"Na, kamu suka belajar gak?"
Navya mengangguk mendengar pertanyaan dari suaminya itu. "Suka. Kenapa Mas?" tanya perempuan itu penasaran.
"Kalau misalnya Mas daftarin kamu kuliah, kamu mau gak?"
Kedua mata Navya melebar seketika. "Kuliah?" tanyanya pelan.
Daffi mengangguk-angguk. "Mau gak? Kalau mau, nanti Mas daftarin di kampus yang deket dan satu arah sama kantor, jadi Mas bisa sekalian anter jemput kamu," jelasnya. "Atau kamu punya kampus impian?"
"Mas serius?" tanya Navya ragu.
"Serius, sayang," balas Daffi lembut. "Jadi?"
Navya mengangguk antusias. "Mau! Vya mau kuliah!" Perempuan itu berseru senang membuat Daffi tertawa kecil. "Tapi kalau Vya kuliah, waktu buat Mas pasti akan berkurang. Mas gak apa-apa?"
"Its oke, Na. Mas bisa ngertiin itu kok, asal jangan cuekin Mas aja kalau lagi pusing mikirin tugas."
Navya tersenyum geli mendengarnya. "Makasih ya, Mas. Vya mau kuliah di kampus mana aja kok, yang penting bisa dapet ilmunya."
"Oke. Nanti Mas daftarin di kampus Mas dulu aja kali ya? Kebetulan di sana ada temen Mas yang jadi dosen, biar bisa mantau kamu buat Mas," kata Daffi lalu meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. "Mas suruh Alex buat ambil formulir pendaftarannya sekaligus nyiapin semua keperluan kamu kuliah."
Navya tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengar hal itu. Setelah percakapan ringan tersebut pasangan suami istri tersebut menuju ruang makan untuk sarapan bersama.
Tetapi kedatangan tamu yang tak diundang membuat keduanya mengurungkan niat untuk sarapan.
"Aku ke sini cuma mau ngasih ini untuk kalian." Perkataan tersebut berasal dari sosok tamu perempuan yang tengah berada di hadapan Daffi dan Navya. "Minggu depan aku nikah sama laki-laki yang mencintai aku, aku harap kalian berdua bisa hadir," lanjutnya dengan nada tenang.
Daffi meraih undangan yang disodorkan oleh perempuan yang tak lain adalah Shilla, mantan calon istri pilihan almarhum sang ayah kemudian membacanya bersama Navya.
"Sekaligus, aku juga minta maaf sama sikap aku yang kurang baik sama kamu dan istri kamu waktu itu. Aku jadi bersikap kekanak-kanakan karena gak terima sama pernikahan kalian," ujar Shilla lagi dengan nada bersalah dan menyesalnya. "Tapi sekarang aku sadar, aku sama Daffi gak berjodoh. Kalau waktu itu aku paksain, akhirnya pasti gak akan baik."
"Saya senang dengar kabar ini dari kamu," balas Daffi dengan senyum tipisnya. "Saya senang akhirnya kamu bisa menemukan laki-laki yang pas untuk kamu dan mencintai kamu. Masa lalu gak usah dibahas lagi, anggap aja itu pelajaran untuk kita ke depannya. Saya dan Navya akan usahakan untuk datang di pernikahan kamu nanti."
Mendengar itu kelegaan luar biasa dirasakan oleh Shilla. Ia turut mengembangkan senyumnya lega. Sekarang beban di pundaknya terasa ringan akibat rasa bersalah dan menyesalnya sudah termaafkan. "Makasih, Daffi."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You || On Going
RomanceFollow dulu sebelum dibaca, ya😊 *** Daffi memiliki prinsip yang tidak akan mengizinkan sembarang orang untuk menginjakkan kaki di mansionnya. Namun prinsip itu seolah terlupakan sebab pengusaha tampan tersebut justru membawa paksa seorang Navya mas...