah asyik memainkan kedua alis.
"Perkenalkan nama saya Barakallah, tujuan kedatangan saya disini untuk mengkhitbah putri anda yang bernama Amira untuk menjadi calon istri saya," jawab Bara to the point.
Lagi-lagi keluarga Cemara itu melongo melihat ketekadan pria berkopiah itu.
Tanpa ba-bi-bu Amira bangkit dari duduknya lalu meminta izin untuk kekamar sebentar."Bun, aku izin kekamar dulu ya, ada kepeluan bentar," izin Amira.
Maimunah menatap raut wajah Amira yang terlihat sedikit gelisah, pikirannya mulai terbang kemana-mana. "Iya, tapi kamu gak ada niatan bunuh dirikan?"
Setelah Maimunah melontarkan pertanyaan itu, semua atensi mengarah kearah Amira membuat gadis itu gelagapan tidak karuan.
"Ish, Bunda kok pikirannya sampai situ sih? Masa aku bunuh diri cuma gara-gara ini impianku aja belum tercapai," jawab Amira tidak terima.
Maimunah mengeryitkan dahinya bingung, "Impian apa?"
"Menikah ama CEO tampan." Seketika tawa Maimunah pecah membuat semua orang menatap wanita itu bingung.
"Kamu mau nikah ama CEO? Ya ampun muka aja ke parutan kelapa!" ejek Maimunah.
Amira mengerucutkan bibirnya beberapa centi, Amira merasa kesal melihat sikap ibunta itu bukannya mendukung malah menjatuhkan.
Sebenarnya dia itu anak kandung apa anak lungut sih?
"Yaudah pergi sono, tapi bentar doang ya," ucap Maimunah di sela tawanya. Amira hanya menganggukkan kepala lalu bergegas menuju kamar miliknya.
Bara hanya tersenyum geli melihat kepergian Amira sambil menghentak-hentakkan kakinya sehingga menimbuk sedikit getaran pada rumah.
"Haduh, tuh anak ingin buat rumah roboh apa? Cicilan aja belum lunas," keluh Glen notabene ayah dari Amira.
Amira dengan raut kesal berjalan menuju kamarnya tanpa pikir panjang gadis itu membuka pintu kamarnya lebar-lebar setelah itu dia menutup pintu dengan kencang membuat pintu itu menimbulkan suara gebrakan yang sangat kuat.
Wajahnya memerah keringat dingin mulai bermunculan sebesar biji salak. Tangannya mencoba meraih ponsel yang ada diatas nakas kamarnya dengan gemetar.
'Sialan kenapa tangan gemetar? Apakah ini yang dinamakan kegugupan yang hakiki?' batinnya.
Amira menundukkan kepala menatap ponselnya lalu mulai menghubungi nomer sahabatnya.
Tut ....
"Ya bebeh?" tanya Sinta seberang sana dengan suara dibuat-buatnya.
"Mata Lo bebeh! Bikin tangan gue gemetar aja gara-gara jijik ama lo!" bentak Amira.
"Iye, emangnya napa lo nelpon gue malam-malam?" tanya Sinta.
"G--gue dilamar ama si ustad," jawab Amira ragu. Ia merasa takut jika dirinya akan menikah dengan si ustad yang menyebabkan ia harus berhenti dari dunia ke-wattpadan.
"What!" Amira menjauhkan kupingnya dari ponsel. "Oke lo tenang dulu, kalau lo beneran dilamar ama si Bara automatis keluarganya juga orang yang agamais, jadi, lo harus ngomong dengan lemah lembut jangan ngegas," lanjutnya. Amira mengeryitkan dahi kebingungan.
"Contohnya?"
"Contohnya lo harus ngomong gini, Haih namah sayah Sintahhhh pahamhhs?" ujar Sinta.
Amira bergidik ngeri dan bertanya, "Situ ngomong apa ngedesah neng vulgar amat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Gadis Wattpad
Ficção Adolescente~END~ *** "Siapa kau?" tanya Amira "Saya pacar kaulah," jawab pria dengan setelan baju koko bewarna putih dan tak lupa wajah cengirnya. *** Apa yang harus dilakukan oleh gadis Yang bernama Amira Imanda Putri saat dia tahu bahwa ia lagi di teror oleh...