4

90 4 1
                                    

Sejak kejadian minggu lalu Alila tak lagi melihat kehadiran Bagas. Kamarnya selalu sepi begitu juga dengan keseharian Alila yang kembali sepi. Ia berjalan gontai menuju kamar nya, sudah mulai jumat lagi dan ia akan melewati malam minggu dengan sendiri lagi. Langkah Alila terhenti ketika ia mendapati sebuah kardus berukuran besar yang berada di depan pintu kamarnya. Alila mendekati benda tersebut dengan perlahan.
Ada pesan di kertas yang terselip di plastik pembungkus kardus itu.

To Alila.

Pake ini supaya kamar kamu gak panas. Aku udah bilang mas Oki dan tagihan bulanan untuk listriknya udah aku urus.

NB

Alila mengernyitkan keningnya. "Bagas?" Alila bergumam.

Ia memandang benda yang sudah terpasang di sudut ruangannya. Pendingin portabel yang di belikan Bagas berkisar di atas 5 juta. Kamar Alila pun kini sudah menjadi sejuk.

Alila akan mengembalikan benda tersebut nanti ketika Bagas pulang ke kamarnya.

***
Alila masih bergelung dengan selimutnya. Karena kamarnya dingin, jadilah ia malas untuk keluar kamar di sabtu pagi ini.
Tapi karena perutnya yang mulai keroncongan  akhirnya mau tak mau ia membuka pintu kamarnya masih dengan piyama yang ia gunakan.

"Bangsat kamu Bagas!! Bruuughhh!!"

Alila melonjak kaget mendengar teriakan dan benda jatuh dari kamar Bagas. Alila berusaha tenang karena yang ia dengar adalah suara perempuan yang ia tebak adalah kekasih Bagas, Alana.

"Pulang Alana!" Hardik Bagas.

"Aku gak mau pulang Bagas!! Kamu harus balik sama aku, Bagas!! Aku butuh kamu." Terdengar suara Alana makin histeris.

Alila tak ingin berurusan dengan pasangan itu lebih jauh akhirnya alila pergi membeli sarapan.

Tapi pikiran Alila masih tersita dengan pertengkaran Bagas dan Alana. Kenapa kekasih Bagas itu begitu histeris?

Alila membawa dua bungkus nasi uduk. Lho? Kenapa harus membeli dua? Ah lagi-lagi pikiran Alila mulai di isi oleh mahluk yang bernama Bagas.

Alila membuka pintunya dan ia nyaris melempar apapun pada sosok yang sedang duduk di kasurnya dengan senyum yang mengembang.

"Bagas!!! Ih anak ini bikin kaget!" Alila menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal.

"Lagian kenapa bisa masuk sih? Kan udah aku----kunci." Lara menepuk keningnya. Ia hendak mengunci pintunya namun hal itu batal ia lakukan karena teriakan Alana.

"Aku bosan sendirian." Keluh Bagas.

"Lho? Pacar kamu kemana?" Tanya Alila.

"Udah aku suruh pulang." Sahut Bagas enteng.

"La, aku laper." Cicit Bagas. Alila memutar bola matanya.

"Nih!" Wanita itu menyodorkan kantong plastik yang berisi 2 bungkus nasi uduk.

"Asiik!" Bagas terlihat sumringah. Mereka menikmati sarapan dengan diam. Alila tahu, di balik tawa riang Bagas, seperti nya pria itu tengah menyimpan sesuatu.

"Kamu baik-baik aja, Gas?" Tanya Alila sambil merapihkan sampah bekas bungkus nasi uduk tadi.

"I don't think so." Sahut Bagas.

"Kenapa? Mau cerita?" Tawar Alila.

"Terlalu rumit La." Bagas tersenyum.

Alila mengangguk.

"Oh iya, ini bawa ke kamar kamu aja Gas." Alila menunjuk pendingin portabel yang ada di pojok ruangan.

"Buat kamu aja. Di kamarku udah ada tiga unit." Sahut Bagas enteng. Lalu pria itu beranjak hendak kembali ke kamarnya.

"La, thank you ya." Pria itu mengacak rambut Alila. Wanita itu pun membeku di tempatnya.

***
Alila baru saja selesai mandi dan sudah mengenakan celana pendek dan tangtop, ia memainkan ponselnya sambil tengkurap.

"La, aku lapar!" Suara pintu di buka tanpa di ketuk membuat Alila memekik.

"BAGAS!!!! Bisa gak sih ketuk pintu dulu?" Alila mendelik pada pria yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan.

"Upsss... sorry!" Bagas meringis.

"Apaan?" Alila menatap nyalang pada Bagas.

"Laper, La!" Cicit Bagas.

"Ya makan sana, ngapain lapor ke aku?" Alila kembali memainkan ponselnya.

"Alila, ayo temenin makan." Rengek Bagas yang sudah duduk di sebelah Alila.

"Ck, males ah. Capek Gas, aku habis nyuci baju." Tolak Alila.

"Ah ya udah aku gak makan malam." Bagas bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Alila.

Wanita itu menatap pintu yang sudah tertutup lagi. Ia menghela nafasnya dalam. Tiga puluh menit berlalu, Bagas betul-betul tak keluar kamar. Akhirnya Alila menyambar cardigan nya dan merapihkan rambut dan wajahnya.

"Gas, Bagas. Ayo!" Alila mengetuk pintu kamar Bagas.

Ceklek..

Pria itu keluar dengan senyum yang mengembang.

"Manja!" Jengkel Alila pada Bagas.

"Biarin!" Sahut Bagas. Mereka turun dari lantai dua dan menuju ke teras. Alila berhenti di depan pagar menoleh pada Bagas yang sedang menatapnya dari samping mobil sedan BMW merah.

"Ayo!" Suara Bagas memecah keheningan.

"Kemana?" Tanya Alila linglung.

"Makan, Alila!" Bagas mendesah frustasi.

Alila dengan linglung masuk ke mobil Bagas. Bahkan Alila tak tahu jika Bagas memiliki mobil semewah ini.

"Makan dimana? Kenapa harus pake mobil?" Tanya Alila.

"Makan seafood aja, di tempat langganan aku." Sahut Bagas.

Alila hanya mengangguk. Terdengar suara alunan musik dari perangkat yang terpasang di mobil Bagas.

...

Sakit yang aku dapatkan, mengenal dirimu dan mencintai mu.

....

Sisakan untuk ku cinta itu walau kau masih dengannya. Ku tetap menunggu tanpa waktu hingga semua menjadi nyata...

....

Alila ikut hanyut dalam lirik demi lirik lagu milik Band lawas Element tersebut.

Alila yakin, ia tidak menyukai Bagas.

Alila berusaha yakin.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang