BAB XXII : CARA SESEORANG MENUNJUKKAN CINTANYA

14 7 0
                                    

BAB XXII : CARA SESEORANG MENUNJUKKAN CINTANYA

☆☆☆

Kamu terlalu peduli dengannya, memangnya dia peduli denganmu? Huh, memikirkanmu saja tidak tentu.

☆☆☆

"Ezza, kamu udah besar sekarang." Kata Damar seraya menepuk-nepuk pundak putra bungsunya. Dia lalu mengusap kepala Altezza dan saat itu pula ia menyadari rambut Altezza sudah masuk kategori gondrong. "Rambutmu panjang, enggak ditegur guru?"

"Di tegur. Tapi aku enggak peduli. Toh rambut panjang enggak mempengaruhi apa pun."

Damar tersenyum puas, anaknya memang cerdas namun tidak pada tempatnya. "Tapi penampilan itu penting. Kamu tau itu 'kan? Apalagi kamu 'kan calon pengusaha." Damar merangkul putranya, mengajaknya untuk pergi dari tempat parkir. "Kamu mau nemenin Papa jemput Ezi?" Tawar Damar yang sebenarnya tidak ingin dibantah.

Sontak saja Altezza menggeleng. "Aku bawa motor."

"Papa bisa minta tolong bawahan Papa buat bawa motormu pulang."

"'Kan kuncinya di aku."

"Kasih ke Pak satpam."

"Kalo motornya di bawa kabur?"

"Kita beli lagi."

Bibir Altezza berkedut, dia ingin sekali mengumpat. Papanya sok kaya sekali. Padahal mengirim uang untuk gue jajan saja jarang. Batinnya.

Namun disinilah Altezza berada, duduk di kursi belakang mobil dengan dipeluk sabuk pengaman. Lain kali gue dipeluk Ayyara. Anak itu membuka jendela dan membiarkan angin masuk—meski sudah ada AC mobil yang menyegarkannya. Dagu Altezza diletakkan pada tepi kaca, rambutnya yang hitam tebal melambai-lambai membiarkan keningnya yang mulus nampak semakin jelas.

Damar tersenyum melihat betapa tenangnya si bungsu dari kaca spion dalam mobil. Altezza tampak memejamkan mata, biarkan saja si bungsu melakukan apa yang ia inginkan, Damar tidak ingin pertemuan awalnya rusak.

"Kamu suka film apa, Za?" Rasanya ini seperti pendekatan ulang—versi menyakitkan. Damar merasa sangat jauh dari putranya.

"Harry Potter."

"Waahh, selera film yang bagus." Damar memuji dan Altezza tidak peduli. "Ada film horror yang lagi tayang, kamu suka genre horror enggak?"

"Hm. Suka."

"Mau nonton bareng?"

"Berempat?"

"Mungkin cuma berdua."

Decakan sebal langsung keluar dari bibir Altezza tanpa bisa si empunya cegah. Altezza jelas terlihat badmood, dia tidak selera menonton film jika hanya berdua.

Damar mengerti mengapa anaknya tampak kesal. "Ezza 'kan tau kalau Ezi enggak bisa nonton film begituan."

"Ya."

"Ezza pengen Ezi baik-baik aja 'kan?"

"Ya."

"Ezza sayang sama Ezi 'kan?"

"Ya."

Damar tertawa kecil, apalagi melihat ekspresi malas Altezza kala menjawab pertanyaannya. "Kita makan di resto aja dulu, nanti Papa pikirin mau jalan-jalan kemana. Makannya bertiga aja dulu, mama pasti lagi sibuk kerja."

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang