BAB XXXVII : MISI RAHASIA

10 6 1
                                    

BAB XXXVII : MISI RAHASIA

....

Menatap lurus ke depan, kamu tidak pernah tau ada banyak lubang di jalan. Kamu terjatuh, tersungkur, tetapi sangat mengenal apa itu bangkit, merakit. Hidup itu lucu, di memberikan pelajaran secara diam-diam.

....

"Assalamu'alaikum, Ezi! Aku bawain buah naga ini! Papa abis panen!" Lakia masih ingat dengan jelas bahwa Alfarezi sangat menyukai buah naga. Maka dari itu, sekarang ia berdiri dengan senyuman di depan pintu utama rumah Ezi yang tertutup.

"Ezi!" Panggilnya lagi sebelum akhirnya dia menoleh karena seseorang menepuk pundaknya.

Seorang pria dewasa. "Eh, om? Ada apa?"

"Kamu pacarnya Ezi?" Damar bertanya.

Sontak itu membuat Lakia menggeleng tegas! "Bukan, bukan! Saya tetangganya. Itu rumah saya, hhehe." Pipi gadis itu merona, terlihat jelas dia salah tingkah

"Ooh. Tolong masuk aja, panggilin Bu Anggun buat kemari. Saya mau ketemu."

"Tapi enggak sopan." Lakia menolak. Memasuki rumah orang tanpa izin? Itu bukan gayanya!

"Udah masuk aja, enggak akan ada yang marah."

"Tapi—" Ucapan Lakia tidak sampai akhir karena pintu utama terbuka lebar. Sang pemilik rumah muncul disana.

"Iya, Ki?" Anggun melirik Damar. "Masuk aja, Ki. Ezi di atas, temuin dia. Tolong tenangin dia ya, Ki."

"Oh, iya, Tan." Meski bingung, Lakia tetap menemui Alfarezi. Lagipula, orang dewasa selalu punya masalahnya sendiri. Lakia tidak ingin ikut campur.

Meski sedikit ragu, tetapi Lakia melangkahkan kaki menaiki anak tangga, membuka pintu kamar Ezi dan mendapati si pemilik sedang merenung.

"Ezi?"

"Kia?" Alfarezi memeluk gadis itu. "Kia, aku jahat ya?" Tanyanya dengan wajah murung.

"Bagi aku, Ezi enggak jahat." Jawab Kia jujur.

"Tapi Ezza benci sama aku. Karena aku udah ngomong yang jahat-jahat ke dia."

"Ezi serius enggak ngomongnya?"

"Enggak tau. Aku kan ... " Tidak mungkin Alfarezi bilang bahwa ia habis mabuk. "Aku kan enggak sadar."

"Ya udah, intinya minta maaf aja nanti. Bilang kalau kamu nyesel udah ngomong gitu, bilang juga kalau kamu ingin hubungan kalian membaik."

"Aku kakak yang buruk ya?" Alfarezi tidak pernah menjadi kakak yang membahagiakan adiknya. Ini menyedihkan.

"Enggak ada manusia buruk di dunia ini, Ez. Semua orang pernah melakukan kesalahan, tinggal kita tulus dan berani meminta maaf atau enggak."

"Kalo Ezza enggak maafin gimana?"

"Itu urusannya. Yang penting kamu udah minta maaf dengan tulus dan berusaha enggak mengulangi kesalahan yang sama. Di maafkan atau enggak, itu keputusannya Ezza, risikonya juga dia yang nanggung."

Lakia benar, tugas Ezi hanya meminta maaf dan tidak mengulangi kesalahannya. Tentang dimaafkan atau tidak, itu tugas Ezza.

"Tapi aku yakin, dia juga sayang sama kamu. Dia peduli sama kamu. Aku yakin dia bakalan maafin kamu." Altezza anak yang baik. Dia menyayangi kakaknya lebih dari siapapun.

"Tapi aku udah ngomong jahat sama dia." Segala kalimat itu terlalu buruk. "Aku udah pernah berpikiran jahat tentang dia." Kalau Altezza tidak memaafkannya, sebenarnya itu bukan sesuatu yang salah.

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang