XVIII

213 56 1
                                    

Kening Taehyung mengernyit saat melihat seorang lelaki bantet a.k.a Jimin lagi duduk dikelasnya. Tidak hanya dia, beberapa anak-anak yang sudah dikelas sedari tadi juga merasakan hal yang sama.

Hampir semua orang dikelas Taehyung tahu bahwa Jimin berasal dari kelas sebelah. Mereka memang satu fakultas yang sama, tapi tidak dengan kelas.

Perasaan di grup kelas juga tidak pemberitahuan kalau kelas mereka akan gabung hari ini. Tapi anehnya kenapa Jimin malah duduk didalam kelasnya sendirian.

"Jim lo nyasar—"

Anak-anak lantas memekik heboh saat melihat Jimin melayangkan tinjunya pada pipi kanan Taehyung. Beberapa orang yang sebelumnya duduk tepat disamping Jimin dengan cepat berlari. Takut kalau saja tinjuan cowok itu meleset.

Taehyung mengusap kasar sudut bibirnya yang tampaknya sedikit mengeluarkan darah dari sana. Sudah dibilang kalau Jimin memang pendek tapi kekuatannya bisa menyaingi hulk.

Kedua kening Taehyung menukik tajam. "Maksud lo apa pagi-pagi ngajak gue berantem?."

Bukannya menjawab, Jimin kembali melayangkan tunjuannya pada pipi kiri Taehyung. Kali ini lebih kuat hingga mampu membuat cowok itu terduduk tepat dibawah papan tulis.

Melihat Jimin lagi-lagi hendak menghantamnya, Taehyung dengan cepat menghindar dan menahan salah satu tangan cowok itu.

"Lo gila?!." Tanya Taehyung dengan sedikit berteriak.

"LO YANG GILA!."

Jimin membalas tidak kalah nyaring seraya mengayunkan kepalan tangannya yang bebas pada perut Taehyung hingga membuat cowok itu kembali terduduk dengan mengenaskan dilantai keramik yang udah buluq.

Cowok itu melangkah maju lalu berjongkok tepat didepan Taehyung kemudian meraih kerah kemeja yang dia pakai.

"Lo emang temen gue, tapi gue nggak bakal ngebiarin lo bertindak seenaknya."

Sambil menahan rasa sakit, Taehyung memutar otaknya keras. Meski sadar tidak ada gunanya. Dia masih tidak mengerti alasan dibalik tinju-tinju Jimin yang mengenai wajahnya.

Jimin kembali menghajar Taehyung. Kali ini dia menampar sisi kiri pipi cowok itu tanpa memperdulikan muka temennya yang udah bonyok kaya buah mangga yang jatoh tepat diatas batu gunung.

Saat Jimin hendak kembali melayangkan tangannya pada pipi kanan Taehyung, cowok itu terlebih dahulu menahan tangan Jimin dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya hasil dari sarapan telur mata sapi gosong.

"Seenggaknya jangan ngerusak muka ganteng gue."

Sepertinya Jimin masih punya akal sehat untuk mendengar request-an dari Taehyung. Terbukti saat cowok itu yang kini menghajar perut Taehyung.

Satu.

Dua.

Hampir menyentuh tiga kali pukulan yang Jimin layangkan kalau saja tidak ada sepasang tangan yang menarik tubuhnya kebelakang. Jimin tentunya tidak tinggal diam, dia masih berusaha memberontak meski ujung-ujungnya berakhir kegagalan.

"Bonyok juga lo." ejek cowok itu sambil memandang Taehyung rendah.

Taehyung mengusap kasar bibirnya sambil berusaha untuk berdiri dengan perpegangan pada dinding ruangan.

"Bacot. Nggak sekalian besok aja lo dateng?."

"Masih mending gue dateng. Seengaknya lo masih berbentuk."

Decihan kecil lolos dari bibir Taehyung. Cowok itu kemudian mendekat kearah Jimin lalu duduk sila dan mendongak menatap Jimin yang sepertinya masih menaruh dendam padanya.

Cowok bantet itu benar-benar menggila seperti kesurupan kuda lumping pasar malam.

"Kalau gue lepas seru kali ya."

"Jangan dulu bego, gue mau ngomong."

"Lepasin gue bangsat." Umpat Jimin. "Joon mending lo lepasin gue sekarang daripada lo ikutan gue hajar."

Namjoon memajukan wajahnya disamping Jimin sambil sedikit memiringkan kepalanya. "Coba dulu lepasin ini, baru hajar gue."

Taehyung malah ketawa. Lucu juga ngeliat Jimin yang tadinya liar kaya babi hutan tiba-tiba nggak bisa gerak.

"Gausah ketawa lo. cepetan ngomongnya, gue pegel jing."

Kedua bola mata Taehyung memutar males. "Lo ada dendam pribadi sama gue?."

"Lama bener woi. Gue lepas beneran kicep lo."

"Apasih bangsat? Dia aja belum ngejawab gue."

"LO UDAH BUAT JOY NANGIS SETAN!."

Bersamaan dengan teriakan itu, kedua tangan Namjoon tanpa sengaja melepas tangan Jimin. Soalnya telinganya mendadak berdengung karena si Jimin teriak tadi.

Jimin pun kembali menerjang Taehyung yang kini melotot ditempatnya. "Lo bahkan baru tau Joy beberapa hari dan seenaknya udah buat dia nangis."

Taehyung langsung mengurungkan niatnya untuk melawan. Ah, ternyata kejadian kemarin. Pantas saja Jimin bertingkah seperti ini. Jadinya Taehyung menerima dengan lapang dada segala pukulan yang Jimin layangkan pada tubuhnya yang membahana.

Dia juga tak berniat membela diri. Sudah pasti Joy belum cerita hal yang terjadi kemarin. Taehyung rasa cewek itu punya alasan tersendiri. Jadinya, lebih baik dia diam dan menghormati keputusan cewek itu.

"Jin bangsat! harusnya malem itu dia yang nganterin martabak kerumah gue!."

Jin yang baru datang ikut membelalak. Beneran kaget karena namanya tida-tiba disebut diantara dua orang petinju yang lagi gelud didepan kelas.

Perlahan Jin melangkahkan kakinya ke tempat Namjoon yang kini duduk sambil terus mengusap kedua telinganya.

"Kok gue dibawa-bawa?."

"Mana gue tau."

Jin mengangguk paham. "Lo nggak ada niat bubarin mereka?."

"Kaga ah pegel gue megangin si Jimin. Palingan tuh anak bentar lagi abis batre."

Namjoon tersenyum bangga menatap Jin saat melihat Jimin melepas genggamannya pada kerah Taehyung dan segera berdiri kemudian meninggalkan ruangan.

"Bantu gue woi!."

Jin melipat tangannya didada sambil ngelirik Taehyung sinis. "Ada ya joon orang minta tolong nggak tau diri kaya gitu."

Namjoon ikut mengangguk beberapa kali. "Orang toh? Kirain setan."

"Tolong ya kawan-kawan bantuin gue bangsat!."

***
To be continue

SISCON [CHANJOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang