8

76 6 0
                                    

Bagas menutup layar MacBook nya. Ia lelah seharian belajar tentang manajemen perusahaan yang menurut nya jlimet tersebut.

Ia membuka ponselnya dan menulis pesan di room chat nya dengan Lila.

Bagas : La, aku gak pulang ke kost. Kunci pintu dulu sebelum tidur. Jangan lupa makan malam dulu, gak usah nunggu aku.

Bagas merasa konyol. Ia seperti sedang berpesan pada kekasihnya.

Alila : Gas, mati lampu.

Bagas : Ke kamar ku aja. Di kamarku ada lampu emergency dan kipas yang pake baterai. Kunci kamarku ada di bawah keset depan kamar kamu.

Bagas : Tidur di kamar ku aja.

Alila : Iya.

"Chat an sama siapa sih?" Tanya Maria.

"Mama kepo!" Sahut Bagas. Maria berdecak pelan.

"Gas, kamu besok ikut mama ya. Kan udah hampir tiga bulan gak checkup." Maria mengusap punggung putra nya. Bagas mengangguk.

"Wuidiih pulang juga akhirnya." Goda Krisna pada Bagas.

"Ck, kalo gak pulang, kamu kangen aku kan, Bang?" Sahut Bagas.

"Kangen lah, gak ada yang bisa aku bully." Sahut Krisna.

"By the way, Gas. Alila kerja di pabrik kita ya?" Tanya Krisna. Sontak saja Bagas menatap horor pada Krisna. Ia lantas menoleh pada Maria yang sedang menaikkan satu alisnya.

"Who is the girl? Your girlfriend?" Tanya Maria. Bagas menggeleng samar.

"She is my best friend." Sahut Bagas.

"And you already falling in love with her, am i right?" Tanya Krisna.

"I don't know." Bagas mengedikkan bahunya.

Maria mengangguk-anggukan kepalanya.

"Udah ah jangan bahas Alila." Ujar Bagas.

"Why?" Tanya Maria.

"Nanti kupingnya panas." Sahut Bagas asal.

Mereka terkekeh melihat tingkah Bagas yang malu-malu.

Ponsel Bagas berdering. Nampak panggilan video dari Alila. Tangan Bagas kalah cepat dengan Maria. Ibunda nya tersebut menerima panggilan video tersebut namun tak mengarahkan wajahnya pada kamera.

Alila : Gas, lampunya sih udah nyala. Tapi aku kekunci di kamar kamu. Gimana nih??

Teriak Lila. Maria dan Krisna menahan tawanya.

Alila : BAGASSSS kok diam aja?? Ini aku kalo mati di kamar kamu gimana????

Teriaknya lagi.

Bagas mendesah pelan ketika Maria menjauh kan ponselnya. Sementara tangan Krisna memiting lehernya.

Alila : ya udah deh, aku pasrah aja. Misalnya nih aku mati di kamar kamu, tolong kirimin gaji terakhir aku untuk mamaku di kampung ya. Dan bilang sama mama kalo aku hidup dengan baik di sini.

Klik!

Lila mematikan panggilan videonya.

Seketika tawa Maria hilang, begitu juga Krisna. Mereka menoleh pada Bagas.

Sementara pria itu hanya mengedikkan bahunya.

"Gak usah jadi sedih. Percaya deh, aku masih bisa tahan kok." Bagas menepuk tangan Krisna yang sedang berada di lehernya.

Maria menghambur memeluk Bagas anak bungsunya yang di vonis menderita leukimia sejak masih kecil.

Krisna memeluk kedua orang yang amat ia sayangi di dalam hidupnya. Orang-orang yang akan selalu Krisna lindungi selama Krisna hidup. Untuk itulah Krisna tak pernah memikirkan kehidupan pribadi nya selama ini. Yang ia pikirkan adalah bagaimana Bagas bisa bertahan hidup dengan obat - obatan yang ia konsumsi sejak kecil. Krisna sangat takut jika Bagas akan menyerah pada kedaan ketika tubuhnya sudah lelah.

***

Lila tak bisa memejamkan matanya. Ia kini berada di kamar Bagas. Untung saja besok hari sabtu ia tak harus bangun pagi-pagi.

Ponselnya bergetar menampilkan nama Bagas di sana. Lila mendengus kesal mengingat tadi Bagas mengabaikan dirinya saat video call tengah berlangsung.

"Apa?" Tanya Lila dengan sewot.

"Sorry, tadi handphone ku di pinjem mama." Sahut Bagas.

"Hah? Berarti tadi yang terima video call ak---"

"Iya, itu mamaku." Sahut bagas lagi dengan enteng nya. Lila menggigit guling Bagas tanpa sadar.

"Gas, please." Cicit maria.

"Apa?" Tanya Bagas.

"Aku belum sanggup jadi pengangguran." Desah Lila.

"Lho?" Bagas belum mengerti.

"Bayangin ya Gas, Minggu lalu aku ngancam kakak kamu yang ternyata adalah owner tempat aku kerja nah hari ini aku teriak-teriak ke mama kamu. Apa coba kemungkinan terburuk yang bisa aku dapetin selain di pecat." Lila berbicara dengan lirih.

Bagas tertawa pelan.

"Di tambah malam ini kamu tidur di kamar aku yang notabene adalah anak bungsunya dari mamaku dan adik dari owner tempat kamu kerja." Imbuh Bagas dan seketika membuat Lila ingin menghilang dari bumi ini. Kemana saja asal tak bertemu dengan keluarga Bagas.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang