24

1.9K 177 59
                                    

I miss you guys, semangat puasa

...

Fenly demam, meski Gilang juga seorang alpha dia tak bisa membantu banyak. Apa yang Fenly butuhkan adalah feromon matenya, omega tanpa feromon sang alpha akan jadi sangat rentan. Lalu jalan terakhir yang Gilang ambil adalah mendatangkan dokter yang cukup dia percayai untuk menyuntikan suntikan feromon pada Fenly, setidaknya dia mampu bertahan walau akan segera membutuhkan suntikan itu lagi.

Setelah Fenly akhirnya terlelap, Gilang memutuskan membiarkannya sendirian. Apalagi dengan Farhan yang dari tadi menelponnya membuat alpha submisif itu harus segera pulang.

Begitu Gilang memasuki pintu utama rumah Keluarga Christovel, segera dia mendapat tatapan tajam dari Farhan yang menunggu di sofa depan.

"Kemana aja?"

"Itu ga penting, gue udah pulang 'kan?"

"Gue rasa lo nyembunyiin sesuatu." Farhan berdiri, Gilang merasa terintimidasi.

"Lo sering bolak-balik apartemen lama lo semenjak Fenly menghilang. Lo sembunyiin dia di sana?"

Gilang tersentak, namun tak begitu ketara. Sempat panik namun dia mencoba menutupi dengan baik.

"Punya bukti apa lo nuduh gue begitu? Dan, buat apa gue nyembunyiin adik ipar gue?!"

"Gue ga tau buat apa, tapi setidaknya lo kasih tau gue, gue kakaknya Fenly, Lang! Gue mau ngelindungi adik gue sendiri, sekarang jawab sejujurnya!"

Gilang mengerut, Farhan melepas feromonnya pada Gilang. "Lo coba ngancem gue dengan menekan feromon lo?"

Farhan tidak membalas, dia melangkah mendekat ke arah Gilang lalu mendorongnya ke sofa single di belakang tubuh Gilang, dan mengukungnya.

"Percuma, Han! Gue bukan omega, gue juga alpha!" Gilang mencoba mendorong tubuh Farhan menjauh, namun Farhan malah menahan kedua lengannya di atas kepala.

"Alpha, tapi submisif. Jadi menurutlah pada sang dominan." suara berat Farhan membuat Gilang meremang, jika Gilang berkata jujur, kakinya sudah melemas dengan sejumlah feromon yang mendominasi dirinya.

"Bilang dimana Fenly?"

Gilang memalingkan wajah, wajah Farhan terlalu dekat. Hawa di sekitar juga terasa makin panas.

"Gue gak tau!" pekiknya, lalu sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di bibirnya, Gilang melotot.

"Lo ngapain cium gue, Kibo?!!"

"One lie, one kiss."

"Sialan! Kepala lo habis kejedot apa, hah?! Sejak kapan lo sudi cium gue?!"

"Berisik! Cukup bilang dimana Fenly?"

"Kaga tau, anjing! Lepasin-" lagi-lagi Farhan mengecup bibir Gilang.

"Dimana?"

Gilang berdecak. "Di apartemen lama gue, tapi lo jangan ke sana dulu! Fenly lagi stress jan diganggu!"

Sekali lagi ciuman mendarat di bibir Gilang, kali ini sedikit lama. Gilang bahkan dapat melihat kelopak mata Farhan yang terpejam saat memanggut bibirnya sampai ia juga ikut terbawa.

"Kenapa lo cium gue lagi? Lo suka sama gue ya?!" teriak Gilang dengan seburat kemerahan di kulit eksotisnya.

"Suka. Gue suka jatuhin harga diri lo sebagai alpha." Setelahnya Farhan hanya melenggang menuju kamar, dan Gilang di sana masih memegangi dadanya yang berdebar tak karuhan.

Bukan ciuman pertama, tapi pertama kalinya dicium oleh sesama alpha.

-

Di tempat Fenly, dia telah mendapat kembali kesadarannya, dan segera rasa sakit itu datang menggerogotinya lagi. Seluruh tubuhnya terasa diiris perlahan, belum lagi perutnya yang bergejolak seolah bayi di dalam sana tidak tenang. Fenly hanya mengeratkan pelukannya pada hoodie Ricky dengan menghirup aroma feromon yang tersisa.

An Idiot Alpha - RickFenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang