9

1.8K 162 15
                                    

Fenly pergi ke kantor dengan membawa ponsel Ricky. Lalu ketika ada kesempatan, dia kembali membongkar isi di dalamnya. Dia masih penasaran dengan foto berkas yang tersimpan di ponsel itu, melebihi rasa penasaran mengapa Ricky menggunakan fotonya sebagai wallpaper. Pikirannya berputar pada kemungkinan yang terjadi, mungkinkah paman Ricky sengaja menggelapkan uang perusahaan untuk memperkaya dirinya sendiri atau ada alasan dibalik itu? Lalu apa mungkin paman Ricky yang sengaja membuat celaka Ricky dan orang tuanya?

Pertanyaan itu masih berulang. Fenly mencoba mencari jawabannya kini ke setiap sosmed yang Ricky punya. Setelah tidak menemukan apapun di email, Fenly membuka Whatsapps. Tak banyak orang yang Ricky hubungin, hanya kedua orang tuanya, Fajri, dan beberapa teman sefakultasnya, juga tidak ada pembahasan penting di sana. Kecuali dengan akun bernama Lucas yang terakhir kali Ricky hubungi sekitar seminggu sebelum kecelakaan itu terjadi. Akun itu tanpa foto dan keterangan yang jelas, hanya tersimpan nama Lucas di sana.

Mereka membahas foto berkas tadi, lalu Ricky memerintahkan Lucas untuk menyelidikinya, tidak ada percakapan lain lagi. Merasa saking penasaran Fenly mencoba mengirim pesan dengan ponsel itu kepada orang bernama Lucas ini, namun sepertinya nomor itu sudah tidak aktif karena tidak ada respon. Fenly menghela napas berat, tubuhnya dia hempas pada senderan kursi, sejenak semua terasa rumit, lalu saat itu Fenly menyadari kenapa dia ikut ambil pusing? Apakah hati Fenly telah menerima Ricky saat ini?

Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Fenly, sekretarisnya masuk dengan setumpuk berkas di tangan mungilnya. Omega dengan kaca mata bulat itu meletakan tumpukan berkas di meja Fenly.

 Omega dengan kaca mata bulat itu meletakan tumpukan berkas di meja Fenly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini berkas pengeluaran dan pemasukan tahun lalu yang anda minta, Tuan."

"Hush, Zweitson. Udah gue bilang ga usah terlalu formal sana gue."

"T-tapi saya tidak bisa.. bagaimana pun anda istri dari Tuan Muda Ricky, jadi saya harus hormat."

"Tapi ga perlu ngomong seformal itu 'kan? Kita diusia yang sama, santai aja ngomongnya."

Omega bernama Zweitson itu hanya mengangguk patuh lalu menepi ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Sementara Fenly mulai membongkar berkas-berkas itu untuk menemukan bukti tentang kebenaran yang paman Ricky lakukan, di saat yang sama seorang pemuda belia dengan seragam SMA tiba-tiba memasuki ruangan Fenly.

Itu adik bungsunya Fiki, dengan wajah tak berdosa menghampiri kantor perusaan pada jam sekolah.

"Kovel!" pekik pemuda jangkung itu kemudian berlari ke arah Fenly.

"Fik! Lo ngapain di sini? Lo bolos ya?"

"Duh, jangan keras-keras dong. Gue males ngikut pelajaran hari ini, mapelnya nyebelin semua. Jadi gue ke sini buat nemenin Kovel kesayangan Pikiw Pikiw Paw! Sekalian belajar kerja di kantor 'kan?!"

"Ngeles lo ngeles mulu!" Fenly mencubit gemas pipi bulat alpha bungsu itu. "Gue bilangin Papa sama Bang Han tau rasa lo."

"Jangan gitu dong, Kovel sayang ku! Sayangi adikmu ini, pwiss~"

Fenly berdecak antara kesal dan gemas. Bayi besar itu terlalu banyak tingkah. "Dah, lo duduk di sana tunggu sampai jam kerja gue selesai, jangan gangguin orang-orang."

"Ceilah, iye, iye."

Bukannya duduk manis, Fiki malah memutari ruangan itu sesekali membaca-baca berkas dan buku di rak sana. Sementara Fenly memilih abai, atensinya beralih ke ponselnya sendiri sejak pesan dari Shandy masuk ke sana.

| gue lagi di cafe Affection deket kantor Zakno Corp, lagi nunggu komposer yang kemarin ngajak kolaborasi. Mau ketemuan?

Mau! ^^ |

Fenly merapikan seluruh berkas di mejanya, lalu bersiap pergi. Dia menatap Fiki yang hampir terlelap di sofa.

"Fik, lo pulang sama sekertaris gue ya? Gue ada urusan, bye."

"Yak! Kovel! Kenapa kau tega menelantarkan adik manis mu ini?!!" Fiki mulai ngedrama.

Fenly tidak menggubris, dia bergegas pergi dan menghilang di balik pintu. Fiki menatap sekretaris mungil yang duduk di meja ujung ruangan. Dari aroma pheromonnya Fiki sudah tau jika pemuda itu seorang omega. Fiki mendekatinya.

"Yah, gimana nih, aku ditelantarin kakak aku." Fiki memberi kode, namun omega mungil itu tidak meresponnya.

"Kak? Denger yang dibilang kakak aku tadi? Anterin aku pulang kak!" Fiki terdiam sejenak, "Eh, entaran aja. Belum jam pulang, ntar gue dieksekusi di rumah."

"Iya, iya." jawab Zweitson yang masih tidak mau menatap Fiki.

Fiki mencebik. "Nama aku Fikiaulia Christovel, panggil aja Fiki atau Pikipaw hehe. Nama kakak siapa?"

Zweitson berdecak. "Panggil aja Son, sekarang duduk tenang di sofa dulu, ntar gue anter pulang. Pheromon lo ganggu banget!"

"Gitu dong kakak manis." Fiki terkekeh, omega di depannya terlihat menggemaskan saat marah. Berbeda dengan kovelnya yang terlihat menyeramkan saat marah.

—bersambung.

Uwiww.. fikson🥰

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang