23

59 5 2
                                    

"Kamu punya pacar bang?" Tanya Maria.

"Hah? Pak Krisna punya pacar?" Ben membeo lebih tepatnya mengejek.

Krisna berdecak pelan.

"Aku kayak selebriti gak sih? Tiap hari di tanya masalah ini?" Gerutu Krisna. Maria dan Ben terkekeh.

"Habisnya semalam waktu mama telpon Lila, katanya---"

"Mama ngapain telpon Lila?" Krisna membelalakan matanya. Maria menganga mendengar suara Krisna.

"Sir, You can hurt your mom's ear!" Tegur Ben dengan pelan.

"Sorry mah, aku kaget aja." Krisna meringis.

"Lho? Memang apa yang bikin kamu kaget? Mama cuma nanya keadaannya aja." Maria memicingkan matanya.

"Kecuali kalo alasan kamu pulang malam dan mengendap-endap di depan kamar mama karena kamu pulang dari apartemen Lila." Maria menaikkan satu alisanya.

"Mah!" Krisna mengusap wajahnya kasar. Ia salah tingkah karena semalam ia baru kembali ke rumah mama nya sekitar pukul 1 dini hari. Nyaris saja ia menginap di apartemen Lila dan ia mengira Maria tak tahu akan hal ini. Tapi lihatlah sekarang, ia di bully oleh ibundanya sendiri.

"Nakal ya!" Maria melirik Ben yang sedang menahan tawanya.

"Ish!! Sudah ah, aku berangkat." Krisna beranjak lalu mencium pipi Maria seperti biasa.

"Ingat nak, mama bahagia kalo kamu juga bahagia." Maria mengusap pipi Krisna.

***

Lila baru saja tiba di ruangannya. Di ruangan tersebut terdapat 4 orang yang semuanya adalah sekretaris Krisna.

"La, ada kiriman sarapan dari bigbos." Goda Yulia senior Alila di kantor.

Lila meringis.

"Kamu beneran pacarnya Pak Krisna. Ini gila sih!" Yulia terkekeh.

"Sempat ada yang bilang kalo Pak Krisna itu---gay." Yulia berbisik. Lila mengerjapkan matanya mengingat obrolan dengan Krisna tempo hari.

"Aku--gimana ya aku juga bingung sih mbak." Sahut Lila menggaruk ujung alisnya.

"Ck, gak apa-apa, La. Siapa tahu kalian berjodoh." Yulia menepuk punggung tangan Lila. Berbarengan dengan ponsel Alila yang bergetar.

Krisna : Jangan lupa sarapan ya, aku ada bisnis trip ke Medan sama Ben. Jumat malam aku pulang.

Lila tersenyum karena ia sudah tahu jadwal Krisna hari ini.

Alila : Iya, hati-hati ya Kris.

Lila memilih tak menjawab lagi pesan Krisna. Ia larut dalam pekerjaannya sembari menikmati sarapannya. Sandwich tuna dan ice americano. Krisna mengirim makanan tidak hanya untuk Lila melainkan untuk semua sekretaris nya.

Sore itu Lila hendak memesan taksi online nya di lobby utama.

"Alila." Suara seseorang membuat Lila mendongak.

"Ya?" Sahut Lila. Gadis itu menatap pria tampan di hadapannya. Ia tahu itu Joshua dan ia juga sudah menebak jika Joshua akan menemui nya. Tapi haruskah secepat ini?

"Bisa kita bicara?" Tanya Joshua.

"Oh? Boleh." Sahut Lila dengan tenang. "Temannya Krisna?" Tanya Lila lagi.

"Iya." Joshua mengangguk. "Aku teman lama Niel." Sahutnya lagi. Lila meringis mendengar Joshua memiliki panggilan khusus untuk Krisna.

Mereka berjalan beriringan menuju Starbucks di lobby kantor tersebut.

"Sorry kalo aku kesannya sok akrab sama kamu." Joshua menyesap minumannya. Lila tersenyum.

"Gak apa-apa kok." Lila terkekeh. "Krisna udah cerita ke aku semuanya, kalo itu yang mau kamu sampaikan ke aku hari ini, Josh." Gadis itu menatap Joshua dengan lembut namun ada keberanian di dalam tatapannya.

Joshua menghela nafasnya.

"Kamu gak apa-apa misalnya kamu cuma jadi pelarian Krisna?" Joshua mencoba menyerang Lila. Mungkin jika di hadapannya sekarang ini adalah mantan pacar Krisna dan seorang perempuan, bisa jadi Lila akan membalas ucapan Joshua barusan.

"Oh? Pelampiasan? Aku rasa Krisna gak harus melampiaskan apapun karena Krisna dalam kondisi baik-baik aja. Justru aku khawatir sama kamu Josh, 10 tahun belum juga move on?"

Lila 1 - Joshua 0

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang