.•♫•Dua sembilan•♫•.

2.8K 372 231
                                    

Bagaikan angin lewat, semua perkataan Taehyung diabaikan begitu saja oleh Jisung. Taehyung bukan tipe pemuda yang gampang menyerah, walaupun ia harus menerima makian dan penolakan dari Jisung untuk yang keseratus kalinya, Taehyung masih nekat mendatangi kantor sang ayah. Berharap jika usahanya yang kali ini akan berhasil.

"Mau apa lagi kau kemari? Apakah perkataanku yang kemarin belum jelas di telingamu?" Desis Jisung tajam.

"Aku tidak akan begini jika appa mau menuruti keinginanku"

"Kau mengaku sebagai putraku, tapi kau ingin menjebloskanku kedalam penjara? Hei kim Taehyung!! Setidaknya ingatlah siapa yang sudah membesarkanmu! Apa begini caramu berbalas budi?"

"Aku begini, karena aku sayang padamu appa. Kau tidak bisa terus-terusan begini. Kau harus bertanggungjawab atas apa yang telah kau mulai"

Jisung terdiam, matanya memberi isyarat pada kedua anak buahnya yang tengah mencengkal tangan Taehyung agar segera membawa pemuda itu keluar dari ruangannya.

Untuk yang kesekian kalinya Taehyung harus pulang dengan membawa kegagalan. Rasa bersalah pun kian merayap memenuhi pikirannya. Ketika netranya menatap sebuah halte. Halte yang sama dimana Ia dan Jimin mengobrol random di malam hari.

Mengingat Jimin, setelah obrolan itu berakhir, Taehyung belum mendapatkan kabar dari Jimin sedikitpun hingga hari ini. Bukannya Taehyung tak berusaha, Taehyung sering mengunjungi rumah Jimin bersama Mark. Tapi rumah besar itu selalu sepi seakan tidak berpenghuni.

...........................
...........................
...........................

"Yoona! Yoona!"

Dengan langkah yang terburu, Yoona menghampiri sang ibu yang berteriak memanggil namanya. Disusul oleh Yoongi yang berjalan di belakangnya.

"Ada apa eomma?" Tanya Yoona panik.

"Ini Jungkook, tiba-tiba saja dia kesakitan"

Yoona pun menatap Jungkook yang terduduk di halaman seraya mencengkram dadanya kuat. Anak itu baru saja bermain baseball bersama kakeknya.

"Yoongi! Cepat bawa Jungkook masuk!"

Yoongi langsung menuruti perintah Harabeoji-nya. Sementara Yoona mematung ditempatnya.

"Apa yang kau tunggu? Cepat lihat kondisi anakmu, Yoona!"

"Nde eomma"

Kedua orang tua Yoona memang tidak mengetahui apapun perihal keluarga Kim. Termasuk konflik yang akhir-akhir ini terjadi diantara keluarga itu.

Kondisi Jungkook mulai membaik, anak itu langsung tertidur setelah meminum obatnya. Membuat kedua lansia itu menghela nafas lega.

"Sebenarnya Jungkook kenapa, Yoona?"

"Sama halnya dengan Taehyung, Jungkook juga terlahir prematur, eomma. Jantung Jungkook sedikit terganggu, oleh karena itu dia membutuhkan obat agar bisa beraktivitas normal. Jungkook akan kambuh ketika selesai beraktivitas berat. Tapi kupikir, anak ini tidak pernah jera dan aku pun lelah untuk memperingatinya. Maka dari itu aku membiarkannya untuk bebas melakukan apapun sesuka hatinya." Jelas Yoona.

"Kau membiarkannya disaat kau tau apa resiko yang akan ia alami nantinya?"

Yoona menghela nafas.
"Eomma.. Jungkook itu seperti Jisung. Sama-sama keras kepala. Jungkook selalu tak ingin terlihat lemah di depan semua orang."

Melihat raut lelah diwajah anaknya, wanita itu berhenti berbicara dan mengusap surai sang anak.
"Eomma paham, Mianhae. Lain kali kau harus lebih menjaga cucuku dengan baik. Aku tak ingin jika terjadi sesuatu pada cucuku"

Blood Sweat And Tears Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang