7

75 5 0
                                    

"La, mau makan dimana?" Tanya Ucup teman satu ruangan dengan Lila.

"Makan di kantin aja yuk, Cup. Aku gak bawa makan." Lila mematahkan lehernya ke kanan dan ke kiri.

"Ayo. Kita coba mie ayam mas Joko yang baru." Ujar Ucup.

Namanya Yusup Supriyanto. Tapi Lila lebih suka memanggil nya dengan nama Ucup. Walaupun kadang Ucup kesal karena namanya jadi gak keren lagi. Tapi akhirnya Ucup pasrah saja karena Lila adalah teman yang menyenangkan. Keduanya adalah bagian administrasi di area produksi sepatu.

Pabrik tempat Lila bekerja memiliki 10 bangunan utama. Setiap bangunan memiliki hampir ribuan pekerja dan setiap bangunan pula di memiliki kegiatan yang berbeda. Di area Lila contohnya, area tersebut hanya memproduksi sepatu dari desain hingga pengecekan kualitas akhir.

"Enak kan?" Tanya Ucup.

"Iya Cup. Tapi lumayan mahal ya." Bisik Lila. Ucup mengangguk setuju.

Kedai bakmi khas Bangka itu berada di area kantin karyawan. Lila dan Ucup duduk di dekat kaca yang menghubungkan ke area kantin lainnya yang menjual makanan khas Chinese.

Lila menoleh ke area tersebut dan ia hampir menyemburkan makanan nya ke Ucup. Mata nya melotot ke arah Ucup. Sontak saja pria itu terkejut.

"La, lo kenapa? Keselek?" Tanya Ucup panik.

"Nggak!" Lila menggeleng cepat.

Lila mencondongkan tubuhnya ke arah Ucup.

"Cup, kamu kenal yang lagi makan di sana?" Lila menunjukkan ke arah yang di maksud dengan gerakan alisnya. Ucup menoleh pada arah yang di maksud oleh Lila.

Nampak 3 orang pria sedang menikmati makan siangnya. Satu pria duduk menghadap ke arah Lila dan Ucup, pria itu jelas sedang menatap ke arah Ucup dan Lila.

"Oh, itu Pak Krisna. Owner tuh!" Bisik Ucup. " Yang di depan Pak Krisna itu kan General manager area, La." Terang Ucup.

Lila mengangguk. Ia ingat bagaimana kejadian minggu lalu ketika ia mengancam Krisna dengan balok kayu yang ia ambil dari dekat tiang jemuran.

"Siap-siap jadi pengangguran deh!" Lila menelungkupkan wajahnya di meja. Ucup hanya mengedikkan bahunya tanda tak mengerti dengan gerutuan temannya itu.

Sementara di balik kaca sana, Krisna mengulum senyumnya melihat bagaimana Lila terkejut dengan kehadirannya.

Tepat pukul lima sore. Waktunya Lila pulang setelah lembur selama satu jam. Ia berjalan melewati ruangan GM dan petinggi perusahaan lainnya.

"Kalo kerja gak di bawa balok nya?" Suara seseorang membuat Lila berjingkat kaget.

"Eh?" Lila menoleh ke sebelahnya. Pria jangkung itu memiringkan wajahnya.

Pria yang beberapa waktu lalu di maki-maki olehnya. Lila merasakan wajahnya memanas, nyalinya mendadak ciut melihat Krisna berdiri tegap di sampingnya.

"Maaf Pak." Cicit Lila. Krisna tertawa pelan.

"Kali ini saya maafin karena ternyata kamu sudah melindungi adiknya saya. Ya walaupun sebetulnya, Bagas bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi sepertinya ketika dia dekat kamu, dia berpura-pura lemah." Krisna mengulum senyumnya.

Pria jangkung itu masuk ke dalam lift ketika pintunya sudah terbuka.

"Ayo!" Serunya pada Lila yang masih mematung.

"Jangan pecat saya ya Pak." Lila menoleh dengan takut-takut.

"Kenapa memangnya?" Tanya Krisna. Kebetulan lift dalam keadaan kosong karena sebagian karyawan sudah pulang dan tinggal bagian produksi saja yang masih beraktivitas.

"Nanti saya gak bisa makan." Sahut Lila dengan polos.

Sontak saja Krisna tertawa lepas. Tawa yang sudah lama tak ia tunjukan pada siapapun. Lila meringis melihat Krisna tertawa seperti itu.

"Saya duluan ya Pak." Pamit Lila dengan sopan. Krisna mengangguk. Ia menatap punggung gadis yang memilik usia jauh di bawahnya, gadis yang sanggup membuat nya tertawa lepas dan gadis itu pula lah yang Krisna yakini membuat Bagas hari ini pulang ke rumah dan berjanji akan ikut andil dalam bisnis keluarga nya.

"Thank you, La." Gumam Krisna.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang