XXXIV

161 25 0
                                    

Sudah tidak ada lagi perasaan risih yang menempel diotak Joy meski sampai sekarang semakin banyak saja yang melirik kemana pun kakinya melangkah.

Begitu memasuki fakultas hukum, Joy mulai mengangkat pandangannya sambil terus mengedarkan netranya untuk mencari keberadaan Chanyeol. Sialnya, yang dicari tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sedikit pun.

Joy benar-benar tak tahan dengan gunjingan-gunjingan yang masuk kedalam telinganya. Namun, setidaknya dia harus mengetahui sendiri dari abangnya. 

"Kasian deh putus gara-gara adeknya."

Lagi-lagi usaha Joy untuk menulikan telinganya gagal. Ada saja satu atau dua omongan yang berhasil tersaring masuk mengotori otaknya. Kedua tangan Joy mengepal kuat. Setidaknya ia harus menahannya sampai semuanya terjawab dengan jelas.

Dari tempatnya sekarang, Joy sudah dapat melihat ruang kelas yang biasa digunakan Chanyeol hari ini. Langsung saja Joy melangkah kesana karena yakin Chanyeol pasti ada didalam.

Namun, belum juga sampai tangannya terlebih dahulu digenggam. Lebih tepatnya ditarik dengan kuat hingga ia membalikkan badannya dan menatap sipelaku. Kenapa orang-orang hari ini pada ngeselin sih?

Tapi dipikir-pikir tidak apa juga. Joy cukup terbantu dengan kehadiran sipelaku. Jika tidak bisa bertanya pada Chanyeol, setidaknya Joy bisa bertanya pada Nayeon. Sosok perempuan yang cukup berantakan didepannya ini.

Tanpa pikir panjang, Joy langsung melayangkan pertanyaan yang sungguh menganggu pikirannya.

"Kalian putus?."

Bukannya mendapat jawaban atas pertanyaannya, Joy malah mendapat tamparan yang sukses mendarat dipipinya. Ia menyentuh pipi kanannya yang terasa panas akibat kuatnya tamparan yang diberikan Nayeon.

"Lo seneng kan akhirnya gue putus?."

Joy mengusap pelan pipinya berusaha mengurangi sedikit rasa sakit disana sambil terus menatap Nayeon yang sepertinya benar-benar dalam keadaan marah. Setidaknya ia tahu, jika kabar tersebut benar adanya.

"Kenapa diem?." Sentak Nayeon dengan suara yang menggelegar. "Gue nggak tau kenapa tuh cowok bisa-bisanya ngerelain semuanya demi cewek kaya lo."

Melihat Joy terdiam malah semakin membuat emosi Nayeon menggebu-gebu. Cewek itu serasa semakin dipancing dengan diamnya Joy.

"Semuanya baik-baik aja sebelum Chanyeol datang ke gue ngomong kalau gue udah nyakitin adek kesayangannya." Cerocos Nayeon lagi.

Nayeon sudah tidak mau ambil pusing meski banyak mahasiswa lain yang sudah berkumpul membentuk lingkaran. Cewek itu benar-benar marah, tidak ada waktu untuk memikirkan harga dirinya.

"Gue sama sekali nggak pernah ingat pernah nyakitin lo meski aslinya gue pengen banget buat ngerusak muka songong lo itu."

Nayeon bergerak maju. Dia tiba-tiba mencengkram dagu Joy hingga membuat cewek itu meringis kesakitan. Apalagi saat kuku-kuku tajam miliki Nayeon ikut menusuk kulitnya.

"Mulut lo ini bisa diem aja nggak sih? Lo kayanya emang maunya Chanyeol mikirin tentang lo doang kan? Lo bahkan nggak pernah ingat sama kebahagiaan Chanyeol sendiri. Iyakan? Dasar cewek egois."

Tangan Nayeon yang ia gunakan untuk mencengkram dagu Joy perlahan terlepas. Gadis itu kemudian beralih untuk menjambak kuat rambut Joy hingga kepala gadis itu tertarik kebelakang.

"Bokap lo tuh udah mati. Meski kangen, lo nggak perlu ngeharapin Chanyeol buat gantiin posisinya."

Saat itu kesabaran Joy sudah nggak bersisa lagi. Denger almarhum bokapnya ikut dibawa-bawa dalam masalah sepele kaya gini bener-bener udah buat Joy marah.

Tanpa perduliin kancutnya yang bakal keliatan karena hari ini kebetulan dia pake rok, Joy langsung nendang Nayeon pakai kaki jenjangnya sampai ngebuat cewek bergigi kelinci itu menjauh.

"Nggak seharusnya lo ikut nyeret almarhum bokap gue."

Joy maju, menghampiri Nayeon yang masih meringis ditempatnya karena tendangan Joy barusan tepat mengenai perutnya.

"Awalnya gue emang punya firasat jelek pas chanyeol jadian sama nenek lampir kaya lo, tapi gue berusaha buat percaya sama pilihan abang gue."

Langkah kaki Joy berhenti saat ujung sepatunya bertabrakan dengan ujung sepatu milik Nayeon. Tanpa segan Joy melakukan hal sama yang telah Nayeon lakukan padanya tadi.

Joy mula mencengkram dagu Nayeon kuat, meski kukunya belum panjang tapi kekuatan Joy cukup membuat Nayeon meringis sampai kedua mata perempuan itu ikut mengeluarkan sedikit cairan bening.

"Dan ternyata gue bener. Lo emang nenek lampir, nenek sihir, nenek gayung dan nenek lainnya. Semua julukan nenek jelek ada di lo."

Air mata Nayeon mulai turun dengan deras. Saat itu juga Joy melepaskan tangannya dari dagu cewek itu. Niatnya Joy ingin mengeringkan air mata Nayeon yang mengenai tangannya, namun dengan sedikit berbeda. Cewek itu menampar Nayeon berkali-kali hingga dirasa bahwa tangannya tadi sudah kering, barulah Joy berhenti.

Bukan, Joy bukan langsung pergi. Setidaknya dia juga harus menjambak rambut Nayeon seperti saat cewek itu menjambak rambutnya.

Melihat wajah Nayeon yang sudah tidak karuan berhasil membuat Joy tertawa. Tawa yang memperlihatkan seluruh deretan gigi cewek cantik itu. Joy seakan masuk dalam dunianya sendiri, dia sama sekali nggak merasa kalau sedang menjadi pusat perhatian.

"Kenapa sih? Lo benci banget ya sama gue?." Joy melirik Nayeon yang masih menutup kedua matanya dengan pandangan merendahkan. "Harusnya lo nggak perlu main-main sama gue."

Cukup puas menjambak rambut Nayeon, Joy berniat untuk sedikit melakukan yang selama ini ingin dicobanya. Baru saja Joy berminat untuk melakukan satu macam aksi lagi, namun sebuah suara sukses membuat tangannya menggantung diudara.

"Joy."

Kepala cewek itu langsung menoleh, lidahnya kemudian berdecak keras saat kedua matanya menangkap sosok Jaehyun diantara banyaknya orang yang sedang memperhatikannya.

"Udahan mainnya."

Jaehyun maju menghampiri Joy. Tepat berada disamping cewek itu, tangannya bergerak melepas tangan Joy yang masih memeganggi rambut Nayeon hingga cewek itu terjatuh tepat dibawah kaki Joy.

"Pulang ya?."

"Gue belum puas, jae." Lapor Joy. "Boleh nolak nggak?."

Jaehyun menggelengkan kepalanya. "Pulang sama gue."

Mendengar itu Joy langsung merengut, berbeda dengan Jaehyun yang malah tersenyum lebar. Lelaki itu meraih tangan Joy, berniat untuk membawanya pergi dari sana. Namun, belum juga jauh melangkah, seseorang berhasil merebut tangan Joy dari genggamannya.

"Sama gue aja."

"Loh, abang ada disini?." Tanya Joy heran.

Sambil terus melangkah, Chanyeol mengeratkan genggaman tangannya pada telapak tangan Joy. "Daritadi."

Dari sudut matanya, Chanyeol dapat menangkap jelas raut bingung diwajah adiknya itu. Benar, lelaki itu sudah ada disana sejak Nayeon menjambak rambut Joy. Awalnya Chanyeol ingin sekali mengumumkan keberadaannya dan meminta Joy untuk berhenti.

Namun, tidak lagi saat Nayeon mulai membawa almarhum ayahnya didalam masalah mereka. Jadi, Chanyeol sudah tidak perlu lagi ikut campur saat adiknya itu melepaskan sisinya yang lain.

Bagi orang-orang disana, masalah tadi sudah cukup menjadi alasan atas tindakan Joy barusan. Setidaknya mereka butuh alasan bukan? Atas tindakan yang Joy lakukan. Meski pada dasarnya cewek itu hanya memperlihatkan diri aslinya.

Dan Chanyeol pun cukup berterima kasih pada kelakuan Nayeon. Setidaknya dia bisa membiarkan Joy dengan bebas menjadi dirinya sendiri.


***

To be continue

SISCON [CHANJOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang