Chapter 71

2.2K 384 96
                                    

Keesokan harinya, (Y/N) tidak keluar kamar karena tidak enak badan. Kepala sakit dan panas di tambah nafasnya sesak, setelah sekian lama berada di dunia batu. Gadis mungil itu akhirnya tumbang.

Senku duduk di pinggir ranjang, tangan kanan menggenggam erat tangan (Y/N) sedangkan tangan kiri mengusap rambutnya. Wajah bersalah terlihat jelas.

"Bukan salah mu, Senku. Sepertinya ini batas ku setelah melewati perjalanan dan cuaca." Suara (Y/N) terdengar tidak jelas karena sesak, sempat-sempatnya dia memberi tawa kecil.

"Tetap ada andil dari ku, kan? Setelah semalam kamu sudah seperti ini." Nadanya getir, Senku kembali memeriksa panas yang mulai turun dari dini hari tadi.

Tidak ada balasan lagi, (Y/N) mulai bergerak gelisah karena sesak nafas. Setelah sedikit baik, dia mulai tenang. Memilih berusaha tidur.

Suara ribut, tanda datangnya Ukyo dan Yo sudah terdengar. Senku baru keluar setelah memastikan (Y/N) tenang.

Mendengar suara pintu di tutup, (Y/N) membuka mata. Terduduk, dadanya sesak karena sulit bernafas. Sekaligus sesak karena memikirkan Senku.

Apa memang harus berakhir seperti ini?

°°°

(Y/N) menyeret selimut di belakang tubuhnya, nafasnya masih sesak meski tidak sesesak sebelumnya. Dia mengintip ketika mendengar suara Chrome dan Suika yang memohon pada Sai untuk di ajari matematika.

Dia berpikir sebentar, detik selanjutnya (Y/N) sudah membuat keputusan besar. Kemudian dia mengetuk pintu dan membukanya.

"Sai masih menerima murid?"

Tiga orang di dalam masih terkejut, Suika dengan panik memegangi (Y/N). Di tambah suara sesak menambah panik tiga orang di dalam.

"Kenapa bangun? Senku bilang kau masih sakit?" Sai mengambilkan kursi, berkata panik.

Chrome dan Suika membantunya, walau (Y/N) berkata dia baik-baik saja.

"Jadi? Masih bisa ikut?" Tanya (Y/N) kembali.

Yang lain ingin menolak, (Y/N) langsung mengangkat tangannya. Menyakinkan mereka, tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Melihat keyakinan itu, Sai terdiam. Dia tersenyum kecil, akhirnya mengangguk setuju.

"Kamu benar-benar mencintai Senku, ya?" Sai bergumam sendiri.

°°°

"Yakin bisa keluar?" Senku merapikan selendang dan jaket tebal di sekitar tubuh (Y/N).

"Mm! Aku yakin!"

Mereka berdua berjalan keluar ke dek depan, di sambut oleh yang lain. (Y/N) sedikit mengomel karena semua orang memperlakukan dia seakan seperti sakit parah, untuk yang lain melihat gadis itu sesak nafas sudah pasti membuat mereka sangat panik.

"Ini yang terakhir?" Tanya (Y/N), bersandar di sandaran kursi.

"Yap! Kita akan mengakhiri pencarian kota dengan pemberhentian terakhir di kota ini." Jawab Senku.

Kohaku berteriak dari atas layar karena melihat daratan, Ryusui lalu segera mengubah haluan kapal menuju tujuan.

"Tujuan kita adalah negara bagian selatan khatulistiwa, Indonesia!" Seru Ryusui.

"Oh, tanah kelahiran ku!" (Y/N) mendadak meloncat, berlari kecil ke dekat pagar.

"Indonesia? Aku tidak tahu kamu lahir di sana." Senku menangkap kekasihnya karena (Y/N) hampir saja terpeleset. Yang lain mengiyakan kaget, tidak menyangka gadis itu bukan lahir di Jepang.

It's Always You (Senku x Reader) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang