BAB XXXV : PERASAAN RAHASIA YANG TERUNGKAP
☆☆☆
Selasa pagi yang cerah, sebagian orang di Indonesia jelas sudah mulai beraktifitas, begitupula dengan Alfarezi. Cowok itu menatap kepergian mobil Sang Mama, lalu pandangannya jatuh pada gedung sekolah yang megah. Dengan penuh semangat baru, cowok berkulit pucat itu melangkah penuh wibawa melewati gerbang utama sekolah. Dan ia langsung merasakan aura aneh dari seluruh penjuru tempat parkir.
"Ck, kan udah sering gue bilang. Orang pendiem itu suka diem-diem menghanyutkan." Kalimat itu menyapa telinga Alfarezi, entah siapa yang bicara, namun Alfarezi tau kalimat itu untuknya.
Alfarezi mencoba acuh, dia tetap memasuki gerbang kedua. Dan baru menyadari bahwa tatapan-tatapan aneh itu semakin banyak saja.
"Apa si?" Tanpa sadar Alfarezi mengusap wajahnya yang pucat dengan semburat merah dihidungnya, takut ada yang salah disana. "Apa wajah gue aneh?"
"Ini dia si bajingan kita." Agung mendekat sambil tepuk tangan. Nampak jelas ia meremehkan. Disaat yang sama Alvian berlari dan langsung memasang badan di depan Alfarezi. "Ck, pawangnya datang."
Alvian berdecak, "gue bosen ngurusin sampah. Didaur ulang pun percuma, sampah tetaplah sampah!"
"Apa si?" Alfatezi masih tidak mengerti, sebab ia baru saja datang.
"Masih pura-pura bodoh juga?" Agung geleng-geleng kepala.
Alfarezi menatap sekeliling. Otaknya yang cerdas langsung menyadari adanya keanehan. Ia lalu berlari menuju mading yang di kerumuni banyak anak-anak GALSA. Cowok itu membelah keramaian, dan pandangannya jatuh pada sebuah kertas dengan foto di dalamnya.
"SIAPA YANG MASANG INI DISINI?!" kali pertama Alfarezi menunjukkan amarahnga pada dunia. Membuat kerumunan itu menepi, terkejut. "GUE TANYA SIAPA, BRENGSEK!" Dan meskipun jam ditangannya telah berbunyi juga dada yang mulai nyeri, ia tidak peduli. Wajahnya yang pucat kini memerah, matanya berkilat penuh amarah.
Disaat yang lain menjauh, hanya Agung dan Alvian yang berani mendekat. Agung tentu memperkeruh suasana, sedangkan Alvian mencoba menenangkan.
"Kenapa? Lo kaget fakta sebesar ini bisa kebongkar?" Agung Gunawan menatap foto Altezza yang sedang dihukum disekolahnya. Entah bagaimana remaja laki-laki dengan memar di sudut bibirnya itu mendapatkan foto tersebut.
Alfarezi menjatuhkan tasnya, ia mencengkram kerah Agung, mengibarkan bendera perang. "lo kan! Lo yang ngelakuin hal semenjijikan ini!"
Alvian menarik Alfarezi, ia nyaris gila meladeni kemarahan sahabatnya. "tenangin diri lo! Lo denger jam lo bunyi, goblok!"
Alfarezi ditelan amarah, ia mendorong tubuh Alvian, "BUKA MADINGNYA!" Perintahnya mutlak. "GUE BILANG BUKA MADINGNYA, SIALAN!"
"Lo terlalu takut dikalahin sama adik lo sendiri, ya?" Agung terus menyiramkan minyak di atas api yang membara.
"BACOT!" Alfarezi meraih batu seukuran telapak tangan dan melemparkannha pada kaca mading hingga pecah berserakan. Sedetik setelah itu, ia menyobek paksa kertas dengan gambar dan tulisan tentang Altezza—kembarannya, adik kandungnya.
"Atau lo malu punya adik goblok dan brandalan kaya gitu?"
"Agung, berhenti bicara tentang omong kosong!" Alvian menyentak. Ia benci manusia sampah yang selalu merasa berkuasa seperti Agung Gunawan!
"Kenapa? Omongan gue bener kan?" Salah! Alfarezi tidak malu, ia hanya takut orang-orang lebih menyukai Altezza nimbang dirinya.
"Sampah yang ada." Cowok itu menyobek kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Teen Fiction[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...