Untuk beberapa saat dokter keluar dari ruangan Reina lalu berjalan menghampiri mereka.
"Keluarga pasien?" Tanya Dokter menghampiri mereka.
"Kami dok"
"Apakah disini ada suami dari pasien?" Tanya dokternya lagi.
Mereka nampak terdiam dan tak menjawab pertanyaan dari dokter itu.
"Ada?"
Kakek menatap kearah Axel yang kini berdiri tepat disampingnya. Langsung saja kakek menyuruh Axel untuk menggantikan Laskar sebentar dan tanpa penolakan Axel langsung menyetujui hal itu.
Axel berjalan mengikuti langkah dari dokter itu memasuki ruangan itu. Terlihat Reina yang berbaring diatas brankar, keringat membasahi pelipisnya, Axel menatap sedih kearah Reina.
Reina yang merasa kehadiran seseorang langsung mengalihkan tatapannya untuk melihat siapa yang berdiri di sampingnya. Tatapan kecewa nampak terpancar dari raut wajah Reina, karena bukanlah Laskar yang kini berdiri di sampingnya melainkan Axel. Padahal dirinya sangat ingin melihat Laskar berdiri di sampingnya, menyemangati dirinya, mengecup dahinya, membisikkan kata-kata penyemangat untuk dirinya yang berjuanh melahirkan buat hati keduanya.
"Laskar mana?" Tanya Reina dengan suara lemahnya.
"Laskar bilang lo harus kuat buat ngelahirin anaknya, dia nggak bisa nemenin lo sekarang" Ucap Axel memberi pengertian pada Reina. Tak mungkin kan dirinya langsung bilang kalau Laskar tengah kritis bisa-bisa proses ini akan terhambat.
"Laskar mana?" Sekali lagi Reina bertanya. Bukan itu yang dia harapkan sekarang. Cuma kehadiran Laskar disampingnya, cuma itu yang dia harapkan sekarang.
"Lo harus fokus buat anak lo sekarang. Laskar baik-baik aja kok. Tujuan lo sekarang cuma ngelahirin keponakan gue dengan baik, jangan pikir yang macam-macam oke"
Reina mengangguk lemah. Hingga aba-aba dari dokter membuat fokusnya langsung pada rasa sakit yang kini bertambah menjalar pada seluruh tubuhnya.
"Mbak tenang, tarik nafas buang lalu mengejar. Baik ikutin aba-aba saya, tarik nafas buang. Ayo mengejar" Ucap dokter memberi aba-aba pada Reina.
Dengan sekuat tenaga Reina mengejan walau rasa sakit pada perutnya tak dapat dihilangkan.
"Xel, nggak kuat. Gu-gue nggak kuat" Lirih Reina mencengkeram tangan Axel untuk menyalurkan sedikit rasa sakit yang dirasa olehnya.
Walaupun hal itu tak akan membuat rasa sakit pada perutnya menghilang namun rasanya cukup melegakan saat tangannya mencengkram tangan Axel.
"Lo hebat Rei, lo kuat. Demi anak lo sama Laskar, lo harus kuat. Coba lagi ya" Tangan Axel bergerak untuk mengusap keringat yang membanjiri dahi Reina.
Sesaat Reina memejamkan matanya, mengambil nafas dalam-dalam dan kembali mengejar dengan sekuat tenaganya.
"Sakit banget Xel" Rintih Reina.
Jujur Axel tak tega melihat keadaan Reina sekarang. Apakah dulunya mama juga melahirkannya butuh perjuangan sesakit ini? Sepertinya setelah ini ia akan lebih berbakti pada mamanya.
"Sedikit lagi mbak, ayo mengejan lagi" Pinta sang dokter.
Untuk terakhir kalinya dengan sekuat tenaga Reina mengejan hingga terdengar suara tangisan bayi membuat senyuman terbit dari bibir pucat nya. Setelahnya dia tak mengetahui apalagi yang terjadi pada dirinya, yang jelas semuanya gelap, sunyi dan sangat tenang.
Sedangkan Axel yang melihat Reina menutup matanya langsung saja panik. Jangan sampai Reina ikut-ikutan kayak Laskar yang kini tengah kritis. Hingga tatapannya jatuh pada seorang bayi laki-laki yang berada dalam gendongan seorang suster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosplay Jadi Bumil
Short StoryTifani Indriana Saimend. Gadis yang tengah menduduki kelas 12, penyuka anak-anak. Tapi tidak suka jika mamanya mempunyai anak perempuan lagi. Takut jika kasih sayang bakalan terbagi katanya. Saat membeli seblak dan sate yang direquest oleh calon adi...