"Nama lo siapa?" Tanya Bagas."Lila---Alila." Sahut Lila.
Wanita itu masih menyandarkan tubuhnya di tembok dengan mata terpejam. Terlihat jelas ia masih terkejut dengan kejadian ini.
"La, lo beneran gak punya apa-apa?" Tanya Bagas. Wanita itu membuka matanya lalu menoleh pada Bagas.
"Beneran, aku ini cuma buruh pabrik!" Sahut Lila.
"Baju juga gak punya?" Tanya Bagas.
"Baju? EH ASTAGA BAGASSSSSSS!!!"
Lila melempar Bagas dengan botol air minum yang sedang ia pegang lalu berlari ke kamar mandi. Sementara itu Bagas hanya terkekeh sambil merasakan sakit di perutnya.
***
"Kamu dari tadi sengaja ya gak kasih tau aku? Mesum!" Lila masih tak terima dengan kenyataan jika dari tadi ia hanya mengenakan bra dan celana pendek.
"Kirain gue sengaja." Sahut Bagas.
"Sengaja mbah mu!!!" Lila mendelik sebal.
Hujan masih deras. Bagas memejamkan matanya merasakan badannya panas.
"La, punya obat gak?" Tanya Bagas lirih.
"Obat? Ada noh obat cacing!" Jawab Lila sekenanya.
"Gue serius La, gue demam." Bagas menarik kemejanya untuk menutupi tubuh nya.
"Hah? Beneran?" Tanya Lila.
"Aduh.. Jangan-jangan infeksi, Gas." Lila melihat luka Bagas di perut sebelah kanannya.
"Nggak, gue cuma belum makan dari kemarin."
Lila kembali melongo.
"Tunggu di sini ya, aku beli makan. Pintu aku kunci dari luar. Ini minum nya." Begitulah perintah Lila sebelum wanita itu pergi dan menghilang dari kamarnya sendiri.
Lila tak mengizinkan Bagas untuk kembali ke kamarnya karena khawatir dengan orang yang 'katanya' jahat tadi akan kembali.
Hujan masih turun dengan deras bahkan semakin deras. Bagas menatap langit-langit kamar Lila, ia tersenyum getir ketika mengingat perkataan Alana bahwa cewek baru yang di sebelah kamar Bagas adalah cewek culun. Nyatanya cewek culun itulah yang menyelamatkan nya dari amukan Alana.
Bagas meraih ponselnya. Ia membuka pesan masuk yang sudah tak terhitung jumlahnya. Alana mencari nya dan berjanji akan terus mencarinya.
Satu pesan yang mencuri perhatian Bagas.
Dimitri : Tuan muda, nyonya sakit. Tuan muda sebaiknya segera pulang.
Bagas memejamkan matanya memilih tak menjawab pesan asisten pribadi ibundanya tersebut.
Terdengar suara kunci pintu di putar dari luar. Nampak wajah cantik Lila menyembul dari luar. Bajunya basah karena mungkin payung kecilnya tak sempurna melindungi nya dari air hujan. Bagas menatap Lila yang dengan cekatan menyiapkan bubur ayam dan bubur kacang hijau untuknya. Segelas teh hangat tersaji di sana.
"Aku mandi dulu ya, kamu makan dulu. Nanti minum obat." Perintah Lila. Bagas hanya mengangguk.
"Thank you, Lila."
Wanita itu hanya mengangguk.
"Habisin! Sedikit lagi!" Kembali suara Lila yang memerintah Bagas untuk menghabiskan makanan yang ada di hadapannya.
"Gue mual, La." Tolak Bagas. Wanita itu mendekat dan menempel kan punggung tangannya di kening Bagas. Lalu beralih ke punggung Bagas dan memijitnya pelan. Bagas langsung sendawa dengan kencang.
"Sorry." Cicit Bagas.
"Kamu masuk angin. Aku kerokin ya." Lila menatap Bagas dengan intens. Manik mata mereka bertemu, Lila langsung membuang pandangannya.
"Gue belum pernah di kerok La." Tolak Bagas.
" Ya makanya coba dulu!" Kembali Lila melotot pada Bagas. Lagi-lagi Bagas menyerah.
Alila memulai menekan koin yang sudah ia bersihkan, punggung Bagas sudah ia balur dengan kayu putih yang di campur body lotion. Bagas memejamkan matanya ketika tangan halus Alila menyentuh kulit nya. Bagaimana pun Bagas adalah pria normal yang memiliki nafsu yang membumbung tinggi.
Alila menyelesaikan sesi kerokannya, ia melakukan nya dengan lembut dan pelan. Benar saja, punggung Bagas nyaris seperti baru saja di cambuk. Lila mengurut pelan punggung Bagas, leher dan kepala Bagas dengan tangannya yang cekatan. Bagas merasakan tubuhnya membaik.
Alila segera memberikan obat pada Bagas dan menyuruh pria itu untuk tidur.***
Suara aktivitas di luar kos membuat Bagas terbangun. Ia menatap wanita cantik yang tertidur pulas di samping nya dengan handuk basah yang ia pegang dengan erat. Bagas menebak jika semalam ia kembali demam. Bagas tersenyum menatap wajah Alila yang tenang saat tidur. Alila bergerak dan Bagas kembali memejamkan matanya. Terasa punggung tangan Alila menyentuh kening Bagas."Udah reda." Wanita itu melangkah ke kamar mandi dan membasuh wajahnya.
Alila memilih ke dapur dan menyiapkan sarapan untuk Bagas. Ia membuat sup ayam dan tempe goreng. Alila membuka pintu membiarkan udara pagi masuk ke kamar nya yang rapi.
"Bagas, bangun. Sarapan dulu." Alila menyentuh lengan Bagas. Pria itu membuka matanya.
"Sorry ya La gue ngerepotin." Cicit Bagas.
"Ck, lebay!" Alila membantu Bagas untuk duduk dan bersandar di tembok. Alila menyodorkan nasi putih dengan semangkuk sup hangat yang menggugah selera.
"Sorry ya kalo nggak enak." Ujar Lila.
"Kamu masak?" Tanya Bagas. Alila mengangguk. Bagas mengubah 'lo jadi kamu.
"Thank you." Ucap Bagas lalu menikmati sarapannya berdua dengan Alila. Wanita yang baru saja ia kenal dan sudah menyelamatkan hidupnya dari wanita menyeramkan yang menjadi kekasihnya, Alana
KAMU SEDANG MEMBACA
TANPA WAKTU
RomanceAlila terkejut ketika mendapati tetangga kos nya yang jarang pulang tiba-tiba ambruk di hadapannya. Nathan Bagaskara nama si tetangga kos yang aneh dan nyentrik.