16

61 7 0
                                    

"Gimana kabar kamu?" Setelah 15 menit saling diam akhirnya Krisna menyerah dan bertanya. Lila terkekeh.

"Sehat dan emh.. kesepian." Gadis itu mengedikkan bahunya.

"Kamu sendiri?" Lila bertanya balik dan cukup membuat Krisna senang. Menghilangkan kata 'pak' sepertinya membuat obrolan mereka membaik.

"Seperti yang kamu lihat. Kosong dan kesepian." Ia menatap pada gadis cantik yang entah kenapa sepertinya dia semakin dewasa.

"Aku punya ide." Ujar Lila mengerlingkan matanya.

"Apa?" Sahut Krisna dengan antusias.

"Gimana kalo kita bakar rumah?" Satu alisnya naik. Konyol memang ucapannya tapi entah kenapa juga Krisna bisa tergelak.

"Rumah siapa?" Tanya Krisna.

"Rumah kamu lah, aku kan gak punya rumah!" Sahut Lila ketus. Krisna tertawa pelan.

Mereka berdua duduk di Cafe yang pernah mereka datangi.

"Luka mu udah sembuh?" Tanya Krisna. Lila mendongak lalu menatap Krisna sesaat.

"Baru sembuh sedikit." Lila mengulum senyumnya. "Kamu?" Lila menopang dagunya.

"Sudah membaik, sejak ketemu kamu hari ini." Sahut Krisna tanpa basa basi.

Lila membulatkan bibirnya mendengar ucapan manis Krisna.

"Jangan manis-manis, nanti aku diabetes!" Lila mengerucutkan bibirnya. Krisna terkekeh.

Krisna tak menyangka jika ia akan bertemu dengan Lila. Kekasih dari adiknya yang sudah tiada. Bagaimana pun ia dan Bagas sama-sama menyukai Lila sejak pertama kali mereka bertemu.

Krisna ingat saat Bagas sedang berdua dengannya setelah Kemoterapi.

"Bang, suka ya sama Lila?" Bagas terkekeh.

"Ngaco!" Sergah Krisna.

"Bang, gak apa-apa. Nanti misalnya umurku gak panjang lagi, aku titip Lila ya." Bagas menepuk lengan Krisna.

"Ck, apaan sih?" Sahut Krisna saat itu. Bagas tentu tahu, ada kalanya Krisna menatap foto Alila yang ia dapatkan dari Ben asisten nya. Bagas tak marah ataupun tersinggung dengan perasaan Krisna pada Lila sebaliknya ia lega karena Krisna bisa menjaga Lila.

"Kamu nginep di kos? Gak mau ketemu mama?" Tanya Krisna pada akhirnya. Alila berfikir sejenak.

"Aku langsung balik lagi ke kampung." Sahut Lila.

"Mau sih.. " Gumam Lila.

"Ya udah, gimana kalo nginep di rumah mama aja?" Tawar Krisna. Lila terdiam dan masih menunduk.

"Aku belum sekuat itu kayaknya." Jawab Lila dengan jujur. Krisna mengangguk faham.

"Tapi---apa aku terlalu egois ya kalo bersikap kayak gini yang seolah-olah menghindari semua yang berhubungan dengan Bagas." Lila mengusap gelas yang mulai berembun.

"Gak egois kok, cuma kamu belum siap aja." Krisna berbicara menenangkan.

Lila tersenyum mendengar ucapan Krisna.

"Kamu di kampung ngapain aja?" Tanya Krisna.

"Hmmm, ngajar di sekolah SD gitu. Cuma bantu-bantu sih." Lila mengambil potongan pisang bakar lalu menyodorkan nya pada Krisna.

"Hmm?" Krisna menggumam.

"Makanan kamu belum di sentuh." Lila menaikkan alisnya dan mengangguk.

Krisna mengulum senyumnya. Pria itu membuka mulut nya dan menerima suapan dari Lila.

"Kamu tahu, Apa yang membuat aku merasa lebih baik?" Tanya Krisna mengelap mulutnya dengan tissue.

"Pisang bakar?" Tebak Lila asal.

"Kehadiran kamu di sini dengan aku dan tanpa aku merasa bersalah sama sekali." Krisna menautkan tangannya di meja.

Lila terkekeh.

"Bisa aja." Gumam Lila.

"Oh ya, kamar kos itu--- gak apa-apa masih ada barang-barang aku di situ?" Lila tak ingin Krisna berfikir ia memanfaatkan kebaikan Krisna.

"Gak apa-apa, aku juga gak berniat menyewakan lagi ke yang lain. Aku mau kenangan Bagas tetap terjaga dan aku selalu mendoakan Bagas dari kamarnya. Berlian dan Ben juga." Terang Krisna pada Lila.

"Adik kamu orang baik." Lila berujar. Krisna mengangguk setuju.

"Bagas selalu merasa kalo dia mengambil kebahagiaan aku dan dia selalu merasa jika dia serakah selama ini." Krisna menyandarkan punggungnya.

"Padahal dia ada di dunia ini untuk mengajarkan aku bagaimana cara untuk menjalankan sesuatu dengan penuh keikhlasan." Krisna menghela nafasnya dalam.

"Dia adalah mentor terbaik yang aku punya. Dia selalu ceria meski tahu hidupnya tak kan lama lagi." Kali ini Lila memejamkan matanya. Sapuan lembut di punggung tangannya membuat Lila membuka matanya.

"Maaf, membuat kamu membuka luka lama." Krisna tak melepaskan genggaman nya.

TANPA WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang