18

2K 170 44
                                    

update spesial ultah gua nih wkwkwk
....

Pada hari berikutnya, Fenly bertemu lagi dengan Lutfi di sebuah restauran setelah mendapat pesan panjang bak kereta api sejak Fenly yang meninggalkan ponselnya di ruang tengah semalam. Kini sedang Fenly menatap serius iPad milik Lutfi, di sana terdapat seluruh bukti penggelapan uang oleh Tuan Jerry serta rekaman kronologi mobil Keluarga Zakno bisa masuk jurang.

"Jadi benar Tuan Jerry yang telah melakukan semua ini?" gumam Fenly, Lutfi mengangguk.

"Ini adalah pembunuhan berencana, dan dia nyusun semua ini seperti kecelakaan. Kabel rem mobil yang ditumpangi Ricky sama orang tuanya sempat dipotong, sopir keluarga itu juga sempat disuntikan obat yang buat dia berhalusinasi sampai dia banting stir ke pembatas jurang. Semua itu sudah direncanakan dengan matang oleh Tuan Jerry." jelas Lutfi panjang lebar.

Fenly meletakan iPad itu. "Ga habis pikir gue sama pamannya Ricky, pas acara nikah gue lihat dia kek orang yang bisa dipercaya, orang yang memang mau bertanggung jawab dengan peninggalan kakaknya, tapi ternyata dia memang ngincar semua itu?"

"Tentu saja, Fen. Siapa yang ga bakal sirik sama keberhasilan ayahnya Ricky? Sebagai saudaranya, Tuan Jerry pasti iri. Lalu karena dia ga bisa melampauinya, dia merebutnya dengan cara begitu."

Lutfi melihat bagaimana Fenly mengepal tangannya erat, aroma feromonnya juga tercium mencekam membuat Lutfi engap.

"Sekarang lo santai dulu, Fen. Gue udah nemuin semua bukti dan saksi, kita cuma perlu menentukan tanggal main untuk menangkap Tuan Jerry dan membawanya ke jalur hukum." lanjut Lutfi, atensi Fenly berpindah padanya.

"Dan gue tau kapan waktu yang tepat untuk itu." Fenly menyeringai.

"Kapan?"

"Minggu depan akan ada perilisan produk terbaru dari Perusahaan Zakno. Gue punya rencana buat mengungkap semua kebusukan Tuan Jerry di depan publik saat itu."

Lutfi menyeringai. "Ganas juga omeganya Ricky."

Fenly mendadak salah tingkah, dia memperbaiki jas kantornya agar menutupi alpha mark di lehernya dengan baik. Hal itu membuat Lutfi terkekeh.

"Jangan bawa-bawa Ricky dulu! Sekarang kita perlu bahas rencana buat nangkap Tuan Jerry dulu, bambang!"

"Haha, iya istrinya Ricky."

-

Sementara itu Zweitson yang tadinya mengantar Fenly ke pertemuan penting, kini malah berhenti depan sekolah Fiki. Entah apa yang ada di dalam pikiran Zweitson barusan, dia harusnya pulang, jam kerja telah usai, tapi dia malah menunggu Fiki di depan sekolah. Apa dia mulai tidak waras?

Ketika bel sekolah bergema, Zweitson agak panik, dia ingin pergi saja, tidak siap untuk bertemu Fiki, namun ketika netra coklat gelap itu menyapu keberadaan pemuda tinggi itu di gerbang, Zweitson tertegun, apalagi karena di sana Fiki bergandengan sepanjang jalan dengan seorang gadis omega mungil dengan wajah cantiknya.

Mendadak Zweitson sadar diri, dia tidak ada apa-apanya dengan gadis itu, dia hanya pria biasa, yang sialnya juga seorang omega. Kenapa dia sempat merasa diajak terbang tinggi bersama Fiki hanya karena dia memberimu kejutan ulang tahun? Tidak ada yang spesial dengan itu bukan? Apalagi dengan melihat perlakuan-perlakuan spesial dari Fiki dengan gadis bernama Chelsea itu membuat Zweitson merasa jatuh dari ketinggian. 

"Hei, kenapa bengong cantik?" sapa Fiki yang tiba-tiba muncul di jendela mobilnya, Zweitson seketika panik.

"Hayolo, nungguin gue kan?" Fiki memasuki sisi lain mobil tanpa persetujuan.

"Yak! Lo ngapain masuk?!"

"Lah, lo kan mau jemput gue, kenapa gue ga boleh masuk? Dasar omega labil."

"Lo yang labil, dasar bocil! Gue cuma sekedar lewat,"

"Sekedar lewat?"

"Iya! Tadi gue nganterin Fenly ke pertemuan, t-terus dia nyuruh gue buat jemput lo karena satu arah."

"Oh, jadi Kovel yang nyuruh? Bukan sekedar lewat?"

Zweitson gelagapan, padahal tinggal mengaku, namun dia tidak mampu.

"Mau numpang kaga? Kalo iya jangan berisik!"

Fiki terkekeh dan memasang sabuk pengaman. "Hehe, oke, oke."

Zweitson memutar matanya malas sebelum melajukan mobil dengan kecepatan normal. Sebenarnya dia ingin mengajak Fiki makan bareng, ingin mentraktirnya sebagai ucapan terima kasih, namun terlalu malu untuk bicara, dia tidak mau bocah alpha ini terlalu percaya diri, namun dia tidka mau berhutang.

"Fik," panggil Zweitson, membuat Fiki yang dari tadi mengoceh tidak jelas kini menatapnya fokus.

"Bisa ga natapnya biasa aja? Jantung gue ga aman ahsu!" Ronta batin Zweitson, memilih menatap jalan dari pada wajah tanpan Fiki sebelum dia menabrak pengemudi lain.

"Ehmm.. itu, lo laper ga?"

"Laper, pake banget. Gue jadi pengen makan lo seutuh-utuhnya."

Wajah Zweitson memanas. Bisa-bisanya bocah tujuh belas tahun menggoda dirinya yang empat tahun lebih tua hingga salah tingkah sendiri.

"Gue nanya serius, Fik!"

"Lo kalo mau makan sama gue tinggal jalan, ga usah nanya lagi. Gue ngerti kok."

"Njir! Gue cuma mau traktir lo sebagai ucapan terima kasih, gue ga mau punya hutang sama lo."

"Iye, iye, kaka labil. Terserah mau dibilang apa, yang penting ngedate kedua." Fiki tersenyum amat tampan, terlalu mendominasi hingga bagian bawah Zweitson terasa menghangat.

—bersambung.

//ganteng banget sih fikihhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//ganteng banget sih fikihhh

//rasakan perbedaanya :) but salfok sama kapten farhan yang selalu kuat terhadap moment :''''') aku mah mental yupi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

//rasakan perbedaanya :) but salfok sama kapten farhan yang selalu kuat terhadap moment :''''') aku mah mental yupi

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang