DEVIL 8

569 68 21
                                    

| Happy reading |



Jiwoo POV:

Aku mengikuti Choi Mujin yang menarik tanganku dengan kencang ke parkiran, aku menundukan kepalaku tidak berani menatap mata tajam itu.

"Look at me"

Aku semakin menunduk dengan menggigit bibir dalamku mendengar suara dingin nan tajam milik pria di hadapanku.

"Look at me, Yoon Jiwoo!"

Aku tersentak kaget mendengar teriakan Choi Mujin, teriakanya membuat orang yang berada di sekitaku termasuk pengawalnya yang berada di dalam mobil, menatapku dan Mujin.

Detak jantungku berdetak sangat cepat, tubuhku sedikit bergetar. Dengan perlahan, aku menatap wajah Mujin yang sedikit memerah.

"Jelaskan padaku, apa yang aku lihat dan dengar tadi. Sekarang"

Bagaimana aku harus menjelaskanya? Aku begitu takut untuk menjelaskan. Ayolah, Yoon Jiwoo. Beranikan dirimu, jangan terlihat lemah di depanya.

"Lupakan saja apa yang kau lihat dan kau dengar, itu semua bukan urusanmu Choi Mujin" ujurku setelah mengumpulkan keberanian dengan mati-matian.

"Apa itu anakku? Jawab Yoon Jiwoo"

"Ani, kau salah. Ini bukan anakmu" jawabku cepat.

Mujin menyeringai.

"Kau tidak pandai berbohong Yoon Jiwoo, aku yakin kau bukan wanita yang gila tidur dengan banyak pria. Katakan dengan jujur, apa itu anakku?"

Aku mengepalkan kedua tanganku, air mataku jatuh begitu saja tanpa perintah, sialan.

"Kau benar, ini anakmu dan aku ingin menggugurkanya"

Aku melihat Mujin terdiam sejenak, entah apa yang dia pikirkan. wajahnya tidak menunjukan ekspresi apa pun, hingga sulit untuk di baca. aku menghelang nafas, bagaimana pun juga aku berfikir Choi Mujin tetaplah Choi Mujin.

"Lihat, kau saja tidak peduli. jadi untuk apa aku mempertahankan anak ini."

Aku bersiap melangkah pergi, namun pergelangan tanganku di tahan olehnya. aku kembali menatap Mujin yang juga sedang menatapku. menunggu apa yang akan di katakan olehnya.

"Kalau begitu jangan, biarkan dia hidup. aku bersedia menjadi Ayah untuknya dan merawatnya"

kali ini aku yang terdiam, cukup terkejut seorang Choi Mujin akan berkata seperti itu. entah aku yang salah dengar atau kupingku yang rusak, entahlah aku tidak tau.

"Tidak. aku tidak bisa,"

Akhirnya itulah kata yang aku ucapkan, sejujurnya hatiku sangat senang namun di satu sisi aku masih takut padanya. kejadian pertama kali kita bertemu, masih teringat dan membekas sampai sekarang.

"Kenapa? kau tidak percaya padaku atau...kamu takut padaku?"

Haruskah aku mengatakanya? Jika aku mengatakanya apa dia akan marah? Entahlah, aku sangat bingung dengan hatiku saat ini.

DEVIL [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang