27

65 4 0
                                    

Untuk kesekian kali Ben menghela nafasnya dalam. Ia sibuk menenangkan Maria yang sejak tadi sudah marah-marah. Ben tahu hal ini akan terjadi, namun ia tak menyangka jika Joshua akan senekat ini.

Tak pernah ada yang betul-betul di sembunyikan oleh Krisna dari dirinya. Sisi terlemah Krisna pun sudah di tunjukkan Krisna padanya, juga sisi nakalnya. Ben yakin Krisna normal, kejadian dulu dengan Joshua murni kelalaian Krisna yang di salah artikan dengan Joshua.

"Ben!!!" Teriak Maria.

Ben terhenyak dari lamunannya.

"Gimana dong? Ih itu anak bikin mamanya jantungan!!" Maria menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Sabar dulu ya bu. Aku coba urus ini dulu ya." Ben mengusap pundak Maria yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

Di tempat lain.

Krisna baru saja keluar dari kamar mandi. Ia meraih ponselnya yang dalam keadaan mati. Ia menghidupkan ponselnya lalu mengusap puncak kepala Lila.

"Kris?? Udah bangun?" Lila mengerjapkan matanya.

"Udah, kamu mau sarapan apa?" Bertepatan dengan pertanyaan Krisna, ponselnya berdering kencang. Panggilan dari Ben.

"Ya hal----"

"Dimana sih???? Gawat ini!!!" Suara Ben membuat Krisna menjauhkan ponselnya.

"Kenapa teriak-teriak si---"

"Krisnaaa!!! Pulang sekarang!!!" Suara Maria terdengar nyaring di sana.

"Mama? Ada ap---"

"Pulang sekarang atau mama mu ini akan mati mendadak!!" Teriak Maria. Krisna segera memutuskan panggilannya. Ia bergegas mengenakan baju seadanya.

"Aku pulang dulu. Nanti aku hubungi." Krisna mengecup kening dan bibir Lila.

"Kris? Ada apa?" Tanya Lila.

"Aku juga belum tahu, nanti aku kabari." Krisna berlalu setengah berlari. Alila melongo.

Krisna melempar kunci mobilnya pada sekuriti di rumahnya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah. Ia melongo ketika melihat Maria sudah berkacak pinggang menghadangnya di pintu. Ben hanya meringis dan berucap Joshua tanpa suara dengan tujuan memberi kode pada Krisna.

"Nathaniel Krisna, mama perlu penjelasan!" Maria melempar ponselnya dan Krisna dengan sigap menangkapnya. Matanya membelalak ketika ia melihat video tersebut. Sialan Joshua ternyata dia merekamnya.

Krisna menjatuhkan dirinya di sofa di bawah tatapan membunuh dari Maria.

"Itu bener kamu? Nathaniel Krisna?" Tanya Maria setengah menggeram.

Krisna mengangguk.

" Ya Tuhaaaan!!!! Krisna!!!" Maria memejamkan matanya.

"Kamu tuh kenapa sih? Apa salah mama sama kamu hah? Kurang apa mama sama kamu??" Maria menangis dan Ben segera memburunya sebelum Maria hilang kesadarannya. Tapi wanita itu menepis tangan Ben.

"Mama setengah mati mendidik kamu dan Bagas, Ya Tuhan Krisna!" Teriak Maria. Tak ada yang berani mendekat, semua asisten rumah tangga di perintahkan oleh Ben untuk keluar rumah. Ia tak ingin keributan ini menjadi konsumsi orang luar.

"Maafin aku ma. Waktu itu aku mabuk." Krisna menunduk.

"Mabuk katamu? Kenapa gak kamu ciuman sama cewek aja hah?? Kamu selama ini bohongin mama? Bohongin Lila?? Kamu selama ini cuma memanfaatkan Alila??? Jawab Krisna!???" Maria kembali berteriak. Krisna menggeleng.

"Aku sayang sama Lila ma." Sahut Krisna pelan.

"Sayang? Tapi kamu ciuman sama cowok?! Astagaaaa Krisna. Kalo video ini tersebar, bisa mati mendadak mama!!" Maria terisak lalu ia meraih vas bunga dan melemparkannya ke arah Krisna namun seketika ia memekik ketika vas bunga tersebut mengenai punggung Lila.

"Lila!!! Astagaaaa!!!" Maria memekik. Sontak saja Krisna mendongak dan menoleh ke arah kirinya. Lila memandangnya dan meringis. Ben segera meraih tubuh Maria yang kehilangan kesadarannya. Krisna berdiri dan memeluk Lila. Krisna bergetar ketika tangannya menyentuh pecahan vas bunga di punggung Lila. Ia merasakan cairan merembes di punggung kekasihnya. Tubuhnya semakin bergetar ketika ia melihat darah di telapak tangannya.

"La---" Krisna menangis.

"Aku gak apa-apa." Sahut Lila. Keduanya menoleh ke arah Maria yang sudah kembali sadar dan duduk di sofa.

"Alila sayaaang... Maafin mama!!" Maria bergegas mendekati Lila. Ia membalikkan tubuh Lila dan membuka kaos putih gombrong milik Krisna, beberapa luka kecil berbentuk goresan terlihat di sana dan berdarah. Kaos putih itu menjadi basah karena darah. Pecahan itu melukai punggung Alila karena Maria melemparnya dengan sekuat tenaga.

"Aku gak apa-apa ma." Lila memeluk Maria. Keduanya terisak. Krisna mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ke RS ya, La." Maria mengusap pipi Lila. Gadis itu menggeleng.

"Di kasih plester juga sembuh." Sahut nya. Ben menyodorkan kaos milik Krisna yang baru saja ia ambil dari ruang setrika.

"Makasih Ben." Lila tersenyum.

"Ma, kita duduk dulu. Mari bicara dengan tenang ya." Bujuk Lila. Ia menoleh pada Krisna ketika Maria mengangguk dan duduk di bantu Ben. Lila mengusap puncak kepala Krisna. Ia mencondongkan tubuhnya lalu mengecup kening Krisna lembut.

"Kris, everything will be okay. Trust me, you're not alone. I'm with you, sayang." Lila memeluk Krisna yang mulai terdengar terisak pelan.

Lila membiarkan Krisna menangis sejadinya.

Tak ada yang bersuara selain Krisna yang sedang menumpahkan kesedihan dan kemarahan nya di pelukan Lila, wanita kuat yang sangat ia sayangi.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang