6

2K 206 11
                                    

ya udah, double nih. mana bintangnya? suaranya mana?

-

Hari ini sedikit lebih santai dari hari-hari sebelumnya semenjak Fenly menerima jabatan di perusahaan milik keluarga Ricky, dia bisa pulang awal dan sedikit bersantai sejak dia mendapat kabar Ricky diajak pamannya untuk terapi ke rumah sakit. Awalnya memang terasa hening di mansion, sempat membuat Fenly hampir terlelap di sofa ruang tengah sampai suara berisik Ricky datang dari halaman belakang mansion. Bukankah dia pergi untuk terapi?

"Rik? Lo ngapain?! Bukannya lu terapi?" pekik Fenly kaget melihat kehadiran Ricky dengan tubuh penuh kotoran dan rumput kering. Sejak mendapati Ricky yang mendapat kekerasan dari tantenya, Fenly menjadi lebih peduli pada Ricky meski kadang masih gengsi.

Ricky menyengir dengan kedua tangannya yang disembunyikan di belakang tubuhnya. "Kata paman batal, jadi pulang deh. Habis itu Ikky main di belakang, dan Ikky buat sesuatu buat Fenly."

"Apaan?"

"Tutup mata dulu,"

"Apaan dah? Kasih aja napa?"

Ricky menggeleng. "Harus tutup mata dulu."

Fenly berdecak, namun menutup mata kemudian. Segera dia rasakan Ricky meletakan sesuatu di kepalanya, Fenly membuka mata kemudian.

"Mahkota cantik, buat orang yang cantik." ujar Ricky.

Fenly meraih ponselnya, menggunakannya untuk bercermin lalu dapat dia lihat mahkota dari ratusan bunga gypsophila terpasang indah di kepalanya, Fenly tertegun.

"Ini lo yang buat?"

Ricky mengangguk semangat.

"Ini juga buat Fenly, sebagai tanda persahabatan kita." Ricky menyodorkan sebuah bungan mawar merah yang tanpa dia tahu adalah jenis bunga kesukaan Fenly.

"Fenly mau 'kan jadi sahabat Ikky?" tanya Ricky ketiak Fenly tak kunjung mengambil mawar itu dan hanya memandanginya.

Sejenak Fenly mengambil napas, dendamnya pada Ricky sidah tertanam lima tahun lamanya, dia membenci Ricky sampai ke tulangnya. Namun sosok di hadapannya seolah Ricky dengan kepribadian baru yang mencoba menyelinap ke dalam hati Fenly, seolah Ricky dan Ikky adalah dua sosok yang berbeda.

Lalu saat Fenly menatap obsidian Ricky, dia bisa menemukan ketulusan dari sana. Jika saja Ricky tidak memberikan kesan burik pada Fenly, mungkin saja Fenly bisa dengan mudah menerimanya.

Akhirnya mawar dari Ricky diambilnya, jemari lentik itu mulai membersihkan rumput-rumput kering di rambut Ricky.

"Kalo mau jadi sahabat Ovel kudu bersih, lo mandi dulu sana." Fenly telah memutuskan, dalam kondisi Ricky yang seperti ini, setidaknya Fenly bisa menjadi temannya, merawatnya seperti dia merawat adiknya Fiki dan mencoba menepis dendam dari masa lalu.

"Ovel?"

"Ovel itu nama kecil gue, lo boleh panggil kalo suka."

"Mau! Ovel lucu! Ikky suka Ovel!"

Fenly mendengus geli, Ricky juga bisa jadi menggemaskan seperti ini.

"Udah lo buruan mandi!"

Ricky mengangguk dan melesat ke kamarnya.


-bersambung.

udah, gitu aja. xaxaxaxax :v

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang