BAB XVIII : “KAMU KOK BEDA BANGET SAMA DIA?”
☆☆☆
Tidak bisakah aku hidup untuk menjadi aku?
Mengapa mereka selalu menetapkan standar tinggi untukku?
Seakan, aku memang tidak pernah cukup baik.Aku lelah untuk menyakinkanmu,
Bahwa ini aku bukan dia.☆☆☆
Kamu mau tau satu hal? Percaya tidak, bahwa jika kamu menjatuhkan hati pada seseorang maka itu sama saja kamu sudah menentukan siapa yang boleh membuatmu terluka.
Orang asing; mereka yang tidak ada dihatimu, tidak akan mampu membuat luka dalam pada jiwa kecilmu. Berbeda jika dia orang yang kau sayangi, orang yang kau cintai.
Orang asing berbicara ketus padamu, kamu akan acuh. Namun jika sahabat atau keluargamu yang berbicara ketus, kamu akan merasakan sakit, berpikir: apa salahmu?
Jadi jangan terkejut, bila suatu hari nanti, kamu akan merasakan kecewa pada mereka yang sudah kau sayangi dan percayai. Itu sudah biasa.
Meski pada dasarnya, manusia memang tidak mudah akrab dengan luka.
Sore ini, ada yang berbeda dari Arkan. Dia nampak menjauhi Altezza, membuat pemuda itu nampak kebingungan. Tiga kali dia mendekati Arkan, respon yang sahabatnya berikan hanya senyuman tidak tulus. Mata tidak bisa berbohong. Arkan marah. Karena apa?
Berkali-kali Altezza mencoba mengingat, apa yang sudah ia lakukan? Apa salahnya? Seingatnya, sejak pagi mereka baik-baik saja. Apa ia salah ucap hingga melukai sahabatnya?
"Ar?" Altezza sedikit merendahkan suaranya, ia juga memiringkan kepalanya bingung, menatap Arkan yang bersiap menaiki sepeda motornya.
"Hm?" Ketus. Nada ucapan yang jarang terdengar dari bibir kawan yang ia temui sejak satu tahun lalu, waktu yang cukup sebentar untuk menjadi seorang sahabat.
Sangking ketusnya ucapan Arkan, membuat Altezza mundur. Ia anak yang peka, ia tau Arkan sedang marah pada dirinya. "Lo mau pulang?"
"Itu aja?" Lihat, ketus sekali. Altezza jadi merasa canggung. "Enggak penting banget."
Ingat ini sekali lagi, ucapan sesimple itu menjadi setajam pedang jika diucapkan oleh orang yang sudah dipercayai. Altezza merasa tersinggung. Dan rasa kesal itu menular, kini ia ikut kesal pada Arkan. Dirinya hanya bertanya, mengapa responnya seketus itu? "Nanya aja. Siapa tau lo mau jajan bareng sama gue." Altezza si jagonya ngeles. Niat awal ingin meluruskan masalah, namun Arkan menghancurkan niat baiknya.
"Capek." Arkan memakai helmnya. Pergi begitu saja. Motornya melaju kencang dan cukup keras, membuat debu berterbangan dan masuk tanpa izin pada mata cokelat terang milik Altezza.
"Cik, kek cewek lagi PMS!" Dumelnya. Dia melangkah menuju motornya, bersiap pulang. Rayyan sudah pulang duluan, dia dijemput oleh saudaranya tadi.
Keluar dari area sekolah, masuk ke jalan besar, Altezza menutup kaca helmnya. Matanya berkilat kesal. Ia jadi ikut marah pada Arkan. Selalu saja seperti ini, Arkan kalau marah itu tidak jelas, entah apa salahnya sampai Arkan seketus itu tadi.
"Kalo kesel bilang aja kenapa si. Ribet amat." Padahal memang tidak semudah itu mengungkapkan rasa marah.
"Gue salah apa coba? Enggak ada angin, hujan, badai, gempa, tiba-tiba aja dia kek gitu. Bikin jengkel aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Roman pour Adolescents[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...