"Taehyung-ah, waktu itu kau bertanya. Jika di dalam tubuh Jungkook juga mengalir darah Kim Jisung. Apa yang akan aku lakukan?"
Taehyung mengangguk kecil. Sedikit tidak menyangka jika Jimin mengajaknya bertemu setelah satu bulan lamanya tak ada komunikasi sedikitpun hanya untuk membahas hal ini.
"Untuk sampai ketitik ini, banyak sekali yang aku korbankan. Bukan hanya waktuku tetapi juga keluargaku, Taehyung-ah"
Nada Jimin tercekat. Taehyung tidak bisa membayangkan bagaimana berada di posisi Jimin. Pasti sangat sulit untuknya bertahan. Yang Jimin punya dalam hidupnya saat ini hanyalah Jihyo dan Jungkook. Atau mungkin Jimin sama sekali tidak memiliki siapa-siapa dalam hidupnya. Karena Jimin bilang, setelah Jimin mempertemukan Jungkook dengan ibunya, ia akan merelakan ibunya pergi. Sementara Jungkook, sampai sekarang pun pemuda itu masih enggan untuk mengakui keluarga Park sebagai keluarganya.
"Jika kau bertanya seperti itu, aku pun bingung harus menjawab apa, Taehyung. Aku memang membenci Jisung, aku membenci semua kebenaran yang ada. Tapi ayahku sendiri yang menjadi korban atas semuanya saja masih bisa menerima Jungkook dengan tangan terbuka. Kehadiran Jungkook di sambut baik oleh keluargaku. Padahal ada kenyataan yang menyakitkan di baliknya"
Jimin menjeda kalimatnya sejenak hanya untuk menahan sesak di dalam hatinya sebelum kembali berbicara.
"Di dalam tubuh Jungkook mengalir darah orang yang paling aku benci, namun di dalam tubuh itu juga mengalir darah orang yang paling aku sayang. Terlebih anak itu terlahir dari rahim yang sama denganku. Rahim seorang wanita yang begitu berharga bagiku. Bagaimana bisa aku menolak kehadirannya meskipun rasanya ingin sekali aku lakukan"
Lagi-lagi terjadi keheningan. Taehyung sama sekali tak ada niat untuk memecahkan keheningan tersebut. Karena Taehyung hanya menunggu Jimin kembali berbicara.
"Aku terus teringat pada ayahku, aku juga teringat pada Baekhyun hyung. Mereka banyak berkorban untukku. Ayahku berkorban agar kami bisa keluar dari rumah itu dengan selamat. Sementara Baekhyun hyung berkorban agar kami semua menemukan titik terang akan kasus yang terjadi di dalam keluargaku. Jika sudah sejauh ini, tidak ada alasan lagi untukku menyia-nyiakan pengorbanan mereka semua. Terlepas dari apapun, Jungkook itu tetap adikku. Adik yang selama ini selalu aku cari keberadaannya. Aku tidak bisa membenci Jungkook karena Jungkook itu hanyalah korban atas kesalahan kedua orang tuanya"
Taehyung terdiam. Yang dikatakan Jimin memang benar. Jungkook hanyalah korban atas keegoisan ayahnya.
"Aku berharap Jungkook mau menemui eomma sekali saja. Berbicara dengannya memang sedikit membuatku emosi. Tapi aku juga tidak bisa terus memaksanya, aku hanya akan menunggu sampai Jungkook benar-benar mau menerima keluarga Park sebagai keluarganya"
Jungkook memang sedikit menyebalkan. Sifatnya yang labil, egois dan kekanak-kanakan terkadang memuakkan. Tapi aslinya anak itu begitu baik. Walaupun terkadang rasanya ingin sekali Taehyung meninju wajahnya.
"Jungkook itu..." Taehyung menjeda kalimatnya.
"Sangat beruntung" lanjutnya
Beruntung karena semua orang menyayangi nya. Beruntung karena di perjuangkan dan beruntung karena menjadi anak yang di harapkan oleh appa.
Keduanya kembali terdiam karena sibuk akan pikirannya masing-masing. Sampai suara Taehyung kembali memecahkan keheningan, membuat Jimin mau tak mau kembali mengalihkan atensinya dari aktifitas kota di bawah sana untuk kembali kearah Taehyung.
"Tapi kalian lebih bodoh dari yang aku bayangkan dan kalian lebih menyedihkan dari yang aku kira" terang Taehyung
Taehyung menatap Jimin lekat.
"Bodoh karena kalian mengharapkan sesuatu dari Jungkook. Dan menyedihkan karena ternyata kalian memperjuangkan orang yang tak pantas untuk diperjuangkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Sweat And Tears
FanfictionFriendship✅ Brothership✅ KimFamily✅ FiksiPenggemar✅ [‼️DI HARAPKAN UNTUK TIDAK SALAH DALAM MEMASUKAN CERITA INI KE READING LIST. LIAT TAGGAR YG SUDAH TERTERA] Dia adalah Kim Taehyung Refleksi yang paling sempurna dari keempat saudaranya. Yang ora...