Chapter 87 - Wanita Tua di Bulan

2.3K 335 31
                                    

"Mama, Ayah! Bulan purnama!"

(Y/N) tertawa kecil mendengar suara riang putranya, berlalu dari dapur dan menengok ke arah halaman. Dari lab pribadinya, Senku melangkah keluar.

"Ayah, apa Ayah juga bersinar seperti bulan saat berdiri di atasnya?"

Anak laki-laki itu berlari masuk, kaki-kaki mungilnya berlari menyambut Senku.

"Pertanyaan menarik. Tapi, Ayah tidak berdiri di matahari hingga bisa bersinar." Dengan sebelah tangannya menggendong putra kecilnya dan sebelah tangannya membawa gelas susu si anak.

Dua orang yang memiliki warna mata sama itu berbincang selagi duduk di kursi halaman. (Y/N) menyelesaikan cuci piringnya kemudian membuatkan minuman untuk Senku dan dirinya sendiri.

Di luar tawa si kecil bergema, mengundang senyum lembut (Y/N). Senku meletakkan putranya di pangkuan, menggesekkan wajah di perut anak tersebut hingga tertawa karena geli.

"Menyenangkan sekali. Boleh ikut?" (Y/N) mengambil tempat di samping Senku.

Wanita itu berpaling pada bulan purnama yang bersinar cerah, teringat sesuatu. Ia lalu memanggil anaknya.

"Mau dengar cerita tentang 'Wanita Tua di Bulan'?"

"Di mulai lagi.." Senku bergumam jahil, berbeda dari anak kecil di pangkuannya yang mengangguk riang.

"Dahulu ada cerita. Di tengah bulan, kita akan bisa melihat siluet seperti seorang wanita tua. Ada yang bilang wanita tua itu sedang meluruskan benang yang kusut, jika benang itu putus berarti dunia akan hancur."

"Ada juga yang bilang wanita tua tersebut sedang memasangkan benang merah pada setiap jari kelingking para pasangan yang berjodoh."

Salah memang menceritakan sebuah kisah mitos seperti ini pada dua orang yang sangat berpikiran logis tetapi, (Y/N) tetap sangat suka bercerita untuk mereka.

"Jadi, Ayah sudah bertemu dengan wanita tua itu?" Si kecil bertanya, satu sisi dia tidak percaya. Di sisi lain, dia masih percaya pada cerita Mamanya.

"Tidak. Tidak ada wanita tua, lagipula bagaimana cara bernafas di bulan? Kecuali, dia alien." Sahut Senku.

"Itu kisah mitos yang di ceritakan orang tua pada anak-anak mereka." Sambung Senku lagi.

Lalu Senku terdiam, dahinya mengerut. Seperti mengingat sesuatu.

"Entah kenapa, cerita itu seperti tidak asing.. rasanya dejavu.."

(Y/N) tertawa halus, semakin membuat Senku bingung.

"Apa?" Tanya Senku, mendekatkan wajah mereka.

"Tidak. Tidak ada." (Y/N) menahan tawa, menahan wajah Senku yang maju penasaran.

Si kecil yang di tinggalkan, memiringkan kepala. Tidak berniat mengganggu kemesraan orang tuanya, dia suka melihat mereka bersama.

Meski dia kadang suka berebut Ayahnya dengan Mamanya sendiri.

"Tutup mata!" Serunya pelan. Menutupi wajah dengan kedua tangan kecilnya, menimbulkan pekik gemas (Y/N) dan tawa geli Senku.

"Kenapa menutup mata? Kemarilah!" (Y/N) mengambil alih putranya, menciumi pipi bulatnya.

Senku ikut mencium pipinya, barulah mencium dahi istrinya. Sang anak tertawa senang, balas mencium pipi orang tuanya.

"Hei, Senku. Kamu benar-benar tidak ingat, ya?" (Y/N) berkata lembut.

"Hah? Apa?" Sekali lagi Senku bertanya heran.

Menggelengkan kepala, (Y/N) tersenyum lembut sembari menatap bulan. Mengingat sebuah kenangan lama.

It's Always You (Senku x Reader) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang