DEVIL 3

689 74 11
                                    

| Happy reading |

12.00 KST

Jiwoo melangkah kakinya menuju kantin untuk makan siang, setelah mengantri dan piring Jiwoo sudah penuh dengan nasi dan lauk gadis itu mencari meja yang sepi.

Jiwoo mendudukan dirinya dan mulai memakan makananya dengan tenang, ketika sedang asik makan Jiwoo di kagetkan dengan Pildo yang tiba-tiba duduk di depanya.

"Boleh aku duduk disini? Meja yang lain sudah penuh" tanya Pildo.

Jiwoo mengangguk, toh lagian juga Pildo tidak mengganggunya. Mereka kembali memakan makanan dengan hening, setelah beberapa menit terdiam Pildo berbicara terlebih dahulu.

"Berhubung besok hari minggu, kau ingin menemaniku ke toko buku? Ada beberapa buku yang ingin aku beli"

Jiwoo mikir dahulu sebelum menjawab ajakan Pildo.

"Sepertinya besok aku tidak ada rencana atau acara, karna itu aku bisa menemanimu"

"Aku akan menjemputmu besok di runahmu jam 10 pagi, bagaimana?" tanya Pildo dengan mata yang berbinar.

"Aku akan menunggumu besok"

Pildo bangkit lalu menyodorkan sekaleng kopi dingin untuk Jiwoo. Gadis itu menatap Pilo bingung.

"Minumlah, aku salah beli tadi"  Pildo berjalan meninggalkan Jiwoo entah kemana.

16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16.58 KST

Cuaca sore yang mendukung, tidak terlalu panas dan tidak mendung. Mujin keluar dari dalam mobil dengan sebuket bunga di pelukan pria itu. Kaki jejangnya melangkah memasuki rumah abu, Mujin menaru bunga tersebut ke lantai dan menatap lekat lekat guci abu yang tertera nama Kim Bora disana.

"Maaf aku jarang berkunjung ke sini, Bora-ya. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini, sekali lagi maaf" Mujin mengucap guci abu tersebut dengan ibu jarinya.


Setelah selesai Mujin kembali memasuki mobi lalu menjalankan mobil menuju liber. Setelah 30 menit akhirnya mobil Mujin sampai di gedung pencakar langit berlantai 80 itu, mem parkirkan mobilnya di basement. Pria itu memasuki lift khusus untuk ke ruang kerjanya di lantai 80, pintu lift pun terbuka di sana sudah ada Taeju yang menungu bosnya.

"Selamat datang, sajangnim" sapa Taeju pada Mujin, sedangkan Mujin hanya menganggukan kepala lalu berjalan begitu saja menuju meja kerjanya.

Taeju menghampiri Mujin dan berhenti di depanya "Apa anda tidak enak badan?" tanya Taeju.

"Ani, gwenchana" Mujin memejam kedua matanya dan bersandar pada kursi.

DEVIL [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang