10

74 5 0
                                    

Alila terkejut ketika Krisna ternyata berkantor di tempatnya bekerja. Dari informasi yang Lila dengar, Krisna juga pindah tempat tinggal ke dekat area kantor.

Ada yang mengganjal di hati Lila yaitu tentang Bagas yang tak juga kembali ke Indonesia. Setiap Lila tanya dia bilang masih sibuk dengan urusan pekerjaannya dan belum tahu kapan akan pulang.

Lila kehilangan? Tentu. Biasanya ada Bagas yang akan merecoki harinya. Kini hanya kost yang sepi dan hening.

Sabtu malam Lila pergi ke sebuah cafe yang terletak tak jauh dari kost nya. Lila tak sendiri, ia di temani Berlian yang juga merasa bosan di kos.

Alunan musik mengalun dengan sendu, seiring hujan yang rintik-rintik. Lila termenung di mejanya sementara Berlian tengah berbicara dengan seseorang di ponselnya. Entahlah, Lila rindu dengan Bagas yang hampir 3 bulan ini tak bisa ia jumpai, sungguh menyedihkan memang, baru pacaran tapi tak pernah lagi bertemu. Tak terasa air matanya tak bisa lagi ia bendung, ia terisak pelan.

"Sendirian?" Suara seseorang membuat Lila mendongak. Krisna di sana dengan wajah tampan nan berwibawa seperti biasa.

"Eh? Sama teman, Pak. Pak Krisna?"
Lila bertanya balik.

"Sama kamu."Sahut Krisna. Lila hanya tertawa.

Berlian datang dengan tergopoh.

"La, Sorry ya aku duluan. Suami kakakku mendadak keluar kota, aku di suruh nginap di sana."
Berlian menatap Lila dengan sedih.

"Ya udah gak apa-apa, Be. Hati-hati ya!" Lila tersenyum. Berlian mengangguk sopan pada Krisna.

"Bapak temannya Lila?" Tanya Berlian memastikan teman nya dalam keadaan aman. Krisna mengangguk.

"Ini Pak Krisna, Kakaknya Bagas." Beritahu Lila.
Berlian membulatkan bibirnya lalu melambaikan tangannya pada kedua insan yang sedang termenung itu.

"Mau pesan?" Tanya Krisna.
Lila mengangguk.

"Boleh." Gadis itu menoleh ketika Krisna memanggil pelayan.

Lila baru sadar jika Krisna dan Bagas memiliki garis wajah yang sama dan juga bentuk bibir yang sama.

"La?" Suara Krisna membuyarkan lamunan Lila. "Mau pesan apa?"

"Oh? Roti bakar keju sama susu hangat,"
Sahut Lila kemudian pelayan mencatat pesanan keduanya.

"Hmm, Pak. Aku boleh tanya sesuatu."
Tanya Lila yang memiringkan tubuhnya.

"Boleh," Kembali aroma mint tercium dari mulut Krisna.

"Bagas kapan pulang?" Tanya Lila.

Krisna tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Lila dengan lekat lalu mengalihkan pandangannya ke luar.

"Aku belum tahu." Sahut Krisna. Lila menghela nafasnya dalam.

"Dia akan kembali kalo sudah saatnya."
Krisna menatap Lila. Gadis itu mengangguk pelan.

Jauh dari perkiraan Lila, ternyata Krisna sosok yang hangat dan pendengar yang baik. Dia dengan setia mendengarkan celotehan Lila tentang Ucup dan teman-teman nya di pabrik. Krisna sesekali tertawa tanpa suara melihat bagaimana Lila bercerita dengan gemas.

"Pak Krisna udah nikah?" Lila meringis setelah bertanya hal itu pada bos besarnya.

Krisna yang juga nampak terkejut menatap Lila sepersekian detik lalu menggeleng.

"Maaf ya pak, bukan apa-apa. Aku takutnya ada yang salah faham ngeliat aku sama Pak Krisna di sini."

Lila menipiskan bibirnya. Krisna tertawa.

"Aku faham kok. Tenang aja, yang pasti protes waktu melihat kebersamaan kita adalah Bagas dan Mamaku."
Sahut Krisna.
Lila tertawa lalu mereka memilih menikmati makanan dan musik yang mengalun lembut.

"Tadi kamu nangis? Inget Bagas?"
Krisna meletakkan cangkir kopinya.

"Iya." Lila menjawab dengan polos. Krisna tersenyum.

"Bagas beruntung, ada seseorang di sini yang begitu sayang sama dia."

Krisna menyambar pisang bakarnya membiarkan Lila mengerjapkan matanya mendengar ucapan Krisna.

Pukul 10 Malam Lila dan Krisna meninggalkan Café tersebut. Krisna mengantar Lila hingga ke depan kost.

"Terima kasih pak." Lila menoleh pada Krisna yang sedang menatapnya.

"Sama-sama."
Krisna hanya tersenyum tipis.

Ia menatap punggung gadis itu yang berlalu dan memasuki pekarangan rumah kos yang juga di huni adiknya dulu.
Ponsel Krisna bergetar.

"Halo, ganggu aja!" Kesal Krisna pada asistennya.

"Ck, Paaaaak. Udah belum galau nya? Ini saya masih di parkiran café lho. Ditinggal!!"
Rengek Ben yang lebih menyerupai adik Krisna di banding asistennya.

"Lupa." Sahut Krisna enteng. Krisna menjalankan Pajero Sport nya menuju café karena Ben ia tinggal di sana.

Beberapa saat lalu..

"Ben, saya lapar." Krisna menghubungi asistennya.

"Oh? Mau makan apa pak? Saya pesenin."
Sahut Ben.
Hari ini asisten nya itu berada di café milik keluarganya.

"Atau mau ke café saya aja?."Tawar Ben.

"Malas ah!" Sahut Krisna.

"Saya kirim foto ya, siapa tau merubah mood Pak Krisna." Ejek Ben.

Krisna membuka room chat dengan Ben, nampak Lila ada di sana sedang duduk sendiri.

"Tunggu, 10 menit saya sampai situ."

Ben tersenyum puas.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang