Sesaat setelah Senku berhasil dengan uji coba Asam Nitrat menggunakan rambut belakangnya yang masih membatu, (Y/N) segera membantu mengumpulkan cairan itu.
"Sekarang lempar!" Senku tanpa rasa kemanusiaan, melempar cairan itu pada Taiju.
Mereka menunggu, selama beberapa lama Senku masih menunggu dengan riang. Semakin lama wajahnya menjadi kebingungan karena tidak ada yang terjadi.
"Senku, aku tidak mengerti sains. Tapi, aku yakin sekali tidak mungkin selama ini."
Ku rasa harusnya tadi aku memancing ikan saja.
(Y/N) mulai berimajinasi ikan-ikan di laut melambaikan sirip mereka padanya sebagai ucapan selamat tinggal.
"Aku akan mengumpulkan patung burung walet itu." Senku berdiri, masih dengan kebingungan yang tidak hilang.
"Ku bantu."
Selagi mereka mengumpulkan burung walet, Senku sesekali menyiramkan cairan pada patung-patung manusia yang dapat dia lihat. (Y/N) menahan nafas, merasa gemas pada Senku yang menyiram dengan serius.
Jangan! Jangan kehilangan kendali!
Melihat (Y/N) yang heboh menutup mulutnya, membuat Senku yakin ada yang tidak benar dengan gadis ini. Semoga saja dia tidak kehilangan kewarasannya.
"Gadis api, kau masih waras kan? Aku tidak mau hidup berdua dengan gadis tidak waras."
(Y/N) merasa malu, dia tersenyum malu pada Senku. Tidak berani menatap matanya.
"Maaf, Senku. Aku tidak apa-apa."
Senku mengangguk, mengingat kelakuan aneh (Y/N) yang masih terlihat lembut. Entahlah, mungkin seperti pembawaan (Y/N) tetap lembut apa saja yang dia lakukan.
Mungkin dia lahir di laut yang sedang tenang.
°°°
(Y/N) selesai merapikan lab milik Senku, meletakkan barang-barang yang dia butuhkan untuk penelitiannya nanti.
"Aku kembali, (Y/N). Siapkan patung burung walet!"
"Selamat datang." Secara cepat (Y/N) menyiapkan apa yang di minta Senku.
Entah sejak kapan, dia sudah jadi asisten atau babu labnya Senku. Dia sudah terbiasa dengan nada memerintah dan arogan miliknya itu, tidak pernah sedikitpun merasa tersinggung.
Selalu ada hal baik di balik sifat arogannya itu yang membuat (Y/N) tidak bisa marah pada Senku.
Sebaliknya bagi Senku, gadis yang menemaninya selama hampir lebih dari sebulan ini memiliki caranya sendiri. Daripada marah-marah dengan keras, (Y/N) memilih untuk memberi tahu dengan pelan terlebih dahulu.
Tetap saja terkadang (Y/N) suka mengomel sendiri jika ada yang tidak sesuai dengan keinginannya, membuat Senku tertawa sendiri mendengar omelan (Y/N). Sikap lembut gadis itu malah memberi hiburan tersendiri.
Selalu saja ada hal mengejutkan yang di buat (Y/N). Ketidaktahuannya akan sains, memberi ruang khusus bagi Senku bercerita. Mengingat (Y/N) yang tidak pernah memotong dan menanggapi dengan serius semua ceritanya.
"Nyalakan api!" Senku mengambil alih burung-burung walet, membiarkan (Y/N) menyalakan api.
Masih menjadi misteri kenapa (Y/N) bisa menyalakan api dengan mudah, terkadang dia kagum sendiri pada tangannya.
"Kita harus mencoba semuanya."
Patung burung walet di bakar, membuat (Y/N) jadi kasihan. Terkadang patung-patung itu disikat oleh Senku.
(Y/N) memperhatikan Senku di dalam lab, melihat dia menggigit tangannya sendiri dan menulis sesuatu dengan darah. Dia khawatir tapi, memutuskan untuk tidak menggangu hingga selesai.
"Masih ada yang mau di tulis? Sebelum aku membalutnya."
Senku menyerahkan tangannya, membiarkan (Y/N) membalut lukanya. Mereka hanya diam, sedangkan di luar hujan mulai turun.
°°°
"Aku pergi!" Senku berkata sambil mengambil senjata batunya.
"Pergi? Kemana pagi-pagi begini, tidak mau sarapan dulu? Sudah cuci muka? Persediaan makanan masih ada kok, tunggu sebentar lagi aku akan memasak."
(Y/N) menggantung kain-kain untuk di jemur, selagi hari panas. Senku di belakangnya terdiam, mendengar acara pagi gadis itu.
"Lagipula ada apa sih, baru bangun langsung mau pergi saja."
Mengangkat keranjang kosong yang basah, (Y/N) berbalik menatap Senku. Hari ini dia bangun lebih awal karena mengurus hal yang mau di cuci.
"Ada yang mau ku cari." Senku tersenyum sambil mendekat, tangannya memutar ujung rambut (Y/N) yang terlihat dan menariknya sedikit.
"Baik.. baiklah, hati-hati."
Mengalihkan pandangan dari Senku yang terkekeh, dia suka sekali bermain dengan rambutnya. Memutarnya di ujung jarinya lalu menariknya pelan.
Hebat juga. Aku tidak mati selama setengah tahun ini karena Senku.
Senku menyeringai, melambaikan tangannya dan pergi.
"Ah, iya. Panah mu sudah ku tambah lebih banyak, selamat berlatih!"
"Terimakasih."
Satu-satunya yang bisa dia pelajari hanya ini, dia tidak bisa menggunakan tombak ataupun pedang. Tapi, dia lumayan bisa menentukan target dalam memanah.
Yang perlu dia lakukan hanya melatih tubuhnya bergerak sembari memanah.
"Mulai sekarang saja!"
Kemampuan memanahnya selama setengah tahun ini sudah lebih baik, terkadang dia akan menaiki batu besar di pinggir pantai demi bisa meloncat dan memanah sekaligus.
°°°
"Senkuuu!"
Suara teriakan samar terdengar dari dalam hutan, (Y/N) beralih dari latihannya memandang ke hutan dengan ekspresi terkejut.
"Apa itu tadi?"
Baru saja dia mau masuk ke dalam hutan, suara Senku samar-samar terdengar. (Y/N) bernafas lega melihat wajah Senku yang muncul dari hutan.
"Aku kembali.. oh, kau sudah selesai?"
Senku meletakkan kayu bakar yang dia bawa, (Y/N) membawakan senjata batunya dan meletakkannya kembali.
"Baru saja. Sepertinya ada suara aneh di hutan yang memanggil mu tadi."
Mendengar perkataan (Y/N), Senku tertawa. Menunjuk ke belakangnya, memperlihatkan wajah orang lain yang mengikuti di belakang.
"Taiju! Akhirnya kau sudah bangun juga!"
Melihat sambutan senang dari (Y/N) membuat Taiju kembali tertawa, dia mulai mengenalkan dirinya dengan heboh. Menyambut uluran tangan.
"Panggil saja (Y/N), senang bisa bertemu dengan mu." (Y/N) tersenyum.
Senku sudah kembali dari rumah pohon, berbicara dengan Taiju selagi (Y/N) membawakan bahan makanan ke luar. Menyalakan api dan mulai memasak, membiarkan dua manusia lain berbicara.
"Makanan sudah siap!" Tepuk tangan terdengar cukup keras, mengimbangi suara yang pelan.
Makan hari itu terdengar lebih ramai karena Taiju, (Y/N) terkadang tertawa sendiri mendengar setiap pertanyaan Taiju dan jawaban malas Senku.
Sekarang mereka tidak perlu khawatir akan masalah otot lagi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Always You (Senku x Reader) √
FanfictionFanfic Ishigami Senku x Reader "Pada hari itu, seluruh umat manusia berubah menjadi batu!" Bagi (Y/N) mendampingi Senku hingga berhasil mewujudkan keinginannya adalah yang terpenting, dia akan menunggu hingga berapapun lamanya. Sedangkan bagi Senku...