Beberapa bulan kemudian
Hari ini adalah hari bahagia bagi Bagas dan juga Eci. Bagaimana tidak, hari pernikahan mereka akan dilangsungkan hari ini.
Dirumah Reina tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara bahagia temannya. Nampak Laskar yang sudah siap dengan setelan kemeja putih yang dibaluti dengan jas berwarna biru dongker, tak jauh beda Reina menggunakan dress dengan warna senada. Sedangkan si kecil Vano hanya menggunakan kemeja berwarna sama yang dipadukan dengan celana katun berwarna hitam.
"Udah siap?" Tanya Reina melihat Laskar yang tengah memakaikan bedak pada wajah Vano yang membuatnya sedikit terkekeh karena usapan pada wajahnya.
"Udaaa!" Seru Vano yang menolehkan wajahnya kearah Reina.
Mata Reina sontak melotot, bagaimana tidak anaknya sudah mirip dengan ondel-ondel. Bedak yang cukup tebal dan sejak kapan lipstik nya bisa nyempil ke pipi Vano.
"Kamu apain Vano hah? Bukannya ganteng malah mirip ondel-ondel" Omel Reina berniat untuk mencubit Laskar namun diurungkan. Lebih baik dia mengurus Vano terlebih dahulu.
"Kamu dikatain ondel-ondel sama mama kamu. Marahin sana" Suruh Laskar sambil berbisik pada telinga Vano.
Berpikir Reina tak mendengar bisikan itu. Laskar dan Vano hanya terkekeh sambil saling pandang. Membuat Reina sedikit kesal lalu mengambil alih Vano untuk dibersihkan wajahnya.
Setelah proses bersih-bersih siap mereka langsung menuju mobil. Entah kenapa selama dalam mobil Vano yang biasanya banyak bicara walaupun ada sepatah kata yang tak diketahui, kali ini dia hanya diam anteng diatas pangkuan Reina. Membuat kedua orang dewasa itu sama-sama mengernyit bingung.
"Vano kenapa? Sakit?" Tangan Reina mencoba menyentuh dahi Vano. Mungkin karena sakit makannya agak sedikit berubah. Tapi dia tak merasa apa-apa. Suhunya normal.
"Sayang, kenapa hmm? Vano nggak mau ketempat om Bagas? Disana nanti bakal banyak orang. Ada uncle-uncle kamu" Tanya Laskar sedikit menoleh kearah Vano yang tiba-tiba berubah jadi pendiam begini. Pasti ada yang tak beres pikirnya.
"Kita pulang aja ya?" Vano langsung menggeleng mendengar ucapan mamanya.
"Ndak!"
"Ya terus Vano kenapa jari dia kayak gini?" Tanya Laskar lagi.
Tanpa babibu Vano dengan kaki kecilnya banguun berpindah posisi berada diatas pangkuan Laskar yang tengah mengemudi. Dengan tangan yang melingkar pada leher Laskar mulutnya kini tepat berada pada telinga Laskar.
"Vano kalem" Bisiknya pelan.
Laskar mendengar itu langsung terkekeh. Ada-ada saja tingkah anaknya yang satu ini. Kalem katanya tadi, pantesan dari tadi diam enteng kayak gitu. Biar nggak keliatan pecicilan.
"Kenapa?" Reina juga merasa kepo dengan apa yang Vano bisikan pada Laskar.
Saat Laskar hendak menjawab mulutnya langsung dibekap dengan tangan mungil Vano. Kepala Vano nampak menggeleng pertanda papanya tak boleh memberitahukan kepada mamanya.
"Vano jahat banget sama mama. Masak main rahasia-rahasiaan sih. Mama ngambek nih" Ucap Reina dengan nada sedihnya membuat Vano merasa tak enak.
Kembali lagi kaki kecil berpindah pada Reina. Tangan Mungil itu menangkup kedua pipi Reina kemudian menghujaminya dengan banyak kecupan.
"Ndak boleh nangiss" Kata Vano pelan kemudian memeluk leher Reina membuat Reina mengusap punggung kecil itu.
*****
Ketiganya sudah sampai ditempat diadakannya acara pernikahannya itu. Sepertinya sudah sangat banyak orang yang datang. Ketiganya langsung melangkah masuk kedalam dan langsung menjadi pusat perhatian orang-orang. Bagaimana tidak ketiganya nampak seperti keluarga bahagia dengan kehadiran seorang buah hati yang sangat mengemaskan.
