29

2.1K 161 65
                                    

Semakin bertambah hari, pertumbuhan baby Lucky juga semakin terlihat. Dalam tiga bulan alpha mungil itu telah berubah menjadi bayi bertubuh gempal yang membuat siapa saja akan merasa gemas ketika melihatnya. Seluruh keluarga juga menyayangi dan menyambutnya dengan baik, hanya saja baby Lucky sangat lengket pada Fenly dan akan menangis jika seseorang memisahkan mereka, bahkan jika itu Ricky ayahnya sendiri.

Dalam kurun waktu itu pula segalanya berubah membaik, baik perusahaan Zakno hingga rumah tangga Ricky. Tidak ada lagi sedih dan luka, hanya tawa dan canda yang tersisa. Seolah memang benar kehadiran baby Lucky membawakan keberuntungan untuk keluarga itu.

Pada hari ini Ricky tengah mengadakan pesta dalam rangka merayakan kesuksesannya membuka cabang perusahaan di Belanda, serta mengenalkan pewaris Keluarga Zakno kepada publik.

Banyak tamu telah berkumpul party hall di sebuah hotel yang juga merupakan properti dari perusahaan Zakno. Sedangkan keduanya masih menyiapkan diri di salah satu kamar hotel tersebut. Fenly juga terlihat sedang memakaikan jas kecil yang sewarna seperti milik Ricky dan Fenly pada bayinya yang tidak mau berhenti menggeliat sejak tadi, membuatnya harus banyak berucap sabar di dalam hati. Belum lagi ayah dari bayi ini juga tidak mau mandiri, seperti saat ini, dia ingin Fenly yang memasangkannya dasi.

Fenly berdiri menghadap pada Ricky, dia tengah fokus memasangkan dasi sang alpha ketika kecupan nakal mendarat di rahangnya.

"Ovel sangat cantik malam ini," ujar pelan Ricky dengan melingkarkan lengannya di pinggang Fenly.

"Rick, Lucky liatin!" Fenly mulai salah tingkah. Belakangan ini jantungnya berdetak lebih kencang dihadapkan Ricky yang masih suka bermanja dengannya tapi dengan penampilan dewasanya.

"Biarin aja, lagian Lucky suka aroma feromon kita yang tercampur. Liat deh,"

Fenly menatap ke arah ranjang, dimana bayinya terlentang sesekali tertawa lucu dengan menunjukan gusi sambil bertepuk tangan.

Ricky mengencangkan pelukannya, membuat Fenly menoleh ke arahnya lagi.

"Fen.." panggil Ricky dengan suara beratnya, tentu Fenly segera mengerti.

"Bentar lagi acara mulai, Rick!"

"Tiga puluh menit aja cukup kok,"

Fenly hampir saja menggeplak dada Ricky, namun Ricky lebih dulu menahannya lalu mengecup kilat bibir Fenly.

"Yah, jadi tomat." ujar Ricky lagi, membuat Fenly ingin lari saja dari sana.

Melihat reaksi Fenly, Ricky hanya terkekeh. Dia menakup pipi Fenly kemudian. "Fen, gue pengen lo kerja sebagai sekretaris gue. Selain biar ga jauh dari lo, gue juga ga pengen orang lain yang nemenin gue kerja."

Dahi Fenly mengerut. "Emang sekretaris lo kemana?"

"Zweitson mengundurkan diri."

"Hah? Kenapa? Lo pasti buat dia ga nyaman kerja kan?"

"Bukan karena gue, sayang. Dia mengundurkan diri karena lagi hamil, dia mau fokus sama bayinya."

"Hamil? Bukannya dia belum nikah?"

Ricky hanya mengendikan bahunya. Sejenak Fenly terlihat termenung.

"Kenapa?"

Fenly menggeleng pelan. "Gue cuma berpikir Zweitson itu anak baik-baik, gue takutnya ada yang perkosa dia terus ga mau tanggung jawab. Padahal adik gua Fiki kelihatan tertarik sama dia,"

Ricky malah tersenyum dan membelai lembut pucuk kepala Fenly. "Apapun itu kita ga perlu ikut campur, Fen. Udah cukup masalah yang kita hadapin selama ini, jangan buat masalah lagi."

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang