19

1.8K 167 57
                                    

Warning 🔞
...

Hangat yang Zweitson rasa di area bawahnya ternyata bukan karena menatap wajah tampan Fiki, melainkan karena dia melupakan siklus heat nya jatuh hari ini, sialnya dia tidak membawa suppresant, ditambah lagi dia sedang makan malam bersama Fiki di sebuah restauran yang cukup ramai.

Aroma feromon omega yang sedang heat memang membuat gila, banyak alpha mulai menatap lapar Zweitson yang duduk gelisah di hadapan Fiki.

"Son, jangan bilang lo lagi heat?" tanya Fiki menghentikan acara makannya, penciumannya amat terganggu dengan aroma manis dari Zweitson.

Wajah Zweitson telah memerah, napasnya memburu, dia tidak menjawab, namun Fiki amat mengerti, dia bukan anak polos yang tidak pernah melihat omega dalam keadaan heat. Ingat dia juga punya kakak seorang omega.

Maka dari itu, Fiki segera menyelesaikan pembayaran dan menggendong Zweitson ke mobil. Dia membaringkan Zweitson di kursi belakang, lalu mencoba mencari suppresant di tas Zweitson, namun nihil. Fiki frustasi, apalagi karena tubuhnya tidak mau berkompromi, bagaimanapun dia juga seorang alpha yang secara naluriah akan bereaksi pada aroma feromon omega.

Fiki juga tidak bisa menyetir, jika bisa, pilihan membawa Zweitson ke rumah sakit pasti sudah dia pilih. Dia mencoba menelpon kakak sulungnya untuk minta bantuan, namun panggilan itu tidak dijawab, beginilah nasib jadi anak bungsu di keluarga konglomerat, kadang uang lebih berarti dari anggota keluarga.

"Fik, please. Tolong," Zweitson meraih ujung seragam Fiki yang mana hampir hilang kendali.

Suara Fiki memberat. "Son, kalo lo masih pengen selamat, diem aja dalam mobil, gue coba cari bantuan,"

"Please, Fik. Aaaangh—"

"Lepas, Son. Gue ga jamin bisa kendaliin diri lagi,"

Bukannya melepas, pegangan Zweitson di seragam Fiki mengerat, dia meremas seragam Fiki menyalurkan rasa tak nyaman pada tubuhnya.

"Sial," umpat lirih Fiki sebelum mendorong masuk ke dalam mobil dan menutup pintu kasar.

Dia mengungkung tubuh mungil omega yang sudah tak berdaya itu. Leher Zweitson jadi sasaran utama, segera banyak tanda kemerahan tertinggal di sana. Tangan Zweitson yang awalnya ditahan di atas kepala kini terkalung apik di leher Fiki ketika sang dominan menciumnya rakus.

Keduanya sungguh hilang kendali, mata mereka berkabut nafsu. Dalam sekejap tubuh Zweitson telah telanjang bulat dengan berhiaskan tanda kemerahan sana sini, pahanya terbuka lebar, dengan tiga jari Fiki yang mencoba melonggarkan jalur. Beruntung mobil Zweitson terparkir jauh dari keramaian, jadi tidak ada satupun yang menyadari apa yang sepasang alpha dan omega itu lakukan dalam mobil hitam sana.

Hanya dengan jari Fiki, omega mungil itu telah mencapai pelepasan pertamanya, hal itu membuat Fiki tidak sabaran membuka celana sekolah yang telah terasa sesak di bawah sana, sedikit mengurut miliknya sebelum mendorong masuk. Ringisan keduanya terdengar bersamaan.

"P-pelan, Fikhh.."

"Sssh," Fiki menjatuhkan wajahnya di bahu sempit Zweitson. "First time?"

Lalu anggukan Zweitson membuat Fiki gemas. "Gue juga,"

"Gue bakal pelan-pelan." lanjutnya sambil mengecup bahu sang omega.

-

Lewat tengah malam akhirnya Fenly mencapai rumah, terlalu banyak hal yang harus dia urus. Dia amat lelah, tidak pernah dia rasakan selelah ini, bahkan untuk membersihkan diri dia sudah tidak sanggup. Begitu melihat Ricky yang sudah terlelap di ranjang, dia segera melempar tubuhnya di sebelah Ricky dan memeluknya erat. Menghirup rakus aroma feromon Ricky yang dia rindukan seharian ini.

"Ovel?" Suara serak Ricky menyapa, matanya antara terbuka tidak terbuka, terlihat sekali sangat mengantuk.

"Tidur lagi, Kky."

Ricky membalas pelukan Fenly. "Tadi Ikky nungguin Ovel,"

"Makasih ya. Ini Ovel udah pulang." Fenly tersenyum lalu mengecup ujung hidung Ricky.

"Hum!" Ricky mengangguk. "Juga, tadi pas nungguin Ovel ada Om Jerry ke sini kayak nyari-nyariin sesuatu, terus pergi aja. Ikky takut, mukanya serem."

"Itu tua bangka ke sini? Nyari apa?!" Fenly membatin.

"Terus Ikky ada diapain?"

"Ga ada, cuma takut aja."

"Gue ga bisa ninggalin Ricky sendirian di mansion."

"Besok Ikky ikut Ovel ke kantor aja ya? Ovel ga bisa jauh dari Ikky, temenin Ovel kerja ya?"

Ricky mengangguk semangat. "Mau banget!"

"Yaudah, bobok lagi sekarang."

"Okei, good night,"

"Good night too, sayang."

Melihat Ricky yang masih belum terpejam membuat Fenly mengernyit. "Apa lagi?"

"Ciumnya mana?"

Fenly mendengus geli, dia mengecup sekilas bibir Ricky dan mengeratkan pelukannya sebelum terlelap bersama ke alam mimpi.

—bersambung.

Mampus lo, Son. Di unboxing berondong :')


//bang, tangannya :')


//Liat apa tuh banggg😭🔫 mau juga dong

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang