PoV Satya
Kepalaku pusing. Mungkin aku masih mengantuk. Atau justru kebanyakan tidur? Matahari tampak terang benderang melewati jendela yang tirainya terbuka setengah. Sial, aku pasti terlambat bangun.
Sedikit demi sedikit pandanganku mulai jelas. Ini...dimana? Ini bukan kamar kami di rumah. Bingung, aku mengamati sekeliling. Di sebelahku ada Aini, my noor, isteriku tercinta, dengan bahunya yang telanjang dan rambut acak-acakan, sedang tidur menelungkup. Nyenyak. Ah, kami pasti baru saja bercinta tadi malam. Didorong keinginan untuk menyentuh, aku hendak memeluknya dari belakang. "Sayang...," panggilku mesra.
Tapi tiba-tiba Aini berteriak. Tidak...bukan Aini. Sosok di sebelahku ini masih nyenyak tertidur. Tapi itu suara Aini. Aku mengangkat pandanganku. Aini ada di sana. Berdiri di dekat lemari bersama seorang wanita yang kukenali sebagai teman barunya. Berteriak dan menangis hebat sampai-sampai wanita itu kewalahan mencoba menenangkannya. Aku sendiri masih sulit untuk mencerna. Kalau itu Aini jadi... ini siapa?
*
Ini bukan hidupku. Hidupku tak mungkin seperti ini. Harusnya kami selalu bahagia dengan anak-cucu hingga rambut kami memutih dan tubuh kami membungkuk. Sama sekali tak terlintas di benakku bahwa akan ada akta cerai di antara kami berdua. Ini pasti hidup orang lain. Atau setidaknya ini hanya mimpi. Aini tak mungkin meninggalkanku. Dia takdirku. Orang yang akan menghabiskan masa tua bersamaku. Aku sudah tahu bahwa dialah orangnya sejak kami pertama kali bertemu di warung tenda waktu itu. Wanita yang akan kunikahi. Satu-satunya. The one and only. Tak mungkin ada orang lain lagi. Jadi...bagaimana kami bisa begini?
Aku merasakan remasan kuat di bahu kananku. Seseorang sepertinya hendak menunjukkan dukungan lewat tindakan itu. Aku melirik ke belakang. Mas Yudha, kakak tertuaku.
"Are you okay, bro?"
Seluruh keluarga berkumpul di rumah Mama saat sidang putusan cerai digelar. Mama yang menginisiasinya. Sepertinya mereka sadar bahwa hasil akhirnya tak akan baik bagiku jadi keluarga kami merapatkan barisan untuk memberi dukungan sebisanya. Sejak kemarin rumah sudah dipenuhi oleh kedua kakakku dan keluarga kecil Mas Yudha. Di antara kami bertiga hanya Mas Raka yang belum menikah. Di antara kami bertiga hanya aku yang berstatus duda.
"As okay as a divorcee could be, Mas." Jawabku getir.
Seharusnya perceraian ini tak perlu terjadi kalau saja si Ardito brengsek itu mau bersaksi bahwa pada saat itu kami ada di hotel bertiga. Tapi dia bilang tak ingin terlibat apa pun dalam hidupku dan menjadi semakin sulit ditemui. Aku bahkan bertindak sejauh meminta rekaman CCTV hotel tapi tak berhasil. Tak ada satu pun yang berhasil kulakukan. Aini menolak mendengarku walau aku sudah berusaha meraihnya dengan segala macam cara. Saat akhirnya berhasil meyakinkannya untuk bertemu, dia tak mau mendengarkan ceritaku sedikit pun. Dia cuma peduli pada perceraian kami. Katanya, kalau aku betul-betul mencintai dia, aku pasti akan menceraikannya. Dia tak akan pernah bahagia lagi denganku. Itu hanya kata-kata, namun rasanya setajam sembilu yang bisa mengiris hatiku hingga berdarah-darah.
Hingga hari ini aku tak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Saat itu aku bersama Ardito dan Rayna berada di The Castle untuk bertemu seseorang, let's say client, yang kata Ardito agak nyentrik. Aku agak keberatan sebetulnya. Untuk apa kami bertemu dia? Kami cuma butuh datang ke kantornya dan mengerjakan segala sesuatunya di sana. Tapi Ardito memaksa dan akhirnya aku dan Rayna menuruti. Si klien meminta pertemuan dilakukan di kamar hotelnya. Dia sedang tidak enak badan, katanya. Hal terakhir yang kuingat, kami sedang jalan bertiga menuju kamar klien nyentrik tersebut. Hal berikutnya yang kutahu, aku terjaga di dalam kamar hotel berdua bersama Rayna. Kami sama-sama telanjang di atas tempat tidur dan hal itu disaksikan langsung oleh Aini. Ada gap beberapa jam antara perjalanan kami di lorong hotel dengan saat aku dan Rayna yang berada di tempat tidur. Apa yang terjadi dalam rentang waktu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancai (TAMAT)
ChickLitANCAI (an.cai) Rusak; hancur; binasa Bagaimana perasaan seseorang yang dikhianati dua orang terdekatnya sekaligus? Bagaimana sanubari seorang isteri yang diselingkuhi suami bersama sahabat terdekatnya? Ancai, itulah jawabannya. Satu kata itu...