BAB XXIX : MULUT-MULUT RACUN
☆☆☆
Kamu pembunuh.
Dengan ucapanmu.☆☆☆
Pagi-pagi sekali Alfarezi sudah duduk di kursi yang sengaja diletakkan ditengah taman, dibawah teriknya matahari pagi. Anak itu memejamkan mata, menikmati kehangatan yang matahari berikan pada kulitnya. Ia harus sering melakukan ini, katanya agar dirinya semakin sehat dan kuat.
Kia membuat jendelanya, mengintip, lalu tersenyum senang. Gadis ceria itu berlari menyebrang jalan lalu menyapa Alfarezi, "Ezi! Selamat pagi!"
Alfarezi membuka matanya, Kia berdiri tepat di depannya dengan seragam sekolah dan rambutnya yang kali ini diikat kuda. "Pagi juga, Kia. Kamu siap sekolah?"
"Ya!" Gadis itu duduk di atas rumput tanpa takut kotor. "Sejujurnya aku malas, tapi aku harus! Ya, setidaknya tugasnya udah dikerjain jadi aku mau-mau aja."
"Kamu harus selalu ngerjain tugasmu, Kia. Enggak boleh ditunda-tunda, jangan biasakan menyontek." Alfarezi adalah sosok kakak, menjadi dewasa mudah untuknya.
Kia tersenyum tanpa dosa. Susah baginya menghindari kata 'menyontek', itu seakan virus yang sudah terlanjur menjangkiti otak kecilnya. "Kamu kapan berangkat?"
"Masih belum bisa. Enggak tau kapan. Aku harap secepatnya, aku udah daftar ikut lomba Olimpiade nanti."
"Ooh, lomba fisika itu? Eh, kamu mau ikut fisika atau biologi?"
"Biologi. Aku lebih suka itu."
"Wahh, aku dengar si Agung Jagung Busuk itu juga mau ikutan lombanya. Lagi-lagi kalian bakalan jadi rival."
Alfarezi tertawa, "no, mungkin kita bakalan jadi rekan. Dia sering ikut fisika."
"Ahh, gitu ya." Kia hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ngomong-ngomong, kamu punya panggilan spesial untuk Agung, ya?"
"Maksudmu Agung Jagung Busuk itu panggilan spesial? No! Itu panggilan yang artinya aku benci dia!" Kia cemberut. Masih teringat jelas bagaimana Agung merendahkan Alfarezi di depannya. Cih, anak donatur itu perlu diajari sedikit sopan santun.
Alfarezi tertawa, Kia lucu sekali. "Kamu enggak bisa main basket lagi sama Ezza, gimana? Sedih enggak?"
"Agak sedih sih. Tapi enggak papa, kalau itu yang terbaik untuknya, aku bisa apa?" Kia melirik jam dipergelangan tangannya. "Nanti sore gimana kalau kita jalan-jalan? Pakai sepeda Ezza kalau itu diizinkan."
"Sepeda Ezza dibawa juga sama motornya, itu benda kesayangan Ezza setelah kanvas, kuas, dan cat"
"Oh ya udah, kalo gitu kita jalan-jalan aja."
"Kemana? Aku enggak boleh pergi jauh."
"Tenang aja, palingan disekitar komplek ini doang. Denger, Ez," Kia mendekat, ia berbisik. "kamu bisa lakuin apa pun yang kamu mau. Dan aku bakalan ngajarin sesuatu yang enggak pernah kamu tau."
Alfarezi terdiam, ia mencoba mencerna apa yang Lakia katakan. Gadis itu hanya tersenyum lebar.
"Oke! Aku berangkat sekolah dulu ya! Sampai jumpa nanti! Semoga cepat sembuh biar bisa sekolah lagi!" Gadis itu bertepuk tangan ceria. "Bye-bye, Ez! See you next time!" Gadis itu berlari menuju mobil yang akan mengantarnya ke sekolah. Ia melambaikan tangan dengan senyuman ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Teen Fiction[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...