Baru saja mereka sampai langsung disambut oleh teman-teman mereka yang menyerbu Vano yang berada dalam gendongan Laskar.
"Keponakan uncle sini yuk, nanti uncle kasih duit deh. Mau nggak?" Bujuk Gerald supaya Vano mau berada dalam gendongannya.
Vano tak menjawab dirinya malah diam saja dalam gendongan Laskar.
"Ciahh, dicuekin sama anak kecil" Ledek Bili merasa kasihan pada Gerald.
"Anak lo Las, dingin bener. Nggak akan ada niatan buat ngomong gitu. Kalem bener anjirr. Nggak tau gimana jadinya nanti anak lo kalau kayak gini" Kata Gerald menatap gemes tingkah Vano yang berpura-pura kalem seperti itu.
Otak Reina sedikit loading dengan perkataan Gerald barusan. Dingin, kalem? Anaknya yang sedikit aktif tiba-tiba berubah jadi pendiam dan tak banyak bicara. Ooo dirinya paham sekarang.
Dengan tatapan memicing Reina menatap ayah dan anak yang berada disampingnya. Membuat keduanya sedikit takut, tapi menutupi tawa dalam hati mereka supaya tak meledak.
"Gue ketemu sama Bagas dulu" Ucap Reina menarik tangan Laskar untuk mengikutinya untuk bertemu dengan pasangan baru.
"Selamat Ci, akhirnya lo nyusul gue. Semoga sakinah mawaddah warohmah. Gue doain yang terbaik buat lo sama Bagas" Ucap Reina sambil cipika-cipiki dengan Eci.
"Buat lo Gas, jagain Eci yang bener"
"Iya" Balas Bagas.
"Makasih udah datang" Ujar Eci terharu.
"Sama-sama, udah kewajiban gue sebagain teman lo. Semoga cepat nyusul yang ini" Tunjuk Reina pada Vano.
Eci sedikit malu-malu perihal itu. Namun dia tetap mengangguk.
"Selamat Gas, nggak tau mau ucapin apa lagi" Kata Laskar.
"Anak lo diam-diaman baek, kenapa? Ngambek?" Bisik Bagas.
"Latihan jadi kalem" Balas Laskar sedikit tertawa.
Mendengar itu Bagas juga ikutan tertawa karena tingkah anak Laskar dan Reina itu. Dirinya juga ingin mempunyai seorang anak. Mungkin untuk anak pertama dia berharap perempuan.
Setelah acara ucapan selamatnya mereka ikutan berkumpul dengan teman-teman yang lain yang tengah makan dimeja.
"Mau ini nggak?" Ucap Gerald menyodorkan satu permen lolipop pada Vano.
"Ohh nggak mau ya, yaudah biar uncle makan aja dari pada mubazir" Gerald berpura-pura membuka bungkusan permen itu. Tapi sebelum itu permen lolipop langsung direbut oleh Vano.
"Buka" Vano menyodorkan permen itu pada papanya untuk dibuka.
Setelah membuka Laskar kembali menyodorkan permen itu kembali pada Vano. Dengan sedikit senyuman Vano menjilati setiap inci dari permen lolipop itu.
"Nggak ada tampang kalem-kalem nya kalau udah disodorin permen" Ucap Bili.
Vano yang sedikit mengerti ucapan Bili kembali menegakkan tubuhnya kemudian menjilati permen dengan gaya kalem andalannya. Sontak perubahan itu membuat gelak tawa terdengar dari mereka disana.
"Bisa berubah-ubah gitu ya tingkahnya" Ucap Johan menatap Vano yang masih mempertahankan posisi tegaknya.
"Apasih yang anak gue nggak bisa" Bangga Reina.
*****
Jangan lupa vote+komennya ya
Sampai jumpa di partai selanjutnya
Babayy
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosplay Jadi Bumil
Short StoryTifani Indriana Saimend. Gadis yang tengah menduduki kelas 12, penyuka anak-anak. Tapi tidak suka jika mamanya mempunyai anak perempuan lagi. Takut jika kasih sayang bakalan terbagi katanya. Saat membeli seblak dan sate yang direquest oleh calon adi...