30

67 4 0
                                    

"Begitu ceritanya, Pak Saddam." Maria menatap pria yang sepertinya usia mereka tak berbeda jauh. Pria berwajah dingin itu memejamkan matanya memdapati ulah putranya, Joshua. Jelas Saddam malu karena ia di datangi langsung oleh pengusaha ternama sekaligus ibu dari teman anaknya.

"Bu Maria, saya speechless." Saddam memijat pelipisnya.

"Joshua hanya butuh perhatian anda, Pak." Maria tersenyum anggun.

"Saya akan menjaga anak saya dan akan melakukan apapun untuk menyelamatkan nya. Anda pasti faham maksud saya." Maria menyesap teh hijau yang ia pesan di sebuah resto di kawasan elit Jakarta.

"Saya faham. Saya akan menyelesaikan masalah ini segera." Saddam tersenyum canggung.

Di sisi lain..

"Kali kedua kita berhadapan, apa yang mau kamu sampaikan?" Tanya Joshua dengan tenang.

"Mau mengundang kamu." Sahut Lila tak kalah tenang.

"Mengundang?" Joshua mengernyitkan keningnya. "Menikah?" Tanyanya lagi. Alila terkekeh.

"Kamu mau lihat bagaimana Krisna sangat mendamba aku, kan?" Lila mengerlingkan matanya. "Baru kamu percaya, kan? Seperti apa yang kamu ucapkan pada Krisna tempo hari. Lila menyeringai.

"Mari kita buat kesepakatan atau aku dan Ibu Maria akan membuat kamu menyesali apa yang udah kamu mulai, Josh." Lila mengetukkan jarinya di meja.

"Kamu!!" Joshua mengeraskan rahangnya.

"Lho? Kamu kan bilang akan melepaskan Krisna, ya sudah datang ke hotel Marlone. Kita lihat apakah kamu bisa menepati janji kamu?" Lila beranjak. "Semua pilihan ada di kamu Josh. Kenali diri kamu yang sebenarnya, cinta atau obsesi. Mari kita buktikan!" Lila menepuk pundak Joshua dan berlalu dari hadapan pria itu dengan hati yang bergemuruh.

"La, kamu yakin gak akan menyesal?" Maria memeluk Lila.

"Nggak akan mah! Manusia seperti Joshua gak akan berhenti sebelum betul-betul sadar." Lila mengusap punggung Maria dengan lembut.

"Mama dan Krisna sudah melindungi aku dan menerima aku di keluarga ini. Giliran aku yang membela Krisna dan mama." Lila tersenyum.

Maria menghela nafasnya.

"Mama sangat sanggup membungkam Joshua, La." Maria duduk kembali di sofa ruang keluarga itu. Terlihat jelas ia sangat lelah.

"Lalu Joshua akan kembali dan membalas dendam??" Lila menangkup kedua tangan Maria yang berada di pangkuan wanita cantik itu. "Nggak ada cara lain untuk menyadarkan Joshua, Ma." Lila mencium kedua tangan Maria. "Percaya sama aku, ya?" Ujarnya lagi.

"Ben, kamu yakin semua sudah siap?" Tanya Maria. Ben mengangguk lalu mengacungkan jempolnya.

"Kalo nanti aku di pecat sama pak Krisna, ibu mau nampung aku, kan?" Wajah Ben di buat memelas.

Maria dan Lila tergelak.

Ben yang berjasa untuk semua hal yang terjadi di malam minggu itu, Ben membuat sempurna dari mulai bukti-bukti, setting tempat juga kerahasiaan semua dokumen.

***

Krisna mengerang ketika ciuman manis mendarat di keningnya.

"Morning.." Sapanya pada kekasihnya yang sudah mandi dan terlihat segar.

"Jam berapa?" Tanyanya.

"Jam 9. Mau sarapan di kamar?" Tanya Lila.

Krisna mengangguk. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Krisna membelalakan matanya melihat siapa yang menerobos ke kamarnya.

"Lila sayaaaaang...Thank you!" Seru Maria. Wanita itu memeluk Lila erat.

"Minggu ini, kita akan datang ke keluarga kamu. Kalian harus segera menikah." Maria mengusp pipi Lila. Gadis itu mengangguk.

"Haloooo..." Krisna mengetukkan jarinya di nakas. " Ada apa ini? Mama gerebek aku?" Tanya Krisna.

Maria mendelik sebal.

"Ck, mama cuma mau memeluk calon menantu mama. Mandi sana! Kamu bau!!" Maria melempar Krisna dengan sandal hotel nya.

Lila terkekeh.

"Sayang, aku perlu penjelasan!" Seru Krisna.

"Mandi sana, bau!" Lila berlalu keluar kamar menggandeng Maria.

"Hah??? Kalian gila ya?" Krisna membelalakan matanya mendengar penuturan Maria dan Lila.

"Mungkin," Lila mengedikkan bahunya.

"Sayaaang, berarti dia lihat semuanya? Kita? Telanjang?" Krisna meraup wajahnya dengan kasar.

"IYA SEMUANYA!!!" Lila menyalak pada Krisna. Kesal sekali dengan pria di hadapannya itu.

"Ya ampun, aku speechless sih sama ide kalian ini." Krisna duduk dengan lemas di sofa.

"Ben!!" Krisna berteriak.

"Ya?" Sahut Ben tak kalah cepat.

"Kamu tahu masalah ini?" Tanya Krisna.

"Tentunya pak." Ben meringis.

"Wah!!!!" Krisna melotot pada Ben.

"Sorry pak, saya di bayar full untuk satu tahun ke depan." Ben kembali meringis.

"ASTAGA!!!" Krisna kembali meradang.

Lila mengusap pundak Krisna lalu memeluknya.

"Easy, sayang." Lila mengecup pipi Krisna. "Semua udah selesai." Lila mengusap kening Krisna yang berkeringat.

"Ben sangat berjasa pada kita." Lila merangkul Ben yang sudah ada di samping nya.

"Terima kasih, Ben." Lila menyandarkan kepalanya di pundak Ben.

"GAK PAKE PELUK SEGALA!!" krisna kembali memekik heboh.

"King of the drama!" Gerutu Maria.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang