9

73 6 2
                                    

Hari-hari berlalu.

Alila sudah jarang bertemu dengan Bagas. Ia tak heran karena kesibukan Bagas yang sedang padat karena pria itu akan ikut membantu sang kakak di dunia bisnis.

Lila bersyukur Berlian kini setiap hari pulang ke kost sehingga ia tak kesepian lagi.

Ngomong-ngomong tentang kejadian ia terkunci di kamar Bagas, akhirnya pagi-pagi sekali mas Oki datang dan membantu membongkar pintu kamar Bagas dan sekarang sudah di perbaiki lagi.

Sabtu pagi ini Lila memasak capcay goreng dan ikan kembung yang di goreng kering. Ia melambaikan tangannya pada Berlian yang pamit untuk pulang ke rumah kakaknya. Lila hendak masuk kamar ketika ia melihat mobil Bagas memasuki area parkir rumah kost itu. Lila memilih berdiri di balkon dan menatap pada pria yang juga tengah menatapnya. Hampir satu bulan mereka tak pernah bertemu.

"Inget juga pulang ke kost?" Ejek Lila yang menyambut Bagas di depan tangga.

"Bilang aja kamu kangen sama aku." Goda Bagas.

Lila berakting pura-pura muntah dan Bagas pun menjentikkan jarinya di kening Lila.

"La, makan siang yuk." Ajak Bagas ketika ia membuka pintu kamar nya.

"Aku masak sih, baru selesai. Mau makan masakan ku?" Tanya Lila.

"Wah, mau!" Seru Bagas.

Akhirnya mereka pun makan di kamar Lila dengan lahap.

"La, misalnya nih. Aku gak balik lagi ke kost ini, kamu kesepian gak?" Tanya Bagas. Lila mendongak.

"Kamu mau pulang ke rumah kamu selamanya?" Tanya Lila. Bagas tak menjawab ia hanya diam.

"Lupain aja. Aku cuma iseng." Bagas terkekeh.

"Aku kesepian sih." Cicit Lila. Bagas mengusap puncak kepala Lila.

"Tenang aja, aku gak akan kemana-mana." Ujar Bagas. Lila tersenyum manis seperti biasa.

Awal bulan Februari..

"Awas pokoknya kalo gak datang." Ancam Lila pada Bagas yang sedang berkemas. Ia akan pergi ke Singapura untuk urusan pekerjaan.

"Iya. Aku pasti pulang." Bagas tersenyum penuh arti.

"Aku jalan dulu ya. Baik-baik di kost." Bagas kembali menepuk puncak kepala Lila.

Gadis itupun mengangguk. Bagas berjalan menuju tangga namun ia menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya lalu berjalan cepat menuju Lila dan memeluknya erat.

"Aku sayang sama kamu, La." Bisik Bagas. Lila membeku. Ia mendongak menatap leher kokoh Bagas.

"Gas?" Bisik Lila.

"Let me hug you for a while, La." Bagas mengusap punggung Lila.

"Kamu pasti datang kan?" Lila bergumam di dada Bagas.

"Pasti." Sahut Bagas.

"Ya udah, hati-hati di sana. Jangan kebanyakan merokok ya!" Lila menepuk punggung Bagas pelan.

Pria itu melepaskan pelukannya.

"I love you!" Ujarnya dan menyambar bibir tipis Lila.

Keduanya mendadak diam. Lila yang masih mencerna dengan semua yang terjadi, sementara Bagas yang juga masih tak percaya dengan apa yang sedang ia putuskan. Bibir mereka masih saling menempel ketika  Krisna ternyata sudah berdiri mematung di anak tangga terakhir. Langkahnya berat melihat semua yang tersaji di hadapannya.  Perlahan ia mundur dan memilih duduk di kursi yang ada di teras bawah dan berusaha menormalkan detak jantungnya.

"Bagas harus bahagia." Gumamnya lirih.

Bagas dan Lila setuju jika hari ini mereka mengikrarkan jika mereka adalah sepasang kekasih.

Dua minggu sudah Bagas berada di Singapura dan hampir setiap hari ini menghubungi Lila.

Tgl 14 Februari ini Lila berulang tahun. Bagas sudah janji akan menemui nya dan mereka akan makan malam bersama di restoran steak yang sedang promo 50 persen dan itu adalah permintaan Lila.

"Bagas katanya mau ke sini. Tapi kenapa belum datang sih? Handphone nya juga gak aktif." Lila menopang dagunya di balkon menunggu Bagas.

Tepat pukul 7 malam, seseorang mengetuk pintu kamar Lila. Dengan penuh semangat ia membuka pintu dan menemukan Krisna berdiri di sana.

"Lho? Pak Krisna?" Lila mengerjapkan matanya.

"Happy birthday, Alila." Krisna menyerahkan bucket bunga mawar sebanyak 14 tangkai.

"Titipan dari Bagas. Dia belum bisa pulang soalnya masih ada yang harus di kerjakan di sana." Krisna menepuk puncak kepala Lila.

"Oh gitu? Mau masuk dulu?" Tawar Lila.

"Boleh?" Tanya Krisna.

"Boleh kok, Pak " Lila mundur supaya Krisna bisa masuk. Pria itu mengamati penampilan Lila yang lain hari ini. Ia mengenakan celana jeans yang di gulung di atas tumit di padu dengan outer rajut berwarna biru dengan inner tangtop putih. Lila cantik sekali hari ini.

"Di minum dulu ya pak. Maaf aku gak punya kursi." Lila terkekeh.

"Gak apa-apa santai aja." Krisna tersenyum lembut seperti biasa.

"Kamu mau ada acara?" Tanya Krisna. Lila terdiam sejenak.

"Tadinya saya mau pergi sama Bagas dan sudah janji dari dua minggu lalu." Lila menggigit bibirnya menahan kecewa. " Tapi Bagas nya ternyata masih sibuk " gumam Lila pada akhirnya.

"Makan malam sama saya aja, gimana? Bagas juga tadi udah ngizinin kok. Oh iya, ponselnya rusak. Sebentar saya telpon mama dulu " Krisna menghubungi Maria melalui ponselnya.

"Halo mah, Bagas udah pulang?" Tanya Krisna.

"Aku mau ngomong." Lanjut Krisna.

Lalu pria itu menyodorkan ponselnya pada Lila.

"Halo."

"Happy birthday mbak pacar. All the best ya. Maaf kalo kamu kecewa sama aku, soalnya masih ada urusan yang gak bisa aku tinggalkan." Suara Bagas membuat air mata Lila luruh seketika.

"Tapi kamu baik-baik aja kan?" Tanya Lila.  Bagas terdiam.

"Baik kok, ini ada mama kok di sini." Sahut Bagas.

"Oh ya, aku udah bilang ke kakakku untuk ajak kamu makan malam di tempat yang udah kita rencanakan dulu. Gak apa-apa, pergi aja gih sama bang Kris." Bagas berusaha meyakinkan Lila. Gadis itu menoleh pada Krisna yang sedang menatapnya dengan lembut.

"Ya udah. Aku laper soalnya, belum makan dari siang." Cicit Lila. Sontak saja Bagas menyemburkan tawanya.

"Ya udah aku tutup ya. Nanti kalo handphone aku udah bener, aku hubungi kamu ya." Bagas tertawa lirih.

"Ya udah." Sahut Lila.

"Gas, hati-hati dan jaga kesehatan." Pinta Lila. Bagas hanya bergumam pelan dan mematikan sambungan telponnya.

"Ayo." Lila menatap Krisna yang entah mengantuk atau apa, mata Krisna seperti memerah.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang