Choi Mujin adalah sorang mafia dan bandar narkoba yang terkenal di kota Daegu karna kekejaman pria itu. banyak orang yang tidak suka dengan kepribadian pria itu, sehingga Mujin memiliki banyak musuh. Mujin sendiri tidak peduli, selama dirinya tidak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Choi Mujin, pergilah. Cepat"
"Choi Mujin, mianhae. Jinja mianhae"
"Terima kasih sudah hadir di hidupku, aku selalu bersyukur kamu manjadi bagian dari hidupku. Aku benar-benar bahagia"
"Saranghae, Choi Mujin"
"Mari saling jatuh cinta lagi di kehidupan lain"
Dorr!!
"Andwaeee!!"
Jiwoo terbangun karna terdengar suara Mujin yang tengah berteriak dalam tidurnya, Jiwoo sedikit panik melihat wajah Mujin yang penuh dengan keringat dan terus berteriak bahkan menangis dalam tidurnya.
"Choi Mujin, bangunlah. Hei, sadarlah Choi Mujin" Jiwoo menggoyangkan badan Mujin untuk membuat pria itu sadar dan terbangun.
"Kim Bora" akhirnya mata Mujin terbuka secara paksa dengan menyebutkan nama Bora.
Mujin menatap Jiwoo dengan deru nafas yang tidak beraturan "Maaf" ucap Mujin dengan mengalihkan pandanganya dari Jiwoo. Sedangkan Jiwoo cukup terkejut dengan teriakan Mujin tadi yang menyebutkan nama wanita lain, sekarang serba-serbi pertanyaan dalam otaknya mengumpul.
Siapa Kim Bora?
Apa hubungannya dia dengan Choi Mujin?
Apa dia mantan Choi Mujin?
Dan...
Apa Choi Mujin, mencintainya??
Dan banyak lagi yang ada di otaknya yang sangat Ia ingin tanyakan pada Mujin, tapi... Bukan sekarang waktunya. Jiwoo menebak kalau Kim Bora adalah masa lalunya Choi Mujin.
"Gwenchana? Apa kamu bermimpi buruk Mujin-ssi?" Jiwoo sengaja mengabikan ucapan maaf Mujin.
Mujin mengangguk lemah masih dengan mengatur nafasnya dan detak jantungnya. Jiwoo beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar, Mujin melihat itu dan terdiam. Tak lama Jiwoo datang kembali dengan segelas air putih di genggamanya dan memberikanya pada Mujin.
"Minumlah dan tenangkan dirimu"
Mujin menurut, Ia meminum air pemberiaan Jiwoo hingga tandas dan mencoba menenangkan dirinya. Jiwoo mendudukan dirinya di pinggir ranjang, mengangkat tangan kanannya untuk mengapus keringat di dahi Mujin yang sangat banyak. Mujin cukup terkejut dengan apa yang di lakukan Jiwoo, menurutnya ini sangat tiba-tiba.
"Kau bermimpi buruk?"
Mujin mengangguk
"Apa yang kau mimpikan?" tanya Jiwoo lagi.
"Buruk, sangat buruk. Bahkan... lebih buruk dari hidupku" jawab Mujin dengan tatapan kosong.
"Tidak apa, itu hanya mimpi. Tidurlah lagi, hari masih tengah malam"