Jiwoo berjalan di kolidor Rumah sakit dengan Aecha di gendongannya sehabis mengambil baju dan perlengkapan Aecha di mansion bersama Taeju. Langkah kaki Jiwoo hampir sampai di ruang inap Mujin, wanita itu melihat pintu ruang inap Mujin yang terbuka. Disana ada Dokter Kim dan dua suster di sebelahnya.
Jiwoo mendekat, kedua matanya membelak melihat Mujin dengan kedua mata yang terbuka dan sedang berbicara dengan Dokter Kim walau sedikit susah Karna ventilator yang masih terpasang di mulutnya.
"MUJIN-A!" Jiwoo reflek berteriak memanggil nama Mujin.
Mujin melihat ke arah Jiwoo yang menghampirinya dengan larian kecil. Dokter Kim melepas ventilator dan membuatkan Mujin dan Jiwoo berbicara.
Mujin tersenyum, satu tanganya terangkat untuk mengusap pipi Jiwoo dengan lembut.
"Jiwoo-ya... Bogoshipo" ucap Mujin lirih.
"Nado Bogoshipo, Mujin-a"
"Ahh, ini putri kita. Choi Aecha" lanjut Jiwoo.
Jiwoo menaru Aecha di samping Mujin, pria itu tersenyum memegang badan mungil Aecha.
"Dia sangat kecil, tidak seperti waktu aku bertemu dengannya" gumam Mujin lirih.
Jiwoo sudah menangis haru, dengan segera Jiwoo memeluk Mujin dengan hati-hati. Akhirnya mereka saling berpelukan, menyalurkan semua rasa rindu mereka dengan adanya sang putri tercinta mereka di tengah-tengah cinta mereka.
...
5 hari kemudian.
Saat ini Jiwoo sedang menyuapi Mujin. Keadaan pria itu sudah lebih membaik dan bisa segera pulang dalam beberapa hari lagi namun tetap harus kontrol sebulan sekali untuk memastikan kondisinya sembuh dengan total.
"Sudah-sudah. Perutku sudah kenyang" tolak Mujin ketika Jiwoo hendak menyuapinya lagi dengan sesendok bubur.
Jiwoo menghentikan suapanya dan menaru mangkuk bubur ke atas nakas. Mujin menatap box bayi dimana Aecha sedang tertidur dengan pulas disana dan itu tidak luput dari pandangan Jiwoo.
"Kali ini perjuanganku tidak sia-sia. Putriku yang cantik lahir kedunia dengan selamat" Mujin menatap Jiwoo, tangan besarnya mengambil tangan mungil Jiwoo dan menggenggamnya "Jiwoo-ya. Maafkan aku Karna tidak bisa berada di sampingmu saat kamu dengan susah payah melahirkan Aecha secara sesar" lanjut Mujin dengan nada sedikit sedih.
Jiwoo tersenyum dan mengecup pipi kanan Mujin.
"Tidak apa-apa Mujin-a. Justru aku yang berterima kasih padamu karna Karna sudah mau memperjuangkan nyawamu dengan aku dan Aecha"
"Aku mencintaimu Jiwoo-ya"
"Aku juga mencintaimu Mujin-a"
Mujin menarik tekuk Jiwoo dan menempelkan kedua bibir mereka. Mujin semakin memperdalam ciuman mereka dengan lumatan-lumatan kecil.
Oek
Oek
Oek
Tiba-tiba saja kegiatan mereka berhenti Karna tangisan Aecha. Jiwoo segera menggendong Aecha dan menimang-nimang bayi kecil itu.
"Putri Mommy haus ya?"
Jiwoo duduk kembali di kursi sebelah Mujin dan menyusui Aecha. Mujin melihatnya dengan senyum indah nan cerah, akhirnya setelah 10 tahun penantinaya untuk melihat momen ini terkabul juga.
"Jika putri Daddy sudah selesai, gantian yaa. Daddy juga mau menyusu dengan Mommymu" ucap Mujin dengan kekehan kecilnya.
Jiwoo yang mendengar menatap Mujin dengan tajam, setajam silet.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL [End]
Fiksi RemajaChoi Mujin adalah sorang mafia dan bandar narkoba yang terkenal di kota Daegu karna kekejaman pria itu. banyak orang yang tidak suka dengan kepribadian pria itu, sehingga Mujin memiliki banyak musuh. Mujin sendiri tidak peduli, selama dirinya tidak...