21

60 4 0
                                    

Krisna membuka matanya saat mendengar suara burung yang berasal dari pohon di samping kamar Lila. Ia mengambil ponselnya dan hampir saja ia membelalakkan matanya. Sudah pukul 7.30 pagi, ia tidur dengan nyenyak rupanya. Perlahan ia merapikan penampilannya dan keluar dari kamar Alila. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lila sedang menyetrika sambil menonton televisi, ia menoleh pada Krisna dan tersenyum.

"Udah bangun?" Sapanya. Krisna mengangguk.

"Sorry La, aku kesiangan." Ujar Krisna duduk di sofa di samping Lila. Gadis itu terkekeh.

"Kenapa minta maaf sih? Kan lagi liburan. Mau sarapan?" Tanya Lila.

"Aku cuci muka sama sikat gigi dulu deh." Krisna beranjak. Alila mengangguk lalu mencabut kabel yang terhubung ke setrika nya.

Krisna dan Lila duduk berhadapan di meja makan. Ada nasi goreng tanpa kecap, udang goreng tepung dan kerupuk.

"Aku ingat seseorang kalo lihat nasi goreng tanpa kecap ini." Pancing Krisna. Lila tersenyum kikuk.
Krisna mulai menikmati makanannya, baru suapan pertama, ia langsung mendongak menatap Lila.

"Ini rasanya sama seperti nasi goreng yang selalu aku makan dulu." Krisna tersenyum.

Alila berdehem. "Memang yang bikin siapa?" Tanya Lila.

"Anak PKL. Aku nggak sempet kenalan dan ucapin makasih sama dia, aku keburu pindah ke Singapura." Krisna menatap Lila yang tersenyum tipis.

Lila dan Krisna makan dalam diam sampai akhirnya makanan mereka tandas.

Lila beranjak menaruh piring kotor di dapur sementara Krisna mengambil handuk dan bersiap ke kamar mandi. Pak Muksin sedang mengantar Mayang ke pasar untuk membeli keperluan dapur.

"La.." panggil Krisna saat ia selesai mandi. Lila menoleh dan mendapati Krisna sedang menatapnya dengan senyum yang menawan. Rambutnya nampak masih basah, kaos oblong putih dan celana training panjang membalut tubuh Krisna.

"Iya?" Lila menatap Krisna.

"Thank you." Ujar Krisna lirih. Lila menaikkan alisnya.

"Untuk?" Tanya Lila.

"Selalu perhatian sama aku dari dulu sampai sekarang." Krisna tersenyum.

"Aku tahu, yang dulu siapin sarapan aku di kantor itu adalah kamu." Krisna mendekat dan mengusap puncak kepala Lila.

"Thank you." Krisna memiringkan wajahnya dan mengecup pilipis Lila.

Gadis itu membeku seketika.

***

Krisna masih menatap Lila yang sedang membereskan bajunya.

"Ibu beneran gak apa-apa kalo aku balik ke Jakarta?" Lila menatap Mayang dengan was-was.

"Nggak apa-apa, La. Lagian ada nenek sama tante Arnita di sini pasti ibu gak kesepian." Mayang mengusap pipi putrinya dengan lembut.

Hari ini Lila memutust untuk menerima tawaran Krisna bekerja di perusahaan nya lagi tapi kali ini ia akan bergabung di kantor Krisna. Jelas sekali pria itu sangat senang dengan keputusan Lila sehingga senyum nya tak luntur selama perjalanan Bandung-Jakarta.

Lila menghentikan langkahnya ketika tiba di rumah mewah tersebut. Ia ragu dan hatinya sedikit terasa nyeri.

Ia mendongak menatap Krisna.

"Ayo." Pria itu mengulurkan tangannya. Lila mengangguk dan menerima uluran tangan Krisna.

"Mah, aku pulang."

Seorang wanita paruh baya yang sedang menonton televisi menoleh cepat.

"Alila!!!" Serunya. Ia beranjak dan langsung menghambur memeluk Lila. Mereka berdua saling terisak. Krisna tersenyum, perlahan ia menoleh pada foto dirinya dan Bagas saat masih kecil.

"Gas, Abang mencintai Lila. Maaf ya..." Ujarnya dalam hati.

Sudah satu bulan Lila bekerja satu gedung dengan Krisna. Lila sendiri bersikeras tetap mengikuti tes sama seperti calon pekerja yang lain. Namun sudah jelas Lila akan lolos walaupun mungkin jika nilainya jauh dari sempurna.

Namun Krisna boleh bangga dengan Lila, gadis itu ternyata sangat cerdas terbukti dengan hasil kerja selama satu bulan ini.  Lila sendiri menjabat sebagai sekretaris ke 5 Krisna. Tugas Lila yaitu mencatat semua janji dan jadwal pertemuan Krisna dengan klien selama satu bulan penuh. Lila bergidik melihat bagaimana penuhnya jadwal Krisna dalam satu bulan, bahkan satu hari Krisna bisa bertemu dengan 4 Klien. Belum lagi menghadiri undangan dari perusahaan rekanan baik acara kantor ataupun acara keluarga.

"Sudah makan?" Suara seseorang membuyarkan lamuman Lila.

"P--pak?" Lila segera berdiri dari kubikelnya dan mengangguk hormat.

Ben terkekeh melihat bagaimana Lila panik mendapati Krisna berada di ruangannya.

Bagaimanapun ini kan menjadi keheranan rekan-rekan kerjanya yang lain.

"Sudah makan?" Tanya Krisna lagi. Lila menggeleng.

"Makan siang bareng yuk!" Ajak Krisna. Lila mendongak lalu ia menoleh ke arah Yulia sekretaris Krisna. Yulia hanya terkekeh lalu mengangguk.

Lila dan Krisna berjalan beriringan menuju lift. Ketika mereka tiba di lobby suasana lumayan ramai karena memang jam makan siang karyawan.

"Niel.."

Krisna menghentikan langkahnya.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang