13

63 5 1
                                    

"Emang kamu mau kemana sih mbak pacar?" Tanya Bagas ketika mereka sudah kembali ke kos. Bagas belum di izinkan untuk kembali belajar tentang perusahaan mengingat kondisinya memburuk setelah ia kelelahan belajar.

"Mau nonton, makan, jalan-jalan sama kamu." Rengek Lila. "Tapi misalnya kamu capek ya gak apa-apa kita di rumah aja. Kayak gini." Lila memeluk perut Bagas dengan erat. Bagas tertawa pelan.

Lila dan Bagas akhirnya hanya bersantai di kos tepatnya di kamar Bagas.

"Jadi keluar gak?" Bagas mengusap punggung pacarnya yang sedang berbaring di samping nya.

"Males ah." Sahut Lila.

"Jadi mau pelukan aja nih sampe sore?" Goda Bagas.

"Gak juga sih, cinta sih cinta, tapi kan laper juga." Lila mencubit gemas perut Bagas.

"Hmm, Gas. Aku mau nanya boleh?" Lila menegakkan tubuhnya.

"Apa, hmm?" Bagas menyelipkan rambut Lila.

"Apa yang kamu sukai dari aku dan sejak kapan?" Tanya Lila.

Bagas nampak sedikit berfikir.

"Sejak pertama kali ketemu, aku suka semuanya dari kamu." Bagas menggenggam tangan Lila.

"Perhatiannya, wajahnya, baiknya dan tubuhnya." Bagas tersenyum lembut.

"I love everything about you, Alila." Pria itu menyambar bibir ranum Lila dan menggigit nya pelan. Lila memajukan tubuhnya dan mengalungkan tangannya membuat mereke berdua mengikis jarak.

"I love you," Bisik Bagas mengusap bibir Lila dengan ibu jarinya. Lila tersenyum.

Ia menelusuri wajah Bagas dengan lembut.

Jika ia adalah orang yang beruntung mendapatkan Bagas maka ia sangat mengakui itu. Terlepas Bagas adalah orang kaya atau bukan.

"Nanti kalo aku kemoterapi lagi, kamu jangan sedih ya. Tetap harus semangat dan bahagia." Pria itu membawa Lila ke dalam pelukannya.

"I love you so much, Alila." Lagi-lagi Bagas tersenyum lembut.

Andai Lila tahu rahasia Tuhan, mungkin ia tak akan melepaskan pelukannya hari itu. Ia akan memeluk Bagas sampai ia lelah.

***

Dua minggu berlalu..

Awal September kala itu..

"La, mau aku anter gak?" Tanya Ucup. Lila menoleh pada sahabat nya yang sudah siap dengan tas punggung nya.

"Boleh deh." Sahut Lila.

Lila tiba di kos dengan basah kuyup. Hujan sangat deras kala itu.

Ia terkejut mendapati Ben dan Berlian juga Krisna ada di sana.

"Ada acara apa?" Tanya Lila. Berlian menoleh lalu tersenyum.

"Mandi gih, La. Basah gitu, nanti sakit." Lila mengangguk meskipun ia heran dengan kehadiran Krisna dan Ben.

Setelah mandi dan segar, Lila ikut bergabung duduk di sofa lantai bersama dengan ketiga orang yang sedang mengobrol.

Mata Berlian memerah.

"Aku nggak tahu mesti mulai darimana." Krisna memeluk lutut nya.

"Hah? Ada apa?" Tanya Berlian.

"Bagas mungkin gak bisa bertahan lagi." Gumam Krisna.

Lila membelalakkan matanya.

"Kata siapa?" Suara Lila meninggi.

"Dokter. Tadi siang, aku dan mama di panggil." Krisna menghela nafasnya sangat dalam.

"La, kamu harus kuat sayang." Berlian memeluk Alila.

"Aku harus gimana?" Tanya Lila dengan air mata yang sudah menerobos dari pelupuk matanya.

"Bagas titip ini." Krisna menyodorkan sebuah flashdisk dan laptop.

Lila menerima kedua benda tersebut dan ia beranjak masuk ke kamar Bagas. Ia tak menutup pintu. Krisna, Ben dan Berlian menyandarkan punggungnya pada dinding.

Perlahan Lila membuka file yang ada di flashdisk tersebut. Sebuah rekaman milik Bagas.

....

Hai mbak pacar, Alila yang baik hati.

Kalo kamu sampai bisa membuka file ini berarti Tuhan sudah memanggil aku untuk pulang.

Eitss!! Gak usah sedih La, aku kuat dan aku hebat. Itu kata Krisna, kakak ku.

Oh ya, La, nanti setelah aku nggak ada ingat satu hal kamu akan selalu ada di hatiku namun kamu harus melanjutkan hidupmu dan harus bahagia.

Jangan bersedih terlalu lama ya, menangislah secukupnya dan bangkitlah secepatnya.

Alila yang baik hati, kamu cinta pertamaku.

La, kamu tahu? Waktu aku luka malam itu, aku gak di kejar orang jahat. Aku melukai diri aku sendiri dan nyuruh orang-orangnya Bang Krisna untuk pura-pura mengejar aku, demi aku bisa nginep di kamar kamu. (Terdengar suara kekehan dari Bagas)

Alila, kamu tahu? Aku orang yang paling di sayang sejak kecil dan aku rasa aku sudah cukup bahagia.

Alila.. sudah ya, aku pamit. Misalnya aku masih ada waktu untuk ketemu kamu, temui aku ya.

Oh ya, La Bang Krisna suka sama kamu. Kalian pasangan yang serasi dan aku yakin Bang Krisna bisa menjaga kamu dengan baik.

Alila, I love you.

Rekaman itu berakhir.

Lila tak sanggup lagi menangis. Ia memejamkan matanya. Sementara Krisna menunduk dan menangis dalam diam. Ben dan Berlian sibuk dengan air matanya.

Lagu penutup terdengar lebih sakit di telinga Lila.

Shawn mendes

Never be alone.

.....

Take a piece of my heart and make it all your own
So when we are apart, you'll never be alone, you'll never be alone.

.....









( Yang nulis ikutan nangis ;(

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang