Jungkook terbangun ketika cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela. Menembus melewati gorden putih yang menjuntai. Ia pun mengerjapkan matanya. Menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina.
Jungkook sedikit menggeser posisi tidurnya. Namun gerakannya terbatas. Membuat namja itu mengerutkan keningnya bingung. Refleks namja itu mengedarkan pandangannya.
Ruangan sewarna putih gading, kasur yang sempit, bau obat yang sedikit tercium, suara elektrokardiogram yang menggema dan juga infus yang menempel pada tangan kanannya cukup membuat Jungkook tau dimana ia sekarang.
Jungkook pun langsung menghela nafas. Lagi-lagi ia harus berada di ruangan ini. Terbaring lemah tak berdaya layaknya manusia tak berguna. Walaupun kenyataannya seperti itu Jungkook tak akan pernah mau mengakuinya.
Jungkook melepas Nasal Cannula atau Oxygen Cannula yang bertengger di hidung bangirnya.
Ditengah kebingungannya Jungkook dibuat sedikit menarik bibirnya keatas membentuk senyuman tipis disaat ia menemukan sesuatu dari balik selimutnya.
Sebuah action figure Iron man limited edition yang dulu pernah Jungkook incar. Mungkin sekitar tiga tahun yang lalu. Jungkook masih ingat betapa kecewanya dulu ia karena tidak berhasil membeli barang yang ia mau karena kehabisan. Dan sekarang barang itu justru ada di pelukannya. Barang itu mungkin akan melengkapi koleksinya nanti.
"Jungkook-ssi anda sudah siuman"
Dengan kondisi yang masih lemah, Jungkook menganggukkan kepalanya pelan.
"Dimana—keluargaku?"Suster tersebut tersenyum.
"Tadi ada seseorang yang menjagamu disini, tapi sepertinya ia sedang di kantin karena sekarang jam makan siang. Sebentar lagi dokter akan datang memeriksa kondisimu. Jadi bisa ini disingkirkan dulu?"Jungkook tersenyum malu. Dan menyerahkan action figure nya pada sang suster yang langsung meletakkannya di atas nakas.
Tak lama dokter pun datang. Sambil berbasa-basi, dokter tersebut mulai memeriksa kondisi Jungkook.
...........................
...........................
...........................Setelah mendapatkan kabar jika Jungkook telah siuman. Seluruh keluarga Kim langsung meninggalkan pekerjaan mereka masing-masing dan bergegas menuju rumah sakit.
Senyum bahagia sekaligus haru tak henti-hentinya terpancar dari wajah tuan Kim begitu mendengar kabar bahagia tersebut.
Jungkook mengalihkan pandangannya ketika pintu ruang rawatnya terbuka kemudian tertutup lagi.
Seketika senyumnya mengembang.
"Bagaimana kondisimu?"
"Aku baik Hyung"
"Apa masih sakit?"
"Sedikit, sebentar lagi juga akan hilang"
"Baguslah, aku senang mendengarnya"
"Hyung bagaimana? Apa kaki Hyung masih sakit?"
"Sudah tidak"
Taehyung terdiam. Rasanya begitu canggung jika harus mengobrol seperti ini. Karena dari dulu, mereka akan terlibat percakapan disaat keduanya tengah emosi. Apalagi jika bukan berdebat atau bahkan saling membentak.
Sepertinya Jungkook juga merasakan kecanggungan tersebut. Karena dirinya bingung harus berbicara apa pada Taehyung.
"Boleh aku meminta satu permintaan?"
Pertanyaan Taehyung membuat Jungkook menaikkan satu alisnya, namun sejurus kemudian pemuda itu langsung mengangguk.
"Tolong bantu aku berbicara pada appa.." Taehyung menghela nafas sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Sweat And Tears
FanfictionFriendship✅ Brothership✅ KimFamily✅ FiksiPenggemar✅ [‼️DI HARAPKAN UNTUK TIDAK SALAH DALAM MEMASUKAN CERITA INI KE READING LIST. LIAT TAGGAR YG SUDAH TERTERA] Dia adalah Kim Taehyung Refleksi yang paling sempurna dari keempat saudaranya. Yang ora...