BAB IX : KALAH LAGI
☆☆☆
Aku bisa bersaing dengan orang yang mencintaimu, tetapi tidak dengan orang yang kamu cintai.
☆☆☆
"Ada apa, Ezi? Belakangan ini monitornya bilang kamu cukup lengah." Dokter Lina berkata seusai selesai melakukan pemeriksaan yang cukup memakan waktu.
Alfarezi tidak langsung menjawab, dia menatap mamanya yang terlihat khawatir.
Anggun membelai surai kecoklatan milik si sulung. "Ada apa sayang? Kamu ada masalah?" Tanyanya dengan penuh perhatian.
Anak itu tetap diam. Dia sedang galau.
Dokter Lina memijat pelan bahu pasiennya. "Dengar, Ezi. Kamu enggak boleh nyembunyiin apa pun dari saya. Saya tau kamu berhak punya privasi, tetapi kalau berhubungan dengan kesehatan jantungmu, saya wajib tau." Katanya lembut. Sejujurnya niatnya baik, tetapi bagi Alfarezi itu terkesan memaksa.
"A-aku cuma," Alfarezi menelan ludah, dia ragu untuk memberi tau. Seyakin apa dirinya hingga berani mengatakan kalau ia mencintai Kia? Mereka bahkan baru saling kenal kemarin. "Aku cuma ngerasa sering lelah belakangan ini." Dustanya, dia menatap kedua kakinya yang bengkak. "Lihat, ini bahkan mulai bengkak."
"Kamu perlu banyak istirahat, jangan terlalu banyak pikiran. Pikirkan saja kesehatanmu."
"Mana bisa. Aku sekolah."
"Kamu mau homeschooling aja?" Tawar Anggun.
Tentu dengan cepat dan tegas Alfarezi menggeleng, "aku baik-baik aja! Cuma emang kurang tidur." Dusta kedua untuk hari ini.
Dokter Lina menghela napas. Dia mengusap rambut Alfarezi. "Ezi, kamu tau apa yang kamu lakuin. Tapi saya enggak bisa dibohongi."
"Aku benar-benar enggak papa!" Tegasnya yang terkesan memaksa.
Anggun tersenyum hangat, dia menarik kepala anaknya menuju dada, mengusapnya lembut. "Kalau mau sembuh, harus nurut ya?"
"Iya."
Alfarezi hanya merasa takut. Anggun punya sesuatu yang tidak anak itu sukai, sang ibu terlalu posesif dan berlebihan tentangnya. Bodoh jika ia tidak tau kalau Anggun hanya peduli dengannya hingga nyaris mengabaikan Altezza. Alfarezi punya akal, dia tau kalau mamanya pilih kasih. Dan ada kemungkinan besar wanita itu akan memisahkannya dengan Kia kalau tau dirinya jatuh cinta.
"Kamu mau mampir?"
"Enggak. Aku mau puding yang mama buat semalam."
Kini mereka dalam perjalanan pulang. Sang mama menyetir dengan pelan sedangkan si sulung duduk di kursi belakang. Anggun tidak membiarkan salah satu anaknya duduk dikursi depan, sebab itu cukup berbahaya—katanya.
Alfarezi bergeming, dia menatap jalanan kota yang ramai dengan sesekali menggeratkan cengkraman pada sweater putih yang ia pakai. Hari ini dia tidak sekolah. Sehari penuh dia dirumah sakit untuk konsultasi dan cek kesehatan yang memang rutin dilakukan sebulan sekali. Hasil EKG-nya menurun drastis. Dia jadi gampang panik dan gugup, tentu saja hal itu tidak baik.
Perasaan bulan lalu masih baik-baik aja. Kenapa sekarang nurunnya hampir tiga puluh persen? Anak itu mulai bermonolog sendiri dalam hati dan pikirannya.
Masa si karena gue kenal sama Kia? Itu pasti cuma efek karena gue enggak pernah ngobrol selama itu sama cewek. Bukan, bukan karena gue jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Teen Fiction[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...