2

120 5 0
                                    


   Tempat kerja yang baru membuat Lila bersyukur, selain lebih dekat dengan tempat kos, jam kerja pun bisa di bilang office hour. Lila harus masuk jam 7 pagi dan pulang jam 4 sore. Kalau pun ada lembur, paling lama memakan waktu dua jam dan tak masalah bagi Lila. Sabtu minggu dan libur nasional pun Lila akan libur.

Hari masih terang ketika Lila tiba di kos. Jumat sore pun kos itu tetap lengang, mas Oki yang notabene adalah penjaga kos pun tak tinggal di sana. Ia tinggal di ujung jalan.

Lila duduk di balkon menikmati angin sore dengan segelas es teh manis yang baru saja ia buat di dapur. Tempat kos ini memiliki satu buah dapur yang bisa di gunakan bersama-sama jika ingin memasak atau menyimpan minuman dingin.

Ceklek..

Lila menoleh ke asal suara. Kamar Bagas terbuka. Dari dalam muncul seorang perempuan berwajah cantik yang di susul dengan Bagas yang juga ternyata sangat tampan.

Keduanya tak menyapa Lila dan pergi begitu saja dari hadapan Lila. Gadis itu menggeleng pelan ketika sadar jika Bagas mungkin tinggal di sini dengan kekasihnya.

***
Sudah hampir satu bulan Lila tinggal di sini, namun baru dua kali ia bertemu dengan Berlian seorang wanita yang periang dan juga cerewet.

"La, tetangga kamu masih jarang pulang ya?" Tanya Berlian.

"Siapa? Bagas-Bagas itu?" Tanya Lila. Berlian mengangguk.

"Gak tau sih, terakhir aku liat dia keluar kamar sama cewek, mungkin pacarnya." Beritahu Lila pada Berlian.

"Iya,kalo gak salah nama pacarnya Alana. Dia sering ke sini, sering nginep juga." Sahut Berlian. Lila menaikan alisnya.

"Lho? Memangnya boleh nginepin lawan jenis?" Tanya Lila dengan polosnya.

"Ya boleh lah, di sini kan bebas." Sahur Berlian. Lila menghela nafasnya lalu mengangguk mengerti.

Berlian kembali jarang pulang karena kakak nya baru saja melahirkan dan Berlian harus menemani nya.

Hujan deras di Jumat malam membuat Lila malas untuk membeli makan. Lantas ia membuat mie goreng dan membawanya ke kamar. Setelah selesai makan Lila memainkan ponselnya. Hujan semakin deras dengan petir yang saling menyambar. Akhirnya Lila membaca novel kesayangan untuk mengusir rasa bosan. Tiba-tiba pintu di ketuk dengan kencang. Lila melonjak kaget.

Ia mengintip dari balik tirai.

"Bagas?" Gumam Lila melihat tetangganya berdiri di balik pintu.

Perlahan Lila membuka pintu.

"Tolong---brugggg!"

Bagas terjatuh tepat di hadapan Lila.

"ASTAGA!! BAGAS!!!"  Lila memekik melihat Bagas yang ambruk di hadapannya.

Bagas masih sadar namun ia terluka di pelipis dan perut sebelah kanan.
Lila panik dan berusaha meminta pertolongan namun Bagas menggeleng pelan.

"Masuk ke kamar.." Suara Bagas lirih menunjuk kamar Lila.

"Kamu kenapa Gas, Ya Tuhan!" Lila membantu Bagas memapahnya ke kamar Lila.

"Tutup pintunya." Ujar Bagas.

"Eh?" Lila melotot pada pria tampan itu.

"Gue di kejar orang jahat." Ujar Bagas. Lila membulatkan matanya dan dengan sigap ia menutup pintu dan menguncinya.

Tak berapa lama terdengar suara seseorang menggedor pintu kamar Bagas. Lila ketakutan, namun ia berusaha tenang.

"Itu siapa?" Bisik Lila tepat di telinga Bagas.

"Orang suruhan pacar gue." Ujar Bagas.

"Hah? Ih rumit deh!" Lila mengacak rambut nya dengan frustasi.

---

"Permisi..." Ketukan seseorang membuat Bagas dan Lila saling pandang.

"Tolong---" Bagas menggeleng pelan. Lila bingung. Perduli setan siapa Bagas namun Lila harus menyelamatkan tetangganya itu. Lila menarik tangan Bagas lalu memasukkannya ke kamar mandi dan menguncinya dari luar. Lila membuka bajunya dan melilitkan handuk di dadanya.

"Siapa ya?" Tanya Lila dari dalam.

"Saya mau cari Bagas." Sahut seorang pria dari luar pintu.

Lila membuka pintu namun hanya kepalanya yang keluar pintu.

"Bagas siapa mas?" Tanya Lila.

" Maaf mbak, ini yang sebelah kamar mbak." Sahut pria itu. Lila melihat bercak darah di ujung kemeja biru pria tersebut.

"Oh, saya baru pindah mas jadi belum kenal siapa tetangga saya. Coba tanya ke penjaga kos. Saya telponin ya?" Pancing Lila.

"Oh gak usah mbak, makasih ya." Ujar Pria itu lalu pergi.

Lila menaruh handuknya di tempat tidur lalu membuka kamar mandi memapah Bagas dan menidurkan nya di kasur tanpa ranjang tersebut. Lila membantu melepaskan sepatu Bagas dan juga kemeja pria itu. Ia membantu membersihkan luka-luka di tubuh Bagas. Pria itu hanya diam dan sesekali meringis. Lila meraih botol minumnya lalu menyodorkan nya pada Bagas. Lila menahan kepala Bagas dengan pahanya karena pria itu betul-betul lemas.

"Kamu penjahat ya, Gas?" Tanya Lila ketika pria itu membuka matanya.

"Mungkin." Sahut Bagas.

"Ck, tapi kamu jangan jahatin aku ya! Aku gak punya apa-apa." Ujar Lila polos.

"Iya gue tau kok kalo lo gak punya apa-apa." Sahut Bagas.

Lila tersenyum getir lalu mengangguk pelan.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang