Di alam bawah sadar sana terdapat satu laki-laki dan satu perempuan. Keduanya tampak damai menikmati suasana yang begitu damai dan tenang. Suasana yang sangat jarang bisa mereka dapatkan di kota-kota karena pengaruh polisi udara.
Sedangkan disini udaranya begitu sejuk, burung dan kupu-kupu nampak terbang lalu hinggap di pepohonan dan bunga-bunga yang tengah bermekaran.
"Kamu senang?"
Perempuan itu mendongak menatap laki-laki yang cukup tinggi yang berada dibelakangnya saat ini. Sebuah tangan melingkar tepat pada pinggang ramping perempuan itu.
"Hmm, aku senang. Tapi aku sangat merindukan anakku" Ucap perempuan itu dengan raut wajah sedihnya.
"Apa kita bisa kembali? Atau kita akan terus berada disini dan bagaimana nantinya dengan keadaan anak kita tanpa kehadiran kedua orang tuanya?"
"Kalau emang Tuhan izinin kita bakalan balik lagi buat nemuin dia. Yang sabar ya sayang"
"Tapi, apa perlu sampai mengunakan bahasa formal seperti ini?" Laki-laki itu sedikit menyentil hidung perempuan didepannya itu dengan gemas.
"Ih, Las jangan main asal nyentil aja. Sakit tau nggak" Ucap perempuan yang kini ketahui adalah Reina dan dibelakangnya adalah Laskar.
"Kan suami istri kan perlu pakek bahasa yang agak formal dikit"
"Coba ngomong kayak biasa aja, biar kerasa lebih akrab dan dekat"
Entah mengapa mereka berdua bisa sampai kesasar ketempat ini. Tapi jujur disini cukup nyaman bagi mereka, apalagi tak ada satupun yang dapat mengganggu mereka. Kayak dunia tuh kerasa milik berdua yang lain mah cuma ngontrak.
Dengan gemas Laskar mengusap hidung Reina yang kalau diliat tak mengalami masalah apa-apa. Tapi Laskar tetap mengusap tidung itu dan sesekali mencubit nya membuat Reina kadang balik mencubit pinggang Laskar.
Keduanya saling tertawa menikmati kebersamaan yang jarang bisa terjadi apalagi didukung dengan tempat yang lumayan bagus.
"Las lo tau, mungkin ini kali pertama lo ngalamin kayak gini. Tapi bagi gue, ini adalah kali kedua. Mungkin nggak sih Tuhan kasih kali ketiga lagi buat gue?"
Laskar paham ucapan Reina, tapi dia harus menyakinkan Reina bahwa dia bisa kembali ke dunia melihat pertumbuhan dan perkembangan putra mereka berdua.
"Gue yakin kalau Tuhan bakalan beri kesempatan lagi buat lo, karena apa? Karena lo udah jadi seorang ibu. Tuhan nggak akan sejahat itu buat pisahin ibu sama anaknya kan. Pikir positif aja sekarang"
Laskar menuntut kepala Reina untuk bersandar pada dada bidangnya. Menikmati semilir angin yang berhembus menerpa mereka berdua.
Cukup lama mereka menikmati momen ini hingga suara seorang perempuan membuat mereka menoleh kearah belakang. Disana berdiri seorang perempuan cantik dengan balutan gaun putih yang sangat cantik. Langkahnya perlahan mulai mendekata kearah kedua orang yang terdiam akan pertemuan ini.
(Disini perannya akan dipegang oleh Fani tetap Fani dan Reina tetap Reina)
"Fani" Panggil perempuan itu yang rupanya adalah Reina
"Y-ya" Jawab Fani ragu.
Reina nampak terkekeh melihat Fani "betah disini? Lo nggak kangen sama anak lo?" Tanyanya
Sedangkan Laskar yang masih belum terlalu paham hanya diam melihat dua orang perempuan didepannya ini.
"Gue kangen, tapi apa masih ada kesempatan buat gue balik?"
"Kalau lo berdua mau balik gue bisa bantu"
Laskar menoleh kearah Reina dengan senang "beneran? Kita bisa balik lagi"
"Hmm"
"Datar amat mbaknya" Cibir Fani.
Reina tak mengindahkan ucapan Fani yang tak penting baginya "pertama-tama gue ucapin selamat buat lo berdua karena kelahiran bayinya, gue seneng banget tau kalau lo dapet bayi laki,"
"Nah sekarang giliran lo bedua untuk balik. Pasti anak lo udah kangen banget sama mamanya. Disana" Tunjuk Reina pada sebuah lubang yang dikelilingi dengan cahaya putih.
Sejak kapan tuh lubang disitu mungkin itulah pertanyaan yang bersarang dalam kepala mereka sekarang. Kalau tau gini mending sedari tadi aja mereka nerobos tuh lubang. Haiss bodoh banget.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju lubang itu. Saat hingga satu meter lagi tubuh mereka langsung terisap masuk kedalam sana. Sempat Fani melihat lambaian tangan dari Reina, tanpa sempat membalasnya dirinya dan Laskar keburu masuk kedalam itu lubang.
*****
Dirumah sakit Axel yang kini mendapat amanah untuk menjaga sepasang suami-istri yang sama-sama masih terpejam. Dirinya tak mempermasalahkan karena menjaga Laskar dan Reina.
Kali ini dirinya tengah asik-asiknya chattingan dengan pacaranya, siapa lagi kalau bukan Axelia. Tak ada waktu untuk Axel tak menyempatkan diri untuk menchat Axelia untuk sekedar nanyak kabar atau hal basa-basi lainnya.
Hingga suara lenguhan yang beriringan terdengar ditelinga nya membuat dirinya reflek segera menuju brankar. Dapat dia lihat kedua orang itu tengah berusaha untuk membuka matanya. Perlahan kedua kelopak mata kedua orang itu terbuka, sedikit menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina mata keduanya.
"A-air" Ucap Reina agak sedikit serak karena tenggorokannya terasa sedikit kering.
Dengan segera Axel mengambil segelas air lalu meminumkan nya pada Reina. Beralih pada Laskar, Axel juga menyodorkan segelas air untuk diteguk oleh Laskar.
"Anak gue mana?" Tanya Reina to the point menatap kearah Axel yang kikuk sendiri karena tatapan itu.
"Udah dibawa pulang sama mama, mami. Bentar lagi pasti balik kok"
"Mama lo udah balik?"
"Waktu tau lo lahiran mama sama papa berusaha buat segera mungkin terbang ke indo, tapi karena ada sedikit kendala jadi pesawat nggak bisa terbang dan tari malam mama sama papa sampai" Reina hanya mengangguk saja mendengar penuturan Axel.
Hingga suara pintu mengalihkan pandangan mereka kearah dua orang ibu-ibu yang kini sudah menjadi nenek dan dalam gendongan salah satu mereka nampak seorang bayi laki-laki yang tengah tertidur pulas.
"Reina udah sadar?" Secepat mungkin mami Hana menghampiri anaknya yang baru saja bangun dari komanya.
"Mami nggak liat anak mami udah kebuka gini matanya, masih ditanya aja udah sadar" Ucap Reina malas.
Mami Hana hanya terkekeh melihat tingkah anaknya ini. Tapi makin dilihat anaknya ini makin cantik setelah lahiran. Sampai mami Hana jadi iri sendiri dengan tampang anaknya ini.
"Namanya juga basa-basi Rei" Imbuh mama Axel.
Tatapan Reina terus mengarah pada bayi laki-laki itu "boleh Reina gendong?" Tanya Reina polos. Padahal itumah anaknya sendiri jadi berhak untuk menggendongnya.
"Boleh lah Rei, inikan anak kamu sendiri. Nih" Mama Axel mengalihkan gendongan bayi itu untuk berasa dalam pangkuannya.
Dengan hati-hati Reina mengisap kepala bayinya yang ditumbuhi sedikit rambut. Menyusuri setiap inci wajah anaknya. Pipi sedikit chubby, bibir pinknya, alis sedikit tebal, buku mata lentik.
"Cucu kakek udah bangun" Ucap kake Jo yang Tiba-tiba muncul dibalik pintu dan menghampiri Reina.
"Makin cantik aja cucu kakek" Goda kakek Jo.
"Gimana dengan keadaan kamu?" Tanya kakel Jo yang diperuntukan untuk Laskar.
"Udah agak sedikit mendingan kek" Balas Laskar.
"Udah ada nama buat anak kalian?" Tanya papanya Axel.
"Namanya udah ada sih, banyak malahan yang tinggal cuma ngerangkainya aja. Tapi nggak papa secepatnya kita bakal pikirin soal itu"
Setelahnya mereka saling mengobrol entah apa saja topik yang telah mereka jadikan bahan untuk pembahasan mereka. Suara tawa dan tangisan bayi menjadi alunan dalam ruangan itu mengisi waktu mereka bersama.
*****
Jangan lupa vote+komennya ya
Sampai jumpa dipart selanjutny
Bahaya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cosplay Jadi Bumil
Short StoryTifani Indriana Saimend. Gadis yang tengah menduduki kelas 12, penyuka anak-anak. Tapi tidak suka jika mamanya mempunyai anak perempuan lagi. Takut jika kasih sayang bakalan terbagi katanya. Saat membeli seblak dan sate yang direquest oleh calon adi...