DEVIL 19

378 116 15
                                    

Setelah beberapa menit mereka berciuman, Mujin menghentikan ciumanya dan menatap Jiwoo dengan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah beberapa menit mereka berciuman, Mujin menghentikan ciumanya dan menatap Jiwoo dengan lembut.

"Pakai saja sweater punyaku"

"Lalu celananya?"

"Tidak usah pakai, aku lebih menyukainya"

"Dasar mesum"

"Mesum-mesum begini juga kamu menyukainya" ucap Mujin dengan senyum sombong.

Jiwoo membuka koper dan mengambil sweater milik Mujin dan memakainya di kamar mandi, sedangkan pria itu kembali berbaring di ranjang.

Beberapa menit kemudian Jiwoo keluar dari kamar mandi, menghampiri Mujin dengan senyum manisnya. Mujin tercengang melihat Jiwoo yang memakai sweater miliknya yang kebesaran di tubuh mungilnya, bahkan tangan Jiwoo juga ikut kelelep sweater tersebut.

"Mujin-a, apa ini tidak terlalu pendek?" tanya Jiwoo.

Mujin melihat paha putih Jiwoo yang tidak tertutup sweater itu karna pendek, disebabkan juga tinggi Jiwoo dan Mujin tidak beda jauh. Sweater itu hanya menutupi di atas lutut, Jiwoo sedikit risih karna Ia tidak memakai celana dalam.

"Ani, itu bagus. Aku suka"

Mujin menghampiri Jiwoo, wajah pria itu menyosor ingin mencium Jiwoo dan dengan cepat Jiwoo menahan dahi Mujin dengan jari telunjuknya.

"Na baegopa (Aku lapar)" rengek Jiwoo.

Mujin menghelang nafas "Arasseo, arasseo. Kau tunggu disini, aku akan mengambilkan kamu makanan" gagal sudah untuk Mujin menyicipi bibir Jiwoo yang menggoda.

Jiwoo tersenyum jahil melihat wajah Mujin yang cemberut.

Setelah selesai makan, Mujin dan Jiwoo memilih untuk beristirahat di ranjang berdua dengan lengan kiri Mujin ia jadikan bantal untuk Jiwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah selesai makan, Mujin dan Jiwoo memilih untuk beristirahat di ranjang berdua dengan lengan kiri Mujin ia jadikan bantal untuk Jiwoo. Jam sudah menunjukan pukul 23.36 malam, mereka baru saja bangun dari tidur. Masih di posisi yang sama, tangan kanan Mujin beralih ke perut Jiwoo. Mengusap-ngusap perut buncit itu dengan lembut dan pelan.

"Apa kamu masih mengantuk?"

Jiwoo menggeleng "Tidak, enam jam untuk tidur itu sudah cukup"

"Begini Jiwoo-ya, ada yang ingin aku katakan padamu... Apa kamu siap untuk mendengarkan?"

DEVIL [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang