Bab 7

3.1K 167 4
                                    

"Enggak ada orangnya kan?"

Aku yang sedang makan sendirian di kantin merasa sedikit terusik dengan kedatangan seseorang di depan meja. Kuangkat kepala. Seorang cowok ganteng yang tak kukenali. Kulihat ke sekeliling kami. Masih banyak meja kosong.

"Enggak ada, tapi..."

Sebelum aku menyelesaikan ucapan, dia langsung menarik kursi dan duduk. Kuputuskan untuk tak terlalu memedulikannya dan lanjut makan.

"Aku sering perhatiin kamu makan di sini. Kuliah di sini juga?"

Karena sedang mengunyah makanan, aku cuma mengangguk.

"Aku Farhan," dia menyodorkan tangannya. "S2 Mene."

"Aini. S2 Akun." Aku membalas uluran tangannya.

"S2?" Tanyanya heran. "Aku kira kamu anak tingkat tiga."

Aku cuma tertawa. Belum tahu aja dia statusku apa.

Farhan terus mengajakku bicara ini dan itu. Aku menanggapi sekadarnya saja. Terus terang aku tak nyaman. Sudah cukup lama diriku tak didekati pria seperti ini. Sejak aku dan Satya pacaran, satu kampus tahu soal status kami jadi tak ada cowok lain yang mendekatiku. Setelah menikah pun aku selalu pergi kemana-mana dengannya atau Rayna. Aku tipe orang yang tak nyaman sendirian jadi tiap kali keluar pasti ada orang lain bersamaku. Awal kuliah S1 sebelum bertemu Rayna, bisa dibilang aku cukup tersiksa karena tak punya teman. Saat kuliah S2 seperti sekarang ini tampaknya aku harus membiasakan diri lagi untuk sendirian.

Yah...nyatanya aku memang 'sendiri' kan sekarang?

"Pacar kamu ga nemenin?" Dia bertanya lagi. Tipikal pertanyaan para cowok yang ingin tahu apakah gadis yang mereka dekati masih available tapi tak mau terlihat terlalu terang-terangan.

Sekali lagi aku tak menjawab, cuma tersenyum canggung. Memangnya aku mesti jawab apa? Enggak punya pacar tapi pernah punya suami, gitu?

"Ehem..."

Syukurlah dewa penolong datang dalam wujud Tania. Mungkin raut lega tercetak sangat jelas di wajahku sekarang. Eh tapi ngapain dia ke kampus?

"Gue ada perlu ke perpustakaan pusat, temenin yuk. Gue kan udah ga punya kartu anggota lagi." Tania memaksa sambil menatap judes pada Farhan.

"Eh...tapi..." Aku memang tak terlalu nyaman didekati Farhan tapi juga merasa tak enak kalau kami pergi begitu saja.

"It's okay..." Kata cowok itu sambil memberikan tatapan aneh. "Aku juga udah selesai makan kok. Nice to know you, Aini." Lalu dia bangkit dari meja. Segera setelah cowok itu keluar, Tania langsung menarik tanganku ke arah perpustakaan. Kami memutuskan berjalan kaki saja ke sana walau biasanya lebih suka menumpang bis kampus.

"Siapa tuh?" Tania bertanya.

"Namanya Farhan. Anak S2 Manajemen." Jawabku sekenanya.

"Tipe playboy kayaknya. Lo mesti ati-ati, Babe. Jangan sampe kena lagi." Pesan Tania.

Menurutku Farhan cowok baik, tak ada tampang playboy sama sekali. Cuma kelebihan ganteng aja. Mungkin itu yang membuat Tania langsung menilai dia playboy. Tapi sebagai orang yang sudah dua kali salah menilai laki-laki yang pernah dekat denganku, sepertinya aku tak punya hak untuk menyangkal ucapan Tania. Nyatanya Antoni dan Satya sama-sama brengsek, hanya saja mereka berada di level yang berbeda.

*

Enam tahun yang lalu

"Cieehh, Nyonya Adhi Winanda..." Ledek Rayna saat kami bertemu di kampus.

Ancai (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang